Chapter 11: Kegilaan Reygan

5.4K 152 17
                                    


Hari ini Geisha berangkat bersama Alina atas perintah Arka. Alina sudah berusaha menolak keras tapi karena Arka mengancam akan menyita semua fasilitas nya akhirnya Alina pun hanya bisa pasrah dan menurut.

Kini, didalam mobil yang diisi dengan dua perempuan bersaudara itu benar-benar terasa dingin dan mencengkram. Sejak awal Geisha masuk kedalam, Alina tak sama sekali mengeluarkan suaranya, cewek itu terus diam dengan pandangan lurus kedepan fokus pada jalanan.

Wajah Alina yang terlihat menahan kesal membuat nyali Geisha sedikit menciut saat ingin mengeluarkan suaranya. Akhirnya yang Geisha lakukan hanyalah diam dengan pandangan mengarah pada kaca mobil memandangi jalan yang cukup ramai kendaraan.

Alina diam-diam mencuri pandang kearah Geisha seraya tersenyum smirk. Ide jahat itu muncul di kepalanya. Rasa kesal pada Geisha membuat Alina menaruh rasa benci pada cewek itu. Tidak hanya rasa benci tapi juga dendam yang diam-diam Alina pendam. Sejak awal kedatangan Geisha perhatian ayahnya benar-benar teralihkan. Dulu ayahnya begitu menyayanginya tapi sekarang ayahnya berubah acuh dengan kehadirannya hanya karena gadis sialan seperti Geisha.

"Gue benci lo, Geisha karena kehadiran lo papa jadi berubah. Lo perebut kebahagiaan gue, lo biang perebut." Alina membatin. Kakinya dengan sengaja menginjak pedal rem dengan sangat tiba-tiba.

Akibat ulah Alina, kepala Geisha hampir saja terbentur bagian depan mobil jika saja Geisha tidak menahannya. Cewek berwajah manis itu menolehkan kepalanya kearah samping menatap Alina dengan wajah bingung dan bertanya-tanya.

Alina yang paham akan maksud dari tatapan Geisha pun bersuara. "Lo turun! Gue malu kalo ketahuan berangkat bareng lo."

Wajah Geisha berubah pias. "Tapi Al, jarak kesekolah 'kan masih jauh."

"Gue nggak perduli! Pokoknya lo harus turun sekarang dari mobil gue!" sentak Alina dengan wajah yang sudah memerah.

"Tapi kalo aku telat gimana?" tanya Geisha dengan wajah memelas.

Alina berdecih, menahan kesal. "Gue nggak peduli Geisha, mau lo telat kek, celaka kek, mati sekalipun gue nggak peduli."

"Udah sana keluar. Jijik gue liat lo yang sok-sokan masang muka melas gitu. Bukannya kasian gue malah jijik liatnya," lanjut Alina memandang Geisha dengan tampang jijik. Seolah Geisha makhluk paling menjijikan yang tak pantas untuk dipandang.

Geisha memegangi dadanya yang terasa sesak dan nyeri. Kalimat menyakitkan itu kembali ia dapatkan dari saudaranya sendiri. Saudara tiri yang sudah ia anggap sebagai saudara kandungnya sendiri.

Mata cewek itu memejam bersamaan dengan helaan napas gusar yang keluar. Matanya yang kini terlihat sayu itu kembali terbuka. "Makasih ya, Al, udah mau ngasih tumpangan buat aku. Kalo gitu aku duluan, kamu hati-hati bawa mobilnya," ujar Geisha sesaat sebelum keluar.

Alina memutar bola matanya malas.
"Nggak usah Gr, kalo bukan karena Papa ngancem gue, gue nggak akan pernah mau bareng sama lo. Udah sana cepetan keluar." Alina mendorong bahu Geisha dengan kasar.

Geisha tersenyum getir. Lagi, kenyataan pahit itu harus Geisha telan bulat-bulat. Benar, jika dirinya memang terlalu percaya diri menganggap Alina benar-benar tulus berangkat bersamanya. Ternyata dugaannya salah, Alina ternyata diancam oleh ayahnya. Seharusnya Geisha menyadari itu dari awal bukan?

"Yaudah aku duluan, Al, sekali lagi kamu hati-hati bawa mobilnya jangan ngebut," ujar Geisha tersenyum tulus.

"Nggak usah sok peduli. Gue nggak butuh itu dari lo." Alina menyahut cepat.

Senyum Geisha luntur seketika. Tak ingin membuat hatinya semakin terasa sakit dengan balasan Alina, Geisha membuka pintu mobil lalu bergegas keluar dari mobil tersebut.

REYGANSHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang