Tak ada pilihan lain bagi Furqan selain menyusul Permata ke tempat ia berkumpul, ia sudah memberi waktu bagi Permata untuk bersama dengan teman-temannya tapi apa yang dia dapatkan malah pengabaian dari istrinya sendiri.Entah kenapa sejak tadi perasaan Furqan tak enak, ia merasa ada sesuatu yang janggal namun ia tidak tau apa itu, tetapi Furqan beranggapan kalau semua perasaan yang ia rasakan itu ada kaitannya dengan Permata
Saat Furqan menghubungi Permata anak itu juga tak meresponnya dengan baik, di telpon pun rasanya pecuma, ia sudah tau bagaimana endingnya palingan anak itu akan mengabaikannya lagi jadi lebih baik menyusulnya saja, bagaimana tanggapan Permata itu mah urusan nanti saja
Ketika sampai di cafe tempat Permata bertemu dengan teman-temannya, Furqan sedikit kaget melihat ada laki-laki bersama dengan mereka, perasaan saat Furqan bertanya kepada Permata apakah ia akan berkumpul dengan teman-teman perempuannya saja atau ada laki-laki. Jawaban Permata adalah hanya mereka bertiga, tidak ada yang lain lantas siapa pria tersebut
Furqan tak ingin menduga-duga ia segera menghampiri Permata ke dalam kafe tersebut.
"Permata " panggil Furqan
"Lo "
Di luar prediksi Permata kalau Furqan akan menyusulnya ke sini, duh lagian ngapain sih Furqan menysulnya mana waktunya nggak tepat banget lagi. Lebih tepatnya karna ada Dzaka
"Ini udah waktunya jam pulang, saya udah nyuruh kamu pulangkan "
"Kami pamit, Assalamualaikum " ucap Furqan kepada teman-temannya sembari membawa permata
"Waalaikum salam " jawab Indah dan Intan secara bersama
Baru dua langkah Furqan berjalan tiba-tiba Dzaka memegang tangan Permata, Dzaka hanya tak suka kalau Permata diperlakukan seperti itu oleh orang lain
Sejak berpacaran dengan Permata, ia tak pernah memaksa Permata untuk melakukan sesuatu yang tidak ia sukai dan Dzaka juga tak akan pernah membiarkan siapapun untuk memaksa Permata
Mendadak suasana yang tadinya tegang malah lebih mencekam lagi, tatapan Dzaka dan Furqan menyiratkan tanda permusuhan yang kental
Furqan tak suka ada lelaki lain yang memegang tangan Permata kecuali dirinya atau mahramnya Permata. Lancang sekali dia
"Jangan memaksanya, saya tidak suka orang lain memaksa Permata " tegas Dzaka
"Kamu siapa ? Bukan urusanmu " balas Furqan dengan dingin
Tidak. Permata tidak bisa berada dalam situasi seperti ini kenapa mereka malah beradu argumen, Permata tau betul kalau karakter Furqan dan Dzaka tidak terlalu jauh berbeda mereka punya tabiat yang sama yaitu sama-sama keras kepala jika mereka seperti ini maka masalahnya tidak akan ada habisnya malah makin meluas nantinya
Permata harus mencari tau bagaimana menghentikan mereka, baiklah ia tak punya pilihan selain ikut dengan Furqan mau bagaimanapun Furqan adalah suaminya
Meski sejujurnya Permata tak mengerti mengapa Dzaka malah bersikap seperti ini. Ia masih sama seperti Dzaka yang ia kenal, Dzaka yang selalu melindunginya dari apapun, menjaganya dari segala bahaya, hal itu yang membuat Permata jatuh hati kepada Dzaka. Caranya memperlakukan Permata sangat istimewa ia merasa sangat nyaman.
"Sudahlah kalian kayak anak kecil aja. Dzaka aku akan ikut dengan Furqan kamu tak perlu khawatir " setelah mengatakan itu ia segera membawa Furqan keluar dari sana
Tentunya Permata tak ingin ribut di tempat umum apalagi hanya gara-gara sepele mereka harus bertengkar
Sikap Dzaka tadi malah memunculkan rasa yang sudah lama dipendam oleh Permata, perasaan yang ia kubur dengan dalam, ia berusaha menghilangkan rasa tersebut lalu mengapa ketika bertemu dengan Dzaka sikapnya kepada Permata menumbuhkan kembali rasa yang lama
Sepanjang perjalanan dia dan Furqan hanya saling mendiamkan tak ada yang mau membuka suara, Permata sibuk dengan pikirannya mengenai Dzaka sementara Furqan mempertanyakan siapa lelaki tersebut, mengapa ia bersikap demikian kepada Permata
Sejak tadi ia juga memperhatikan Permata, tampaknya anak itu sibuk dengan pikirannya sendiri, Furqan tak ingin membahas rumah tangga mereka di tempat umum, lebih baik membicarakannya di rumah
Tak lama mereka sampai, Furqan langsung mengajak Permata untuk berbicara di kamar mereka,
"Siapa lelaki tadi " tanya Furqan sembari menutup pintu kamar
Permata tak merasa cemas dengan kemarahan Furqan ia merasa tak bersalah lalu untuk apa ia takut
"Dia dulu pacar gue tapi tiba - tiba dia menghilang tanpa kabar lalu saat gue ketemu sama Indah dan Intan dia kembali " Permata mengatakan apa adanya
Ia tak ingin menutupi apapun dari Furqan, lebih baik ia mengatakan yang sebenarnya terjadi, kalau ia berbohong maka Permata takut kalau masalahnya akan menjadi lebih rumit lagi
Furqan menatap Permata, dilihat dari gaya bicara dan sikapnya sepertinya istrinya tak berbohong
Ada rasa tak biasa ketika Permata mengatakan kalau pria tadi sempat berpacaran dengan Permata, Furqan tak suka jelas ia cemburu jika ada lelaki lain dalam hidup isttinya
Pantas saja sikapnya seperti tadi kepada Permata, ia tak akan membiarkan hal seperti tadi terulang kembali
"Nggak usah ketemu dia lagi " larang Furqan
"Lah kok ngatur, gue mau ketemu dia atau nggak ya serah gue "tolak Permata
Tentu saja larangan dari Furqan tak ia hiraukan, meski sakit hati lantaran Dzaka meninggalkannya tanpa alasan namun Permata juga ingin tahu apa alasannya Dzaka meninggalkannya, benarkah dugaannya selama ini kalau Dzaka mencintai perempuan lain selain dirinya
Kalau memang benar lantas mengapa sikap Dzaka tak pernah berubah sama sekali kepada Permata, ia masih berusaha melindungi Permata dari orang-orang yang ingin menyakitinya
"Permata saya suami kamu, jadi kamu harus nurut sama saya, suami mana yang nggak akan cemburu kalau istrinya dekat dengan lelaki lain mana kalian pernah pacaran "
"Lo suami gue bukan berarti lo bisa ngekang gue kayak gini ya, enak aja "
Furqan harus tetap tenang menghadapi Permata, ia tak boleh terbawa emosi, jangan sampai sikapnya nanti kepada Permata malah menimbulkan jarak yang lebih jauh lagi diantara mereka
Ia harus ingat kalau Permata masih sangat labil, ia masih berusaha mencari jati diri, dan sikap pemberontakan dalam dirinya tak boleh dilawan dengan keras kepala
"Sebentar lagi shalat ashar, cepat ambil wudhu dan kita shalat bareng " Furqan mengalihkan pembicaraan
Benar, setidaknya dengan shalat ia bisa lebih tenang dan memikirkan cara bagaimana melarang Permata bertemu dengan Dzaka, Furqan yakin kalau Permata masih menyimpan perasaan yang sama umtuk Dzaka melihat dari tatapan mata Permata kepada Dzala
Permata bahkan tak pernah melihat Permata menatapnya dengam demikian
"Iya " Permata berjalan ke arah kamar mandi
Saat sampai dalam kamar mandi, Permata terdiam untuk sesaat apa dia bisa menggunakan Dzaka untuk membuat Furqan menceraikannya, tapi kan tadi sikap Permata kepada Furqan sangatlah dingin masa ia dia yang harus menghubungi Dzaka duluan, ya gengsilah
KAMU SEDANG MEMBACA
Furqan Hasbi
Fiksi RemajaMalang memang nasib Permata niat hati ingin menolak perjodohan yang dilakukan oleh orang tuanya eh ujung-ujungnya pernikahan tersebut malah tetap dilakukan dan itu disebabkan karena ulahnya sendiri. Permata Karimah ia gadis yang baru berusia 19 tahu...