sebuah rahasia

118 10 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Devano hanya menginap semalam meski Furqan memintanya untuk disini lebih lama tetap saja Devano tidak bisa ia beralasan ada urusan yang tak bisa ia tinggalkan namun ia berjanji akan datang kembali setelah semua urusannya selesai.

Seperti yang di janjikan Devano kepada Permata kalau ia akan membawa Permata pulang bersamanya sayang sekali Furqan tak bisa ikut bersama mereka sebab tiga hari lagi Furqan harus pergi ke Arab saudi untuk menemui teman lama dari abinya.

Furqan ingin mengajak Permata bersamanya tapi ia paham kalau istrinya sangat merindukan suasana rumah sejak mereka menikah Permata belum mengunjungi orang tuanya sama sekali lagian kemaren Furqan udah menawarkan Permata untuk ikut dengannya pergi ke Arab Saudi tapi Permata menolaknya ia lebih memilih ikut bersama dengan Devano dan Furqan mengerti akan hal tersebut

"Hati-hati di jalan ya nak, kabari kalau udah sampai dan titip salam buat orang tuamu" ujar umi

"Iya umi nanti Permata sampaikan "

Ia mencium tangan abi dan umi lalu baru berpamitan dengan Furqan Permata akan menginap dirumah orang tuanya selama satu minggu dan Furqan berjanji akan menjemput kesana setelah urusannya di Arab Saudi selesai

Permata sangat senang akhirnya ia bisa pulang kembali ke rumah walau ia masih agak kesal dengan orang tuanya yang menikahkannya secara mendadak, ia juga bisa menemui teman-temannya di SMA dulu. Entahlah sekarang mereka memiliki kesibukan masing-masing segalanya sudah sangat jauh berbeda ketimbang dulu

"Tante sama om pasti senang kamu bisa pulang Permata, abang sengaja nggak kasih tau mereka biar jadi suprise " ucap Devano

"Iya bang"

Kebiasaan Permata dalam perjalanan ia sangat suka mengamati pemandangan sambil mendengarkan musik namun kali ini ia tak meminta Devano untuk memutar musik kesukaannya ia ingin menikmati pemandangan dan semilir angin yang menjadi musik alami

"Bagaimana hasil pengobatanmu kemaren, sudah jauh lebih baik ?"

Permata tersenyum gentir, ia tau ke arah mana pembicaraan Devano abangnya yang satu ini memang selalu tau semua informasi terkait dirinya meski Permata tak pernah memberitahukan Devano akan masalah tersebut

Devano punya banyak sekali koneksi untuk mengetahui semua informasi jadi Permata tak akan bertanya dari mana Devano tau akan kondisi dia yang sebenarnya ia juga yakin kalau hanya Devano satu-satunya orang yang tau akan keadaannya bahkan Furqan dan orang tuanya sendiri saja tidak tau

"Mau coba berobat ke luar negri ?" Tawar Devano

"Bang itu hanya membuat Permata lebih menderita, abang tau sendiri bagaimana keadaannya tak perlu Permata kasih tau biarlah bang semuanya berjalan seperti biasa. Permata ingin menikmati semuanya tanpa memikirkan apapun lagi bang"

Devano tak banyak bertanya lagi ia mengalihkan pembicaraan tak ingin membuat adik kesayangannya memimirkan semua kemungkinan tetburuk yang ada. Ia yakin kalau suatu saat Permata akan sembuh

Devano bertanya mengenai teman kampusnya, dosen, kegiatan apa aja yang ia lakukan selama masa kuliah, apa ia membuat masalah lagi atau menjadi mahasiswa yang teladen turut akan peraturan

Dengan sangat sumringah Permata menceritakan segalanya pada Devano bagaimana awal ia masuk kampus, asrama dan teman-temannya. Ya memang kadang beberapa waktu ia merasa bosan namun tak lama karna ia selalu punya teman-teman yang ka andalkan dalam keadaan apapun.

Beberapa jam perjalanan, mereka sampai satpam membuka gerbang saat mobil Devano tiba seperti biasa rumah tampak sepi. Permata melihat ke parkiran mobilnya disana terparkir dua mobil dengan warna yang sama berarti orang tuanya ada dirumah

"Yuk lah turun "

Permata mengangguk setelahnya ia berdiam di depan pintu tak tau harus bersikap seperti apa ia kebingungan sementara Devano hanya tersenyum menyaksikan tingkah lucu adiknya

Ia seperti orang asing saja malah bengong di depan pintu sementara Devano masuk terlebih dahulu sembari membawa koper Permata bersamanya

"Halo tante, om " sapa Devano ramah

Orang tua Permata sedang bersantai diruang tamu mereka menyambut Devano dengan sangat hangat

"Wah coba lihat keponakan om yang ganteng mah "

"Ya ampun om bisa aja "

Mama Permata meminta pembantunya untuk membawa koper Devano ke kamar tamu tapi Devano menggeleng

"Bawa ke kamar Permata ya bi " ucapnya

"Maksudmu Davano ?"

Devano tak menjawab, beberapa menit hanya ada sunyi kedua orang tua Permata semakin bertanya-tanya. Permata tak kunjung masuk Devano yakin kalau dia masih beridiri di depan pintu

Tak lama barulah Permata masuk dengan langkah perlahan, tentu saja orang tuanya tak menyangka siapa yang mereka lihat. Putri mereka satu-satunya, kesayangan dan kebangaan mereka

Mama Permata menatap putrinya dengan air mata yang berlinang, perlahana ia mendekati putrinya dan memeluk Permata dengan sangat erat sekali, papa Permata juga ikut memeluk putrinya itu sungguh ia sangat merindukan Permata

Permata yang awalnya kesal dengan orang tuanya tiba-tiba saja semua perasaan tersebut digantikan dengan perasaan rindu yang tiada tara mau semarah apapun Permata pada orang tuanya ia tetap tak bisa sebab rasa sayangnya jauh lebih besar ketimbang rasa marahnya

Apalagi Permata meninggalkan rumah dengan hati terluka ia tak pamit kepada ibunya pergi begitu saja jangankan untuk pamit melirik saja waktu itu ia tidak. Permata sadar ia terlalu egois hanya memikirkan diri sendiri dan tak mau mendengarkan penjelasan orang tuanya terlebih dahulu

"Furqan nggak bisa datang karna dia harus ke Arab Saudi mom, tapi dia bilang akan jemput Permata nanti dia juga minta maaf nggak bisa datang menemui kalian "

Permata masih menangis namun ia sudah menjelaskan kalau menantu momy nya itu nggak bisa datang karna suatu keperluan lebih baik dia jelaskan terlebih dahulu ketimbang nanti orang tuanya bertanya yang macam-macam

Mama Permata hanya mengangguk sementara Devano hanya menyaksikan semuanya dengan perasaan haru, dia memang penuh dengan kejutan

"Ini nggak adil Devano, seharusnya kamu bilang kalau akan membawa Permata bersamamu biar tante bisa masak makanan kesukaannya "

"Yah kalau di kasih tau duluan nggak kejutan dong namanya tante gimana sih"

"Yaudah kamu pasti capek kan nak, ayo kita makan" ajak sang ayah

Permata tersenyum meski udah makan sebelum berangkat tadi tapi masakan seorang ibu tidak akan ada duanya

Di meja makan, ibunya sangat sibuk menyiapkan semuanya bahkan ibunya masih sempat memasakkan sayur kesukaan Permata

Tak ada kebahagiaan yang jauh lebih besar bagi seorang ibu melainkan kebersamaan dengan putrinya. Selama ini mereka selalu menanyakan keadaan Permata kepada Furqan dan ka menjawab kalau Permata baik-baik saja

Furqan sudah menyuruh Permata untuk menghubungi orang tuanya tapi dia selalu menolak dengan alasan kalau dia masih kesal, telpon dari orang tuanya juga ia tolak

"Nah makan yang banyak nak, jangan sedikit"

"Iya mom, makasih ya "

Furqan HasbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang