Aku ingin seperti mereka

210 18 2
                                    

⚘️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚘️

⚘️

⚘️

Terkadang aku membenci diriku sendiri, aku ingin seperti mereka namun kepribadianku sudah seperti ini aku harus bagaimana. Ada luka yang tak bisa ku suarakan ada tangisan yang tak bisa ku perlihatkan. Bisakah ke ajaiban terjadi dan aku menjadi sosok baru yang jauh lebih menyenangkan. Di posisi seperti ini sakit sekali tuhan

Permata Karimah

Kegiatan penerimaan mahasiswa baru benar-benar sangat melelahkan, bayangkan saja mereka di suruh berkumpul jam enam pagi dan baru selesai jam setengah tujuh malam. Permata merindukan kasurnya di rumah yang empuk pasti menyenangkan bisa berbaring sembari menonton drakor favoritnya.

Ah iya benar karna sekarang Permata tinggal di asrama jadi penggunaan handphone di batasi, ponsel mereka akan dikumpul pada jam 8 malam jika ada tugas mereka harus menyelesaikannya pada siang hari dan harus tidur jam sepuluh malam

Karna tinggal di asrama Permata jadi tidak leluasa untuk meraton drakornya padahal ia yakin sekarang sudah banyak drakor yang rilis. Walaupun Furqan memang memang membatasi penggunaan ponsel tapi Furqan tak pernah melarang Permata untuk melarangnya melakukan segala sesuatu yang ia sukai

Ah sial dia terjebak di antara dua kondisi yang samgat sulit, bukannya pulang Permata malah berjalan ke arah salah satu gedung di kampus, ia menaiki tangga suasana di dalam gedung sangatlah sepi dan gelap. Tak ada satu orangpun disana kecuali Permata.

Ia hanya mengandalkan senter dari ponselnya entah apa yang saat ini dipikirkan oleh Permata, jika orang normal mereka tak akan mengambil tindakan se ceroboh Permata

Orang gila mana yang akan menaiki tangga malam-malam di kampus bahkan suasananya begitu sangat mencekam. Namun Permata tak menghiraukannya sama sekali suasana hatinya sedang sangat kacau

Ia sampai di rooftop kampus, Permata membuka pintu dan ternyata tak di kunci, ia bersyukur akan hal itu. Ketika pintu terbuka hanya sunyi yang ia temui, semakin berjalan ke arah depan ia merasakan angin semakin kencang berhembus.

Permata memeluk dirinya sendiri untuk mengurangi rasa dingin yang menjalar ke seluruh tubuh, ia duduk di tepi gedung menatap lampu-lampu dari kejauhan

" ya Allah Permata capek ya Allah, bisakah hidup Permata seperti mereka ?" Ucapnya pada diri sendiri

Ia terisak mengingat semua rasa sakit yang ia pendam selama ini, pernah terlintas dalam pikirannya untuk mengakhiri kehidupannya. Dengan begitu ia tak akan merasakan sakit sama sekali. Tentu saja itu adalah pemikiran yang sangat konyol, ia masalahnya di dunia selesai tapi ia akan di langsung masuk ke dalam neraka.

Furqan HasbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang