Aku tak rindu

412 29 1
                                    


Permata merapikan semua barang-barangnya dan menata didalam lemari, saat membuka tas untuk menata buku-buku ada satu bingkai foto yang tetselip disana. Perasaan Permata tak memasukkan foto apapun kedalam tasnya lalu foto apa ini. Ia mengambilnya dan ternyata itu adalah foto pernikahannya dengan Furqan

Pasti ini ulahnya Furqan karna seingatnya Permata tidak memasukkan fotonya dengan Furqan tak mau ambil pusing Permata meletakkan di bagian paling belakang buku-bukunya tentu ia tak akan meletakkannya di atas lemari bukan. Ia sudah bertekad akan merahasiakan pernikahannya dengan Furqan dan menikmati hidup layaknya remaja pada umumnya tanpa ada status pernikahan.

Tina mengatakan kepada Permata kalau teman-temannya sekarang berada di aula, karna Permata terlambat datang jadi ia tak perlu menghadiri acara di aula sebab sebentar lagi acaranya juga akan selesai jadi ia hanya perlu menunggu yang lainnya di kamar

"Ini yang namanya hidup " Permata membaringkan tubuhnya di kasur

Tak lama pintu terbuka, Permata yang awalnya berbaring ia langsung duduk dan melihat siapa yang datang

"Hei kamu Permata ya yang dibilang kak Tina ?" Salah seorang dari mereka menghampiri Permata diikuti dengan yang lainnya

"Eh iya" Permata sedikit canggung bertemu orang baru

Mereka adalah teman-teman sekamar Permata, mereka baru kembali setelah acara pertemuan di aula asrama dan melihat Permata sendirian di kamar. Mereka sudah datang ke asrama sejak 3 hari yang lalu karna memang banyak persiapan untuk penyambutan mahsisiwa di asrama salah satunya perkenalan dan adaptasi di lingkungan asrama kampus

Tina telah mengatakan kepada mereka semua kalau mereka akan kedatangan teman baru tetapi ia belum bisa datang karna masalah pribadi, pihak asrama kampus sedikit terkejut ketika gus Furqan menghubungi mereka untuk memasukkan Permata ke dalam asrama

Mereka tentu tak akan menolak sebab mereka tau siapa gus Furqan dan senang hati menerima istrinya untuk bergabung bersama dengan mereka

"Kenalkan calista" gadis itu mengulurkan tangannya

"Permata" sembari menjabat tangan Calista

Yang lainnya juga memperkenalkan diri kepada Permata, seperti Kamia, Devi, Dianti dan Haira

"Udah selesai beres-beres barangnya " Haira memperhatikan koper Permata yang kosong

"Baru selesai"

"Anggap aja kami keluargamu ya, kita disini statusnya sama, jadi anak rantau dan jauh dari orang tua. Kalau ada masalah jangan ragu untuk cerita ke kami " Calista memegang pundak Permata

Permata mengangguk, syukurlah ia mendapat teman-teman yang baik dari awal perkenalan mereka semua sangat ramah dan juga tidak cuek sepertinya hanya Permata yang canggung karna memang ia baru datang berbeda dengan mereka yang sudah datang sejak tiga hari sebelumnya jadi mereka sudah saling mengenal

"Besok adalah awal baru buat kita semua semoga aja seniornya nggak galak ya males banget kalau seniornya galak dan ngusahin " sahut Dianti

"Itu mah bisa di atur, yang penting kalian jangan sampai telat bangun, kita ada di asrama jadi kita harus bangun jam setengah empat " Kamila melihat jam dinding

"Iya, kalau ada yang cepat bangun, lebih baik membangunkan yang lainnya sebelum kak Tina datang " Devi

Bagi orang yang belum terbiasa tentu semua peraturan  tersebut bagitu sulit sebab melakukan aktivitas yabg berbeda dari biasanya tak semudah membalikkan telapak tangan perlu keinginan yang kuat agar nantinya bisa terbiasa

Bagi Permata dulu juga tak mudah menerapkannya, Furqan selalu memaksanya untuk bangun jam tiga melaksanakan shalat bersama, tidak setiap hari palingan sekali tiga hari, karna perubahan itu perlu proses namun Furqan akan membangunkan Permata tepat jam lima sebelum azan subuh berkumandang, tidur setelah subuh itu tidak baik

Bukan hanya itu setelah selesai shalat subuh Furqan juga mengajak Permata untuk mengaji bersama, kata Furqan setiap ayat yang kita baca akan melindungi kita apalagi kalau membacanya setiap hari

"Permata kamu tamatan mana ?" Haira

"SMA"

"mungkin akan sulit buatmu mengikuti aturan di sini but jangan cemas kami akan bersamamu" Calista

Permata mengiyakan, memang iya tamatan SMA, tetapi Furqan sudah mendidiknya kayak wajib militer andai saja mereka tau siapa Permata

Mereka berbimcang untuk beberapa saat, sampai deringan ponsel Permata menghentikan pembicaraan mereka, ternyata itu panggilan masuk dari Furqan.

Ah astaga, belum sampai lima jam dia sudah menghubungi Permata, enggan sekali Permata untuk mengangkat telpon dari Furqan, ia membiarkan ponselnya berdering beberapa kali dan tak menghiraukan panggilan masuk dari Furqan

"Kenapa nggak di angkat aja Permata, mana tau penting kan " Haira

"Nggak penting kok Haira, biasa"

"Dari pacarnya ya haha" ledek Devi

"Wah kalian berantem, tapi perdebatan kecil dalam hubungan itu mah biasa aku aja sering beranten sama pacarku tapi ya hubungan kami baik-baik aja sejauh ini" Kamia menjelaskan

Entah mengapa ada dorongan dalam diri Permata untuk menceritakan semuanya kepada teman-teman barunya walaupun mereka baru kenal. Ada rasa nyaman yang dirasakan dalam diri Permata saat bersama dengan mereka semua. Mana tau mereka bisa memberikan Permata solusi dari delema yang ia hadapi.

Namun setelah berpikir cukup lama Permata mengurungkan niatnya, ia harus ingat pesan Intan kalau saat bertemu sama orang baru jangan menceritakan semuanya tentang hidup kita karna kita tidak tau bagaimana sifat asli orang-orang tersebut.

************

"Hah kan nggak diangkat lagi" Furqan melempar ponselnya asal ke atas kasur

Memang mereka baru berpisah beberapa jam yang lalu tetapi Furqan tak hentinya mencemaskan Permata apakah ia sudah menata barang-barangnya dengan baik, apa ia sudah membawa semua perlengkapan untuk berangkat ke kampusnya besok atau masih ada yang tertinggal

Furqan punya ekspetasi kalau setidaknya Permata akan mengangkat panggilan masuk darinya namun sama sekali tak ada di ubris oleh Permata, seharusnya Furqan sudah mempersiapkan kemungkinan terburuk. Ia kenal siapa istrinya

Jam menunjukkkan sekitar sepuluh malam lewat lima belas menit, kebiasaan Permata kalau jam segini adalah memandangi langit malam atau mengambar sesuatu di buku gambarnya karna Furqan akan selalu menyita hp Permata dan tak mengizinkan Permata bermain ponsel di atas jam sembilan malam

"Belum sampai satu hari saya sudah merindukanmu Permata, apa saya sanggup berpisah denganmu selama satu tahun. Benar kata Dilan rindu itu berat" Furqan berdialog dengan dirinya sendiri

Ada sedikit rasa penyesalan dalam diri Furqan ketika mengirim Permata ke asrama, sekarang dia yang harus menahan kerinduan seorang diri. Emang berat jauh dari orang yang sangat dicintai tetapi di satu sisi Furqan tak bisa bersikap egois ia harus membiarkan Permata menikmati masa-masa mudanya dan bermain dengan teman-teman yang seumuran dengannya

Untuk menghilangkan dan mengobati kerinduan Furqan kepada Permata, ia melakukan kebiasaan yang biasa dilakukan oleh Permata yaitu menatap langit malam dan menikmati semilir angin yang berhembus, sunyi namun sangat menenangkan. Mungkin ini adalah salah satu alasan Permata sangat menyukai suasana malam karna emang setenang ini. Obat dari segala kegelisahan ketika di siang hari

"Bulan, tolong sampaikan rinduku kepadanya, kalau sekarang ia belum tidur saya yakin ia sedang menatapmu. Kami menatap bulan yang sama tetapi di tempat yang berbeda "

Bulan bersinar sangat cerah malam ini tak ada satupun awan yang menutupinya dari segi manapun ia akan terlihat dengan jelas, bahkan binatang-binatang malam juga bersenandung di bawah sinar rembulan.

Furqan HasbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang