Minggu, biasanya Permata menghabiskan waktu liburannya dengan teman-teman sekolahnya, ia cukup iri melihat beberapa temannya memposting kegiatan mereka. Andai saja dia tidak terjebak dengan pernkahan konyol ini tentu ia juga bisa bergabung dengan mereka.
Teman-teman Permata juga mengajaknya untuk bergabung tetapi tak mungkin Furqan akan mengizinkannya apalagi sejak insiden pertemuan dengan Dzaka, suaminya itu lebih posesif. Ah ia sangat muak ada dalam hubungan yang tak ia inginkan
Bosan berada di kamar terus menerus, Permata memutuskan untuk keluar, mana tau ada hal seru lainnya yang bisa ia kerjakan ketimbang main handphone dan scrool tik tok saja
Saat berkeliling di pesantren, Permata melihat Furqan sedang mengadakan kajian bersama para santri, tampaknya mereka sangat fokus mendengarkan penjelasan dari Furqan.
Entah mengapa timbul rasa penahsaran dalam diri Permata untuk mendengar lebih jelas lagi apa yang disampaikan oleh Furqan, ia mendekat dan berdiri dekat jendela mesjid
"Belajar untuk mengikhlaskan segala sesuatu yang telah terjadi. Karna hanya dengan ikhlas kita bisa lebih tenang menjalankan kehidupan jika tidak akan selalu ada kekecewaan yang kita rasakan, sama saja kita mengenggam bunga yang berduri "jelas Furqan
Setiap minggu pagi, Furqan memang rutin memberikan tausiyah atau paling tidak mengajarkan mereka kitab kuning, dan juga sekedar memberikan beberapa motivasi bagi para santrinya
Furqan tau setiap orang punya masalah yang berbeda-beda dalam hidup mereka, hidup di pesantren memanglah tak mudah ada banyak hal yang harus dilewati agar tetap bisa bertahan sampai akhir
Sekali dua minggu Furqan akan membuka sesi tanya jawab bagi para santri, apapun itu baik masalah keluarga, teman, asmara atau lainnya. Karna mereka perlu dibimbing jika tidak mereka akan salah dalam mengambil langkah dalam hidup mereka
"Berat gus " jawab salah seorang santri putri
"Ya siapa bilang ikhlas itu mudah, ikhlas itu sangat berat. Makanya kita perlu mendekatkan diri kepada Allah agar kita mudah menerima segala ketetapan yang ia tetapkan untuk kita "
Tak sadar Permata tersenyum mendengar penuturan Furqan, ya ikhlas dalam menerima cobaan hidup itu tak mudah, kadang kita perlu air mata yang deras untuk mencapai kata ikhlas
Sedikit tertampar dengan penjelasan Furqan, memang Permata belum bisa ikhlas menerima takdir yang ia jalani saat ini. Ia sangat terpaksa kadang ia juga berpikiran bahwa tuhan tak adil kepada dirinya, saat orang lain bisa menikah dengan orang yang ia cintai mengapa dirinya juga tak bisa seperti itu
Jelas pemikiran Permata sangatlah salah, ia hanya terbawa perasaan dan tidak berpikir bijaksana. Lihatlah mereka yang jauh dari orang tua mereka masih bisa menjalankan kehidupan mereka dengan tabah meski banyak cobaan dan ujian
"Baik sampai disini dulu, minggu depan kita lanjut lagi "
Setelah mengatakan itu Furqan menyuruh mereka kembali ke asrama masing-masing, para santri putra bersalaman kepada Furqan sementara santri putri menunduk memberi hormat kepada gusnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Furqan Hasbi
أدب المراهقينMalang memang nasib Permata niat hati ingin menolak perjodohan yang dilakukan oleh orang tuanya eh ujung-ujungnya pernikahan tersebut malah tetap dilakukan dan itu disebabkan karena ulahnya sendiri. Permata Karimah ia gadis yang baru berusia 19 tahu...