Bertemu Teman

544 30 0
                                    

⚘️⚘️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚘️
⚘️

Senyuman itu tercetak jelas di bibir permata ia menyusuri jalanan dengan hati yang riang sesekali bersenandung kecil, ketika berpapasan dengan orang-orang ia menyapa mereka meski Permata permata tidak mengenalnya.

Mereka membalas senyuman Permata, siapapun pasti berpikir Permata adalah anak yang baik dan manis, memang begitu adanya hanya saja sifat keras kepalanya akan muncul ketika ia sudah terlalu lama memendam semuanya sendirian

Sedikit merasa berdosa kepada Furqan sebagai suaminya, ia tau tidak baik berbicara demikian Allah paling tidak suka istri yang membantah suaminya. Tapi gimana ya sifat itu seakan tak bisa ia bendung apalagi Furqan selalu saja membuatnya kesal tanpa henti

Permata sudah mencoba menjadi istri yang baik ya walau begitulah adanya, ia perlu banyak belajar lagian umurnya masih terbilang sangat muda, untung saja Furqan mampu memahami hal itu

Permata memasuki cafe yang ada di sebrang jalan, teman-temannya sudah menunggunya dengan wajah sumringah mereka seperti biasa

Permata segera berlari ke arah mereka tanpa memperdulikan tanggapan orang-orang terhadapnya, teman-teman Permata hanya menggeleng pelan melihat tingkah Permata ia sama sekali tak berubah, masih sama dengan Permata yang mereka kenal.

"Hai, hai bestie, sorry nunggu lama ya" Permata memeluk mereka satu persatu

"Nggak kok, santai maklum lah ya sekarang yang udah jadi istri mah beda sama kita yang masih jomblo " goda Intan

Permata menepuk bahu Intan, bukannya marah tetapi Intan malah tertawa hal itu makin membuat Permata kesal sekaligus cukup malu. Entahlah apa alasannya ia tidak tau

Indah hanya tersenyum melihat interaksi mereka berdua

"Tapi benar loh, kita kan kalau mau pergi ya tinggal pergi aja kalo nggak di izinin sama orang tua ya tinggal jual nama teman lah, kalau lo harus izin sama paksu dulu hehe"ledek Indah

Permata menarik  napas pelan dan duduk ia meletakkan tas kecilnya di atas meja.  teman-temannya tidak akan berhenti jadi ya sudahlah biarkan saja nanti juga akan berhenti sendiri

Sudah satu bulan mereka tak bertemu terakhir kali mereka berjumpa ketiika acara pernikahannya itupun mereka tak sempat mengobrol banyak hal

Intan dan Indah sangat merindukan Permata jadi mereka memutuskan untuk menyusul Permata, kalau Permata menemui mereka tentu tidak mungkin sebab situasinya sekarang sudah berbeda

Intan sangat bahagia atas pernikahan Permata namun sebagai sahabat ia merasakan kehilangan teramat berat, ada kesedihan yang tak mampu ia utarakan, bahkan saat acara resepsi Intan yang biasanya banyak omomg hanya lebih memilih diam

Ia tau ketika sahabatnya sudah menikah maka mereka tak akan bisa seperti dulu lagi akan banyak perubahan yang akan di alami, ketika belum menikah maka akan memiliki banyak waktu untuk bermain, bertemu kapan saja kalau tak di izinkan orang tua ya pakai cara lain tetapi kalau sudah menikah tak akan seperti itu lagi.

Waktu mereka akan lebih banyak untuk keluarga mereka dan tak akan bisa bermain seperti dulu lagi, Intan tak pernah menunjukkan kesedihan itu didepan Permata ia berusaha untuk baik-baik saja dan pertemuan dirinya dengan Permata hari ini sudah jauh lebih cukup baginya

"Ya benar sih, tapi kalau buat kalian, gue usahain "

"Lo nggak diantar sama suami lo Permata " tanya Indah

Indah memperhatikan sekeliling ia berpikir Furqan akan mengantar Permata untuk bertemu dengan mereka tetapi ia tak melihat siapapun.

"Niatnya sih begitu tadi, cuman gue aja yang nggak mau "

Furqan memang berniat mengantarkan Permata untuk bertemu dengan teman-temannya tetapi Permata menolak keras tawaran baik Furqan. Ia bukan anak kecil lagi harus diantar kemanapun ia bisa melakukannya sendirian.

Jujur Furqan merasa ragu membiarkan Permata pergi sendirian, apalagi ia baru pertama kali di kota ini. Kalau terjadi sesuatu dengan Permata itu adalah tanggung jawabnya sebagai suami

"Lah kenapa lo tolak,  suami lo sendiri itu Permata lumayankan hemat ongkos " ujar Intan

"Iya kan kalian tau sendiri gue nikah sama dia juga karna paksaan bukan karna landasan cinta " Permata menopang dagunya dengan tangan

Mereka mengangguk paham, pernikahan Permata memang tak berdasarkan cinta, itu adalah rencana orang tuanya Permata, sedikit gila ide tersebut. Mereka tak bisa membayangkan kalau mereka yang ada di posisi Permata

Mana siap mereka nikah muda karna di zaman sekarang banyak orang nikah muda bukannya bahagia malah sengsara itu menjadi ketakutan sendiri bagi mereka, iya sih nggak semuanya seperti itu tetapi kebanyakan. Tergantung suaminya siapa juga

Tidak terkecuali Permata, sejak masuk SMA ia sudah banyak melihat teman-temannya menikah muda baik itu keinginan mereka sendiri atau hamil diluar nikah dan kebanyakan rumah tangga mereka tak berakhir dengan bahagia

Hanya itu yang ditakutkan Permata bagaimana kalau nasibnya sama seperti mereka, makanya ia perlu banyak persiapan dan memilih calon suami yang baik. Itu adalah salah satu alasan mengapa ia menolak keras pernikahan yang dilakukan oleh orang tuanya. Tetapi sekarang mau bagaimana lagi udah terlanjur ini mah.

Sejauh ini Furqan memang tidak menunjukkan ciri-ciri cowok brengsek, ia cukup bertanggung jawab, membantu Permata dalam beberapa mata pelajaran kalau ia tak mengerti tanpa disuruh dan memberikan nafkah tiap hari kepadanya

"Mungkin ini takdir yang terbaik  buat lo Permata, jalani aja " nasehat Indah

"Lo dikasih nafkahkan sama Furqan " tanya Intan

Permata tersenyum, ia mengambil dompet dalam tas dan memperlihatkan tiga lembar uang  seratus

Ya kali Furqan tidak memberinya uang mau pakai apa dia kesini nggak mungkinkan bayar pakai daun apalagi harus jalan kaki, yang benar aja itu namanya mencari kesulitan diri sendiri

Furqan sengaja tak memberi Permata uang bulanan tetapi hanya memberi uang harian, bukan tanpa alasan Furqan melakukan itu ia merasa Permata belum bisa memngontrol pengeluarannya sendiri jadi Furqan memutuskan memberinya uang per hari. Furqan juga sudah mengatakan kalau ada keperluan mendadak katakan saja padanya nanti Furqan akan memberinya uang untuk membeli kebutuhan Permata

"Wiiih, laki-laki yang bertanggung jawab, nah laki-laki kayak begini Indah yang harus di cari "

"Lo ngomong mah gampang, apa kabar gue yang menjalaninya, lo ngomong kayak begitu kayak lo udah dapat yang bertanggung jawab aja"

"Belum sih kan gue cuman kasih saran aja lo tau laki-laki zaman sekarang banyak buayanya dari pada yang bertanggung jawab "

Permata mendengarkan percakapan kedua temannya sembari meminum minuman rasa cappucino yang sudah tersedia sebelum ia datang

Membicarakan asmara apalagi dikalangan anak-anak muda memang sangat menyenangkan dan selalu menjadi topik yang paling utama

Permata juga begitu ia bahkan menjadi pendengar yang baik untuk teman-temannya kalau sedang ada masalah dengan pacar mereka

Pembicaraan itu terpotong ketika ada seseorang yang menyapa mereka

"Hai, apa kabar kalian " sapanya dengan ramah

Serempak mereka melihat ke arah sumber suara, dan kedua netra itu bertemu saling bertatapan untuk beberapa detik

Permata tertegun ketika mnegetahui siapa yang ada dihadapannya, ini sulit untuk dipercaya. Indah dan Intan juga tak kalah terkejut mereka menatap Permata dengan tatapan penuh arti






















Hai gays, jangan lupa dukung aku ya dengan vote dan komen kalian biar aku ada nutrisi juga buat nulis hehe

Furqan HasbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang