Menemui Dzaka

153 12 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Baru juga sebentar Permata berpisah dengan teman-teman kampusnya sekarang dia sudah merindukan mereka. Begini ya rasanya kalau udah terbiasa dengan sesuatu hal lalu tidak melakukannya lagi maka serasa ada yang hilang

Jam menunjukkan tengah malam besok adalah hari minggu mereka libur biasanya kalau tidak ada kelas mereka akan bergadang semalaman menceritakan apa saja, random pokoknya cerita mereka tak memiliki batasan setelah topik pertama maka akan ada topik yang lainnya dan begitu seterusnya

Perasaan ketika Permata SMA ia sudah biasa dengan suasan sunyi seperti sekarang ia sama sekali tidak ada masalah namun mengapa sekarang rasanya begitu amat berbeda ya. Ah ia itu pasti karna setiap malam Permata tak pernah sendirian. Malam-malanya sendirian kalau tidak bersama Calista dan yang lainn ya sama Furqan

Menghubungi mereka juga tidak akan ada gunanya sebab ponsel mereka sama pembina asrama, baiklah kalau begitu tidak ada pilihan lain selain menunggu hari esok tiba

Ketika Permata sedang menatap langit malam satu notifikasi masuk ke hp, itu pesan dari Dzaka dia mengatakan ingin bertemu dengan Permata di tempat biasa mereka bertemu

Itu artinya Dzaka juga ada di kota ini sekarang, Permata tak ingin menemui Dzaka tapi ada begitu banyak yang harus di perbaiki dalam hubungan mereka, Permata tak ingin ada dendam dalam dirinya ia ingin hidup damai dan tenang tanpa rasa sakit

Jam delapan pagi Permata sudah berangkat dari rumah untuk menemui Dzaka, ia hanya bilang kepada orang tuanya kalau ia ingin keluar menemui temannya ibu Permata mengizinkan tanpa menaruh curiga sementara Devano tak banyak bertanya ia sudah tau siapa yang akan ditemui Permata

Menemui Dzaka tak sama pada saat mereka masih bersama tempat yang dimaksud oleh Dzaka adalah Danau tidak terlalu jauh dari sekolah mereka

Biasanya ketika pulang sekolah mereka menyempatkan diri untuk bermain bersama, bercanda dan bergurau kadang baru pulang ketika maghrib tiba

Dari kejauhan Permata melihat Dzaka duduk di tepi danau sembari melempar batu kebiasaannya tak berubah sama sekali, selalu saja Dzaka yang harus menunggu Permata sama seperti sekarang

"Lama menunggu ya ?" Tanya Permata

Dzaka menoleh dan tersenyum lalu menggeleng, tentu saja Permata tak percaya biasanya Dzaka selalu datang satu jam sebelum jam yang di jadwalkan

"Cepat sekali waktu berlalu andai masih ada kesempatan untukku Permata " lirih Dzaka

Ungkapan dari Dzaka tulus tanpa kebohongan ia memang sangat ingin memperbaiki kesalahannya dulu seharusnya Dzaka mendengarkan orang tuanya untuk berpamitan kepada Permata sebelum ia berobat

"Tak bisa Dzaka situasinya sungguh berbeda sekarang, Permata yang berdiri di hadapan kamu sekarang bukanlah Permata yang kamu kenal "

Dzaka tersenyum gentir ada rasa sakit di hulu hati namun ia tak bisa menyalahkan siapapun lagian ini adalah kesalahannya sendiri

"Apa kamu bahagia dengannya ?"

Permata bingung, apa maksud ucapan Dzaka bahagia dengannya ah iya mungkin maksud Dzaka adalah Furqan dia pasti berpikir kalau Furqan pacarnya

Lagian Dzaka tak pernah tau akan pernikahannya juga tak ada yang memberitahukan Dzaka bukan jika Dzaka tau pasti Dzaka telah menanyakannya sejak lama kepada Permata

"Ya"

Jawaban itu teramat singkat padahal Dzaka ingin mendengar jawaban yang lebih panjang lagi

"Berat pasti kamu melaluinya Permata, nikah muda tak pernah ada dalam list impianmu"

Permata tersentak, dari mana Dzaka tau akan pernikahannya apa ada yang memberi tau Dzaka namun siapa

"Ini yang ingin aku bicarakan kepadamu Permata, apa kamu ingat waktu kamu malam-malam pergi ke kampus sendirian. Aku melihatmu Permata aku juga belum pulang dari kampus karna aku jika ada masalah memang suka menghabiskan waktu di sekolah, melihatmu pergi ke salah gedung aku mengikutimu Permata dan tak sengaja aku mendengar pembicaraanmu dengan Furqan "

"Kamu tau kebenarannya lalu mengapa kamu bertanya tentang kesempatan ?"

"Walaupun kamu sudah jadi milik orang lain namun aku masih berharap untuk bersama "

Permata juga mengiginkan hal yang sama, Dzaka selalu punya tempat sendiri dalam hatinya tapi di satu sisi ia merasa sangat nyaman dengan keberadaan Furqan

Meski Permata memperlakukan Furqan dengan sangat kasar, mempermalukannya, tetapi Furqan tak pernah sekalipun bertindak hal serupa kepada Permata padahal dia bisa

Permata belum berdamai dengan masa lalu buktinya saja ketika mengingat kenangan bersama Dzaka ia masih merasa perih kata orang kalau kita sudah ikhlas maka kita tak tak akan merasakan sakit lagi

"Dzaka berbahagialah dengan hidupmu aku akan berdoa semoga kamu menemukan pengganti yang jauh lebih baik dariku "

Tanpa menunggu jawaban dari Dzaka, Permata melangkah pergi tidak baik jika dia terlalu lama menghabiskan waktu bersama dengan Dzaka. Sakit memang namun ini jauh lebih baik tidak ada harapan untuk mereka bersama lagi semua kenangan indah hanyalah masa lalu sekarang buktinya semesta tak pernah berpihak kepada mereka

Dzaka hanya bisa menatap kepergian Permata, mau setegar apapun ia untuk menerima kenyataan tetap saja hatinya terluka dengan sangat dalam

Permata adalah cinta pertamanya, orang yang memperkenalkannya pada kebahagiaan sederhana, membuat hari-harinya sangat indah, orang yang sangat ceria, pecicilan sungguh kenangan itu rasanya baru terjadi kemaren

Dzaka mengeluarkan cincin dari kantongnya, cincin yang begitu indah terukir nama Permata disana. Cincin ini dibeli oleh Dzaka di singapura ia ingin memberikannya kepada Permata sebagai tanda bukti cinta sekaligus permintaan maaf karna meninggalkan Permata begitu saja

Semua rencana masa depan bersama Permata tidak akan pernah terwujud hanya akan menjadi angan dan hayalan dalam mimpi untuk apa sekarang dia di Indonesia tidak ada alasan bagi Dzaka untuk terus menetap disini lebih baik dia pindah diluar negri

Jika tetap berada di Indonesia maka Dzaka akan selalu mengingat Permata, ia hanya akan semakin  menderita

Dzaka melemparkan cincin itu ke Danau, biarlah tenggelam sampai ke dasar yang paling dalam sama halnnya dengan perasaan Dzaka terkubur dalam lubuk hati yang paling dalam ia tidak akan membiarkan sedikitpun kesempatan untuk rasa kepada Permata berkembag dalam sanubarinya

Dzaka melangkah dengan gontai perasaannya campur adur ini jauh lebih menyakitkan ketimbang ia melawan sakitnya dulu, ia benar-benar berharap kalau mesin waktu memang nyata agar ia bisa kembali ke masa lalu dan mengubah masa depan

Perasaannya porak-poranda ia butuh waktu sendiri untuk menata hati kembali ia tak tau berapa lama waktu yang dibutuhkan agar bisa benar-benar sembuh yang Dzaka tau sekarang hanyalah pergi sejauh mungkin dari kehidupan Permata

Bukan dia lagi yang menjadi pelindung bagi Permata melainkan Furqan, tak ada kewajiban untuk Dzaka menjaga istri dari orang lain mungkin mereka memang hanya di takdirkan bertemu tetapi tidak untuk bersatu

























HAI READERS JANGAN LUPA KASIH VOTE DAN KOMENNYA YA HEHE, MAAF MEMBUAT KALIAN MENUNGGU WKWK

Furqan HasbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang