Kampus

235 22 2
                                    

Jam setengah 4 mereka semua sudah bangun, suasana masih sangat gelap dan angin begitu menusuk memaksa jiwa-jiwa yang ingin tidur lebih lama untuk bangkit dari tempat tidur

"Kalian udah ambil wudhu ?" Suara Calista memenuhi ruangan kamar

Calista memang punya sifat dewasa ketimbang mereka semua, ia tidak ingin teman-temannya mendapatkan masalah di hari pertama, arti dari namanya adalah yang hidup, tentu setiap nama punya arti dan maknanya sendiri

"Aku belum " jawab Dianti

"Kalau gitu cepat ambil wudhu lagi keburu kak Tina datang emang kamu mau mendapatkan hukuman di hari pertama masuk kampus ?"

Dianti menggeleng keras,ia tidak ingin mendapatkan masalah apapun hari ini sudah cukup dua hari yang lalu ia mendapatkan hukuman karna telat shalat berjama'ah masa iya harus dia lagi sekarang mana hari ini adalah hari pertama menjadi mahasisiwa, ia akan membuat hari ini menjadi indah tanpa masalah

Dianti segera mengambil jilbab yang tergantung dan pergi ke kamar mandi sekitar sepuluh menit lagi kak Tina akan datang dan sebelum kak Tina datang ia sudah harus ada di dalam kamar

"Kamu tampaknya sudah terbiasa bangun lebih awal Permata "

"Oh iya itu kan karna------"

Hampir saja Permata keceplosan soal identitasnya, teman-teman Permata menunggu ucapan selanjutnya, apa yang akan ia katakan mengapa mendadak berhenti, wajah mereka di penuhi dengan tanda tanya

"Karna apa ?" Haira

"Karna kan kalian bilang kemaren kalau harus bangun pagi nggak boleh telat atau nanti kita akan mendapatkan masalah, jadi aku kemaren sebelum tidutr udah berdoa agar Allah

"Ayo segera bersiap-siap dan berangkat ke mesjid " ajak Devi

Mereka mengangguk, sebenarnya masih ada yang ingin ditanyakan Haira kepada Permata namun ia mengurungkan niatnya, waktu mereka terbatas mungkin ia bisa menanyakan lain waktu. Sekitar lima belas menit mereka semua sudah siap tepat saat kak Tina datang membangunkan semua orang dan menyuruh mereka pergi ke mesjid

"Bagus kalian sudah siap, ayo segera menuju mesjid " ucap Tina

Mereka mengambil sajadah dan berangkat bersama namun kak Tina memanggil Permata dan menyuruh yang lainnya untuk berangkat duluan karna ada hal yang perlu di bicarakan oleh kak Tina

"Ada apa kak ?" Tanya Permata

"Gus Furqan nitip pesan, beliau bilang jangan lupa sarapan terus perlengkapannya di cek ulang, hubungi dia saat akhir pekan nanti "

Permata menghela napas panjang, ayolah matahari aja belum muncul dan nama yang pertama kali ia dengar adalah Furqan. Dia bukan anak kecil mengapa Furqan memperlakukannya seolah-olah ia baru tamat sekolah dasar, ia pikir dengan tidak ada Furqan disampingnya hidupnya akan jauh lebih baik namun sepertinya dugaan Permata salah.

Seharus memang ia tidak perlu berharap terlalu tinggi, apa yang dia harapkan dari Furqan. Permata hanya mengangguk dan mengatakan kepada kak Tina untuk tak perlu khawatir dengan keadaannya karna ia sudah mahasiswa bukan lagi siswa, itu adalah balasan pesan dari Permata untuk Furqan.

Lagian baru juga hari pertama dan belum sampai sehari ia pergi dari rumah tetapi Furqan berrsikap seolah-olah mereka sudah berpisah selama satu tahun

Sepanjang perjalanan Permata merasa sangat kesal, harinya sudah rusak namun untung saja ada teman-temannya yang baik hati jadi moodnya tak terlalu buruk beda lagi mah kalau seandainya Furqan tak mengirimnya ke asrama.

Saat memasuki mesjid permata mencari teman-temannya, ia melihat mereka duduk dekat jendela, Permata tersenyum dan segera duduk di samping mereka.

"Ada urusan apa kak Tina berbicara dengamu Permta ?" Calista

"Oh itu kak Tina cuman menyampaikan pesan dari orang tua ku aja hehe " balsnya lebih tepatnya suaminya yang menjengkelkan

"Baru juga sehari kamu berpisah dengan orang tuamu mereka sudah rindu, kamu anak tunggal ya ?" Kamia

"Iya "

Dianti menyimak percakapan mereka, beruntung sekali Permata mempunyai orang tua dan keluarga yang sangat menyayanginya. Ia sedikit iri dengan kehidupan Permata mengapa tidak kehidupan Permata adalah kehidupan yang selalu ia impikan sejak kecil namun tak kunjung terwujud, ia selalu bertanya-tanya apakah impian itu terlalu besar sehingga sangat sulit sekali untuk menjadi kenyataan

Dianti mempunyai lima saudara dan dia adalah anak tengah, anak yang tak permah mendapatkan perhatian dari orang tuanya, terlebih lagi keluarganya broken home. Kedua orang tuanya bercerai saat Dianti baru berumur lima tahun. Ayahnya hanya peduli dengan kakaknya, sedangkan ibunya hanya peduli dengan adiknya yang paling bungsu

Bahkan alasan sebenarnya ia ingin tinggal di asrama karna ia ingin menjauh dari keluarganya, karna yang ia sebut rumah bukan lagi tempat ia pulang, ketika anak-anak lain sangat mengiginkan agar anak-anaknya tak jauh dari mereka, ibunya Dianti tampaknya biasa saja dan ia juga tak terlalu peduli dengan hal itu karna ia sudah terbiasa bukan lagi hal yang baru.

"Orang tuamu sangat peduli denganmu Permata kenapa mereka mengirimmu ke asrama ?" Dianti penahsaran

"Mereka hanya ingin aku mandiri, lagian juga aku tinggal di asrama tidak sampai tamat hanya sampai satu tahun setelah itu aku akan tinggal bersama orang tua ku "

"Yah kirain mau sampai tamat, tapi wajar sih orang tuamu pasti berat berpisah denganmu apalagi anak tunggal kesayangan dan penyemangat hidup mereka hehe " calista

Permata hanya tersenyum menanggapi candaan teman-temannya. Apa benar orang tuanya sangat menyayangi Permata kalau memang benar mereka menyayangi Permata mereka tak akan menikahkan putri mereka di usia yang sangat muda

Sial memang hanya gara-gara foto itu dia mengalami bencana yang sangat besar seperti ini. Lagian ini zaman juga udah modrn bukan lagi zamannya perjodohan kayak  nggak bisa cari pasangan sendiri aja. Ah kalau di ingat-ingat awal mula semuanya ini ia jadi kesal sendiri, tapi ini juga karna kecerobohan dia sendiri kan.

Permata tak ingin hidupnya terus di atur terus, kirain saat dia sudah kuliah ia bisa bermain dengan teman-temannya menikmati masa muda namun nyatanya malah lebih parah. Astaga ada apa sebenarnya dengan hidupnya.

Furqan HasbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang