Hanya Tergores

74 6 0
                                    

Sejak kecil aku sudah terbiasa dengan luka, ya semua ini memang sudah biasa bagiku luka dan air mata sudah menjadi teman setiap saat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak kecil aku sudah terbiasa dengan luka, ya semua ini memang sudah biasa bagiku luka dan air mata sudah menjadi teman setiap saat

Permata

Sekitar jam delapan pagi Permata meminta salah seorang perawat untuk membawanya berjalan-jalan keluar rumah sakit. Furqan menawarkan dirinya menemani Permata namun ia menolak dengan alasan kalau ia ingin punya waktu sendiri

Permata berjanji dia tidak akan lama dan tidak akan terlalu jauh dari rumah sakit lagian ada perawat yang akan menemaninya tidak ada yang perlu di cemaskan sama sekali kecuali dia pergi sendirian baru namanya salah

"Padahal suaminya mau loh mbak nemenin biasanya kan orang paling senang kalau ditemani suaminya "

"Iya sus tapi saya ingin menikmati waktu saya sendiri kasihan mereka kalau harus menemani saya terus sejak kemaren mereka kurang tidur "

Selain alasan untuk waktu bagi diri sendiri Permata juga merasakan kalau mereka harus menuda banyak pekerjaan sampai  mengorbankan waktu istirahat hanya untuk menjaga Permata

Terutama Furqan dia hanya tertidur dua jam semalam menjaganya ia bahkan tak peduli kalau ia tidur sekitar dua jam semua itu ia lakukan untuk memastikan kalau Permata baik-baik saja

Umi dan abi sudah berangkat selesai shalat subuh kembali ke pesantren sudah beberapa hari ini mereka meninggalkan pesantren mereka harus segera kembali menyelesaikan beberapa urusan

Abi sepertinya tak marah dengan Permata masih bersikap seperti biasa namun umi memang begitu berbeda sekali tadi aja umi hanya tersenyum pada Permata ya senyuman yang dipaksakan

Percakapan mereka berakhir buruk Permata juga tidak tau harus melakukan apa agar umi mau memaafkannya yang penting dia sudah mintak maaf atas kesalahan yang dia lakukan selanjutnya itu biarlah menjadi urusan belakangan

Lagian Permata tak bisa memaksa umi untuk langsung memaafkan dirinya, umi butuh waktunya sendiri jika keadaan sudah sedikit membaik maka Permata akan mencoba kembali berbicara dengan umi

Di dekat rumah sakit banyak jajanan yang di jual mulai dari makanan ringan sampai makanan berat pun ada

Banyak para pengunjung yang berlalu lalang menikmati hari libur sebelum kembali ke hari senin

Ada yang menganggu Permata tatapan mereka seakan menyimpan arti kepada Permata ketika Permata menatap mereka balik mereka malah mengalihkan pandangan ke arah lain

Permata tau mereka sedang membicarakan masalah video tersebut, niat hati ingin mencari ketenangan malah berakhir seperti ini

Tak mengapa Permata sudah terbiasa ini bukan lagi hal baru baginya sejak kecil dia sudah terbiasa dengan tatapan yang merendahkan tersebut lalu mengapa ia harus bersedih

Jika dulu dia bisa menghadapi badai mengapa harus tumbang karena gerimis kecil, tidak dia tidak akan menangis lagi

"Biarkan aja mbak lagian mereka nggak tau yang sebenarnya terjadi " ucap suster

Perawat yang menjaga Permata juga menyadari hal sama tatapan para pengunjung disini kepada Permata, berita tersebut juga banyak dibicarakan oleh perawat dan dokter dirumah sakit mengenai keadaan Permata

Namun tidak semua orang mudah percaya dengan video yang tersebar mereka lebih memilih untuk tidak ikut campur takut menghakimi padahal tidak tau kejadian yang sebenarnya

"Ternyata memang seheboh itu ya sus ?"

"Maklumlah lah mbak kalau tinggal di Indonesia emang begini, mereka lebih suka membicarakan orang lain menghakimi sesuka mereka padahal nggak tau duduk perkara nya seperti apa" perawat itu menghibur Permata

Dia juga tak tega kepada Permata dalam keadaan sakit yang cukup serius ia juga harus menghadapi ujian lagi yang datang. Dia memang tidak mengenal Permata namun berbicara dengan Permata dia jadi tau kalau Permata adalah orang baik tidak seperti komenan netizen

"Kita kembali aja kerumah sakit ya mbak" usul Perawat

Suster takut kalau lama-lama disini akan membuat keadaan Permata memburuk, bagi seorang dokter dan perawat keselamatan juga kesehatan pasien adalah hal yang paling utama bagi mereka

Permata mengangguk, itu usulan yang bagus lagian dia juga tak bisa lama-lama ada disini

Tidak jauh dari Permata ada dua remaja yang melihat Permata dengan intens lalu saling berbisik-bisik, Permata lebih memilih untuk berpura-pura tidak tau

Ah astaga Permata kembali merasakan sesak di dadanya, setiap kali ada yang menganggu pikirannya maka semua badannya seakan ingin remuk walau begitu menyakitkan Permata tidak mau memperlihatkannya kepada perawat apalagi kepada semua orang disini

Mereka hanya akan mencemooh Permata, menertawakannya Permata tidak mau kelihatan lebih buruk lagi dihadapan mereka, ia mencoba mengatur napas bersikap setenang mungkin

Dia tidak ingin dikasihani Permata paling benci kalau ada yang menatapnya dengan tatapan iba dia bukan wanita lemah dan dia juga tidak semanja itu

Hanya butuh waktu sepuluh menit untuk kembali kerumah sakit sebelum ke kamar inap perawat terlebih dahulu membawa Permata menemui dokter yang bertugas memeriksa keadannya

"Gimana keadannya Permata ?" Tanya sang dokter ketika perawat membawa masuk keruangan pemeriksaan

"Saya baik kok dok " bohong Permata

"Kamu yakin, apa kamu merasakan sakit di bagian tertentu kalau iya kita akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan " tanya sang dokter sekali lagi

"Nggak papa kok dok, saya tidak merasakan sakit nanti kalau saya memang merasakannya saya akan mengatakan kepada dokter "

Fatal apa yang dilakukan Permata sangatlah fatal dia sama sekali kalau tindakannya barusan membahayakan nyawanya sendiri

Permata merasa lelah dengan semua terapi ini lagian dia berpikir kalau sakit kepala dan kesulitan bernapas itu hanyalah hal biasa tidak perlu ada yang dicemaskan

Sama halnya dengan perawat dokter yang bertugas memeriksa Permata juga menghawatirkan keadaannya, kondisi Permata sekarang begitu rentan dan sangat sensitif

Pemikiran adalah awal dari segala penyakit, dokter juga memberi nasehat kepada para staff rumah sakit yang malah ikut mempercayai berita yang beredar mengenai Permata

Sebagai seorang yang berpendidikan seharusnya sikap seperti itu tidak diterapkan, orang akademis harus menyelediki kebenaran tentang suatu kasus dan bukannya malah mempercayainya begitu saja

"Saya cukup lega mendengar kamu baik-baik saja, jangan ragu mengatakan kepada saya kalau mengalami sakit di bagian tertentu misalnya sesak napas atau sakit di bagian kepala "

Awalnya dokter merasa perlu memeriksa keadaan Permata tetapi kelihatannya dari raut wajah Permata pasiennya baik-baik saja dan tidak terganggu sama sekali dengan berita yang tengah beredar di sosial media

"Pastinya dok, saya akan bilang pada dokter nanti " ucap Permata penuh dengan keyakinan

Perawat membawa Permata kembali keruangan inap sudah cukup untuk Permata berkeliling

Sebenarnya Permata tak ingin berbohong apa yang dikatakan dokter benar dia merasa kesulitan bernapas dan sakit di bagian kepala. Tapi dia juga lelah harus minum banyak obat dan berbagai terapi lagian hanya hal kecil tidak akan berdampak besar baginya.

Furqan HasbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang