Chapter 08: Berteman

5.1K 157 16
                                        

"Kamu nggak jijik sama aku?" tanya Geisha dengan wajah yang terlihat sendu.

Kaivan terkekeh sesaat membuat Geisha menatapnya heran. Kenapa tertawa? Apa ada yang salah dengan ucapannya?

"Kenapa ketawa ada yang lucu?" tanya Geisha dengan tampang polosnya.

Kaivan menghentikan tawanya.
"Iya lo lucu, gue suka." Eh apa maksud Kaivan coba? Baru juga kenalan bang:)

"Pertanyaan lo aneh sih. Lagian kita 'kan sama-sama manusia ngapain harus ada rasa jijik-jijik gitu. Mama gue pernah bilang jangan pernah membeda-bedakan seseorang lewat penampilan ataupun kekurangan orang tersebut. Setiap manusia itu punya kelebihan dan kekurangan masing-masing," ucap Kaivan dengan raut muka yang berubah serius.

Perasaan Geisha tiba-tiba menghangat. Ia bisa merasakan bahwa Kaivan adalah orang baik. Dirinya salah besar mengira jika Kaivan itu sama saja seperti Reygan yang kasar mengingat mereka adalah saudara kembar. "Kamu orang baik. Makasih ya waktu itu kamu udah nolongin aku di toilet," kata Geisha kembali mengingat kejadian ditoilet satu hari yang lalu.

"Iya santai aja gue suka bisa nolong orang. Itung-itung bisa nambah amal kebaikan sebelum gue pergi," celetuk Kaivan diakhiri kekehan kecilnya.

"Pergi kemana?" tanya Geisha terlihat penasaran.

"Surga," jawab Kaivan terdengar ngelantur.

"Emang bisa ya?" Kening Geisha terlihat mengkerut mencoba berpikir keras.

"Dia polos atau bego sih?" Kaivan membatin heran.

"Bisa lah, lo mau ikut?" tanya Kaivan meladeni ucapan Geisha yang terlihat begitu polos.

Sontak saja Geisha mengangguk dengan semangat. "Mau, mau aku mau ketemu Bunda."

Kaivan sedikit menggeser mendekat kearah Geisha yang berada disampingnya. "Hah, maksud lo bunda lo?"

"Iya bunda aku udah nggak ada. Kata ayah, bunda sekarang ada di surga jadi waktu kamu ngajak aku ke surga aku seneng banget aku pengen ketemu bunda kangen banget soalnya." Raut muka Geisha berubah murung.

Setiap kali mengingat bundanya, Geisha akan merasa sedih. Sejak kecil Geisha memang sudah ditinggal bundanya lebih dulu. Waktu bersenang-senang dan bermain dengan sang bunda sangatlah singkat bahkan sejak bundanya meninggal sampai sekarang, Geisha tidak pernah lagi mendapat sentuhan hangat dari seorang ibu. Beruntung Geisha masih memiliki ayah sebaik Arka, laki-laki yang menjadi ayah sekaligus ibu untuknya sejak kecil. Rissa? Tidak! Kasih sayang Rissa tidaklah pernah tulus untuknya. Justru Rissa lah sumber dari luka yang ia rasakan sekarang.

"Emang lo siap mati?" Pertanyaan yabg terdengar kasar itu keluar dari bibir Kaivan begitu saja.

Geisha melotot lebar kearah Kaivan yang nampak santai memandanginya menunggu jawaban. "Takut! Aku masih jarang sholat soalnya." Geisha menyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Kaivan menahan tawanya mendengar jawaban dari gadis yang terlihat polos namun juga terlihat bodoh itu.

"Aneh banget lo sumpah. Lo polos atau bego sih?"

"Enggak tau, bego mungkin soalnya aku rangking terakhir terus dikelas." Geisha menutup mulutnya karena kelepasan.

Takut jika Kaivan akan meninggalkannya karena mengetahui dirinya adalah murid yang terkenal bodoh dikelasnya karena mendapat rangking pertama dari belakang selama berturut-turut.

"Maaf ya, kamu pasti malu punya kenalan cewek bodoh kayak aku." Geisha menunduk merasa malu. Ah, mulutnya satu ini sulit untuk dikondisikan.

"Ngapain malu? stop mikir kalo gue bakal malu kalo deket sama lo. Gue bukan mereka, Gei, gue beda dari mereka. Jadi tolong bersikap santai aja sama gue. Gue orangnya mah netral." Kaivan sedikit mengangkat dagu Geisha agar menatapnya. "Harusnya gue yang punya pikiran gitu sama lo. Apa lo bakal malu punya temen penyakitan kayak gue?" lanjut cowok itu dengan raut muka yang berubah sendu.

REYGANSHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang