"Bang, gue punya permintaan terakhir sebelum gue pergi buat lo. Lo mau kan nurutin permintaan terakhir gue?" Kaivan menatap dalam kedua mata saudaranya.Dada Reygan bergemuruh dengan hebat, kedua mata sayu saudaranya terlihat menyimpan sebuah harapan besar. "Ngaco lo, permintaan terakhir apaan sih?"
Kaivan tersenyum pedih, meski sakit dia harus melakukan ini semua demi kebaikan mereka. Kaivan yakin, Geisha pasti bisa merubah sikap Reygan yang kasar dan emosian. Dia percaya Geisha bisa melakukan itu. Sebab Geisha adalah gadis baik dan juga berhati lembut.
Kaivan menggenggam tangan Reygan dengan erat. Menatap Reygan dengan begitu serius. "Nikah sama Geisha, ya bang, gantiin gue buat jaga cewek kesayangan gue."
Apa-apaan ini?
Reygan pasti salah dengar kan?
Ya, dia pasti salah dengar.
Reygan melepas genggaman tangan Kaivan begitu saja lantas cowok itu berdiri. "Enggak! Gue nggak mau! Lo apa-apaan sih? Pokoknya lo harus sembuh, Kai, lo pasti bisa sembuh. Tunggu sebentar lagi, lo harus kuat, Kai," sentak Reygan dengan kukuh.
Kaivan tersenyum tipis menanggapi. "Bang, please mau ya gantiin gue buat jaga, Geisha. Nikah sama dia ya, bang? Gue mohon, dengan sangat."
"Dia bukan anak kecil lagi, Kai. Dia bisa jaga diri sendiri ngapain harus dijagain?" Reygan terlihat tak suka dengan pembahasan yang Kaivan bahas.
"Bukan gitu, tapi-"
"KAIVAN!" Sebuah teriakan yang cukup keras itu mengalihkan pandangan dua cowok itu.
Kaivan tersenyum begitu mendapati Geisha yang berlari kecil kearahnya, jangan lupakan senyum gadis itu yang merekah lebar.
Sedangkan Reygan tak berekspresi apapun, wajahnya datar dengan kedua bola mata yang merotasi.
"Jangan lari-lari, Gei, nanti jat-"
Bruk!
Belum selesai Kaivan dengan kalimatnya, Geisha sudah lebih dulu jatuh tersungkur lantaran kesandung sebuah batu di depannya. Gadis itu terlalu bersemangat sampai tidak fokus dengan jalan di depannya.
Kaivan membelalakkan matanya, cowok itu spontan berdiri berniat membantu tapi urung kala Reygan menahannya.
"Dia bukan anak kecil," kata cowok itu.
Kaivan menghela napasnya pasrah. "Bantu gih," titahnya.
"Ogah!" tolak Reygan mentah-mentah.
"Bang!" tegur Kaivan menatapnya tajam.
Reygan mengedikkan bahunya acuh. Ia duduk seraya menyandarkan tubuhnya di kursi panjang tersebut seraya mengamati Geisha yang berusaha bangkit sendiri dengan ringisan kecil yang keluar dari bibirnya.
Cewek manis itu menepuk-nepuk dress nya yang sedikit kotor karena debu, setelah dirasa sudah bersih, cewek itu tersenyum begitu manis kearah Kaivan.
"Aku nggak papa, Kai, hehe," kata gadis itu dengan cengiran khasnya.
Kaivan menggelengkan kepalanya pelan. Geisha benar-benar seperti anak kecil yang begitu menggemaskan. "Sini," titahnya menyuruh Geisha untuk mendekat.
Gadis itu pun mendekat kearah Kaivan dengan mata yang sesekali melirik Reygan takut apalagi ketika Reygan melayangkan tatapan tajamnya.
"Kesini sama siapa, hmm?" tanya Kaivan menatap Geisha dari bawah karena posisi cowok itu yang duduk dikursi roda.
"Sama ayah, tapi ayah ada urusan sama om Darius," jawab gadis itu.
Kaivan menganggukkan kepalanya paham. "Aku mau ngomong sama kamu bentar bisa? Ini serius," katanya dengan air muka dibuat seserius mungkin.

KAMU SEDANG MEMBACA
REYGANSHA [END]
Novela Juvenil[ FOLLOW SEBELUM BACA AGAR PART BARU BISA MUNCUL] ** Sepenggal kisah tentang si pembully yang jatuh cinta dengan gadis yang sering ia bully. Dan ini juga tentang Reygan Jordanio yang hidupnya penuh dengan kepalsuan. Wajah yang terlihat tenang namun...