Kebenaran

86 5 0
                                    

Permata tak betah di rawat dirumah sakit dia ingin pulang dan dirawat dirumah saja sayangnya dokter tak mengizinkan cukup berisiko kalau di rawat di rumah

Meskipun sudah dijelaskan oleh dokter Permata tetap mau pulang Furqan saja gagal untuk membujuk Permata agar tetap dirumah sakit

Setelah berdialog panjang maka dokter memutuskan untuk mengizinkan Permata di rawat di rumah tetapi hanya di izinkan tiga hari saja untunya Permaya mau mendengarkan

Permata meminta agar tak memberitahukan pada siapapun kalau dia akan pulang, Devano pergi ke Belanda sedangkan orang tua Permata berjanji akan datang kerumah sakit sore ini

"Janji ya jangan bilang sama ayah atau mom dulu"

"Iya" jawab Furqan sambil membereskan barang-barang Permata

Furqan membantu Permata berjalan keadaannya masih lemah namun matanya bersinar dari pada kemaren. Permata sangat bahagia

Dia yakin kalau keadannya akan jauh lebih baik kalau dia dirawat dirumah tidak ada perawatan terbaik didunia ini selain perawatan oleh orang tua dan dikelilingi orang-orang tersayang

Meski ragu untuk membiarkan Permata dirawat dirumah namun dia senang melihat wajah Permata jauh lebih bersinar dari pada yang kemaren, dia sudah mulai bisa tersenyum. Mana tau kalau dia dirwat dirumah bisa membuat kesembuhan Permata lebih cepat.

"Kamu udah ngurus semuanya gus Furqan ?"

"Tentu saja," jawab Furqan yakin

Mereka menuju tempat parkiran rasanya menghirup udara segar sangat menyenangkan sekali, Furqan memasukkan barang-barang di bagasi lalu membukakan pintu untuk Permata setelahnya Furqan duduk dibelakang kemudi

Meskipun dalam keadaan fisik yang tidak baik-baik saja namun suasana hati Permata sungguh jauh dari kata baik dia tidak merasakan kesedihan atas rasa sakit yang dia derita, sekarang Permata benar-benar sudah ikhlas akan suratan takdiri yang dia jalani apapun endingnya nanti dia akan menerima dengan lapang dada

Ya, mungkin memang tidak mudah akan tetapi dia akan tetap berusaha menerima garis ketentuan tersebut bahkan dia sekarang sudah mulai mencintai Furqan

"Oh ya Furqan gimana rasanya punya istri yang kenak-kanakan kayak aku ?"

Furqan menatap Permata ada apa ini kenapa Permata menanyakan hal tersebut, sudahlah lagian istrinya memang tidak mudah ditebak sama sekaki

" rasanya menyenangkan sekaligus menyebalkan " di akhir kalimat Furqan terrawa

Dia tidak berbohong apa yang dia katakan barusan memang kenyataan, punya istri yang jaraknya berbeda beberapa tahun memang menyenangkan sekligus menyebalkan, dia harus mengalah di segala waktu tetapi harus bisa bersikap tegas

Permata mengangguk dia sendiri juga membenarkan ucapan furqan kalau di ingat-ingat sikap Permata dulu sungguh amat menyebalkan. Dia dulu ingin bercerai dengan Furqan lalu melanjurkan kehidupan

Sebab pernikahan mereka tidak dilandasi akan rasa cinta hanya Furqan yang mencintainya sementara hati Permata untuk yang lain. Memang jauh lebih baik dicintai dari pada mencintai

Mereka memasuki kawasan rumah Pernata dia menatap kedepan tak sabaran orang tuanya pasti sangat senang melihat putri kesayangan mereka pulang dari rumah sakit

Namun senyuman Permata tak lama di depan rumahnya ada satu mobil terparkir, pintu rumahnya juga terbuka lebar seketika Permata merasakan ada hal yang tidak beres

" ada apa ya Furqan ?"

"Entahlah "

Furqan juga tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi

Permata ingin melihat ada apa dirumahnya ia turun dari mobil, Furqan segera menyusul Permata keadannya masih lemah

Baru tiba di depan rumah suara keributan nyaring terdengar oleh Permata. Dia masuk dengan tak sabaran sementara Furqan mengikuti Permata dari belakang tetap berada didekat istrinya tidak tertinggal selangkahpun

"Kamu harus terima kenyataannya, mereka adalah istri dan anakku juga " jelas Faris

Kejutan benar-benar kejutan yang tak pernah Permata harapkan, ia tidak salah dengarkan apa yang barusan didengarnya itu tak benar dia tak percaya dengan semua ini

"Mas kamu lebih milih mereka ketimbang aku dan Permata " ucap ibu Permata

Mereka sama sekali tidak menyadari kalau Permata ada disana sementara Permata masih berusaja mencerna semuanya. Ia seakan di jatuhkan dari gedung paling tinggi di dunia

Dadanya terasa sakit teramat sakit malahan ia kesulitan bernapas beruntung Furqan segera memegang tubuh Permata jika tidak maka Permata akan terjatuh ke lantai

Furqan juga sama syoknya dengan Permata dia juga baru tau kebenarannya kalau ayah mertuanya punya istri kedua bahkan anak yang dimaksud oleh Faris sepertinya seumuran dengan Permata

Ingin sekali Permata berteriak di hadapan ayahnya kalau semua ini tidaklah benar namun apa dayanya jangankan untuk bertanya dia sendiri seakan sudah kehilangan tenaga untuk menopang berat tubuhnya

"Kamu kan juga sudah tau ini sejak sepuluh tahun yang lalu nggak usah diributkan lagi "

Faris menjawab dengan mudah sama sekali tidak merasa perlu memikirkan perasaan istri pertamanya

"CUKUP" Teriak Permata

Permata tidak tahan lagi dengan semua perdebatan ini dia harus menuntut kebenaran dia tak sanggup melihat ibunya diperlakukan secara tidak adil seperti ini

Semua mata tertuju kepada Permata suaranya menggema ke seluruh ruangan emosi Permata tak terbendung sekarang. Selama 20 tahun baru kali ini dia berbicara dengan nada tinggi bahkan saat orang tuanya dulu menikahkan dengan Furqan nada bicaranya tak setinggi sekarang

Tangan Permata terkepal dengan sangat kuat ia tak peduli dengan keadannya sekarang, bathinnya jauh lebih tersiksa ia berjalan ke tengah ruangan di ikuti dengan Furqan

"APA INI YAH, MEREKA ANAK DAN ISTRI AYAH LALU KAMI APA "

Enosi Permata benar-benar memuncak sekarang

Faris terdiam bagaimanalah ini dia sama sekali tidak menduga kalau Permata akan datang dirumah dia kira Permata ada dirumah sakit. Kondisi Permata sama sekali tidak memungkinkan untuk penjelasan. Selama bertahun-tahun dia berusaha menyembunyikan kebenaran ini dari Permata tetapi sekarang Permata sudah mendengar segalanya

"JAWAB YAH, SIAPA MEREKA ?"  Tunjuk Permata kepada dua perempuan yang beridiri di samping kanannya

"Permata putri ayah " Faris mendekati sang putri

Permata menepis tangan ayahnya dia tidak ingin dekat-dekat dengan ayannya sekarang, hatinya hancur lebur tidak terbentuk bagaikan kaca yang pecah berkeping-keping tak bisa disatukan lagi

Keluarga yang dia anggap sebagai keluarga yang harmonis rupanya tidak seharmonis itu hal yang tampak indah diluar nyatanya hanya menutupi luka sedalam samudra

Permata memang tidak menangis namun matanya merah menyiratkan kemarahan mendalam terhadap orang tuanya. Lebih parah lagi ibunya tau tentang kebenaran ini sejak sepuluh tahun yang lalu tapi ibunya sama sekali tidak memberitahunya apapun

"Dengarkan ayah nak"

"Tidak, Permata tidak mau mendengarkan apapun dari ayah. Permata sama sekali tidak menyangka kalau ayah bisa sejahat dan sekejam ini sama Permata dan mom. Ayah telah menghancurkan hati Permata yah "

Furqan HasbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang