BAB DUA

13.5K 1.1K 101
                                    

Sebelum malam pertemuan Vale dan Jemima, Kale berhasil mengumpulkan informasi mengenai Jemima mulai dari latar belakang sekolah yang menunjukkan pria itu menempuh gelar sarjana hukum di University of Edinburgh, dan meraih gelar MBA di Harvard. Keluarganya cenderung tertutup, selain sayap usaha yang diketahui publik, Sastranegara juga memiliki beberapa aset seperti galeri seni—(rumornya galeri itu menyimpan lima lukisan Haveen Cato yang masing-masing dihargai tidak kurang dari 5 juta dolar), perkebunan anggur, dan pertenakan sapi di Jawa Timur. Selain itu, identitas keluarga sama sekali tidak memiliki celah. Mereka seolah menyembunyikan identitas untuk menggunakannya dengan tepat di waktu tertentu.

Seperti saat pengenalan calon menantu presiden. Jemima baru dikenalkan pada publik sekitar satu tahun yang lalu-tepat sebelum pemilu. Sebelumnya media tidak pernah menyinggung nama itu kendati dia adalah putra tertua salah satu raksasa konglomerasi di Indonesia. Bagi kalangan insider, munculnya nama Jemima Sastranegara dalam jajaran orang di belakang calon petahana adalah salah satu faktor penentu kemenangan Presiden Jayasena Ranju pada periode kedua. Sastranegara dapat dikatakan sebagai satu dari sembilan keluarga paling berpengaruh di Indonesia, kekayaannya mencakup tiga yang terbesar di antara sembilan konglomerasi lain yang artinya memiliki mereka sama dengan menjamin kemenangan di depan mata.

Kendati begitu, informasi mengenai dirinya sangat terbatas. Bahkan foto yang memuat wajahnya hanya menampilkan tubuh bagian belakang.

Bagi Kale jika seseorang memiliki keamanan privasi di Indonesia sampai tahap wajahnya saja tidak diketahui, artinya dia bukanlah orang sembarangan. Atau dalam bahasa yang lebih sederhana, dia berbahaya.

“Gue merasa lo nggak bisa semena-mena dengan orang ini, Val,” ucap Kale seraya meletakkan kacamata. Rambutnya yang dikuncir sebagian menampilkan wajah pria muda dengan rahang tegas yang di waktu bersamaan juga cantik. “Meski lo anak presiden, Jemima-Jemima ini bukan lawan yang bisa lo perdaya seperti orang-orang sebelumnya.”

Kale merujuk pada orang-orang yang selama ini Vale gunakan untuk mencari informasi.

Kali ini tujuan gadis itu jelas. Dia akan menjadikan Jemima tiket kebebasan, dan di saat yang sama, sebagai kuda Troya. Sebagai anak perempuan yang tidak memiliki kapasitas bertarung langsung pada suksesi, Vale memerlukan kekuatan untuk memastikan keamanannya jika sesuatu terjadi. Kondisi politik yang tidak stabil pasca demo besar mahasiswa memang perlahan berhasil diredam, tapi itu tidak akan berlangsung lama. Vale harus segera menyiapkan rute pelarian.

“Gue nggak tahu siapa saja yang sudah Vale perdaya,” Kanaya menyahut. Wajahnya yang polos cenderung bodoh itu menatap serius, “tapi orang ini punya probabilitas tinggi untuk menghilangkan lo dengan mudah ketika dia terusik. You know, sebagai satu dari sembilan keluarga paling berbahaya ... mafia?”

What do you smoke anyway ?” Vale memutar bola mata tak tak acuh. “Mafia? Pfft, lo pikir ini cerita Wattpad?”

“Tapi emang berurusan dengan orang yang kita nggak tahu, tuh, bahaya, Val,” keluh Kanaya bersikukuh. Dia tengah menyiapkan draft perjanjian pra-nikah untuk Vale, sementara Vale tengah membuat proposal untuk diberikan pada Jemima jika perlu.

“Sastranegara pasti punya tujuan lain dalam pernikahan ini selain untuk menjamin jalannya proyek KIN,” Mengamini kegelisahan Kanaya, Kale berkata gusar, “baru-baru ini mereka mengakuisi tambang nikel. Dugaan gue, akan ada pembukaan pabrik pengolahan nikel berskala besar dalam waktu dekat.”

“Tunggu, gue rasa kalian ada benarnya,” Vale menekuk alis, “Pak Lembah Bisra ketemu bapak di istana beberapa hari lalu, seinget gue dia punya saham besar di wilayah tambang yang baru diakuisisi sama Sastranegara.”

Embusan napas terdengar berat mengikuti kalimat itu, Vale lantas berhenti mengetik. Gadis berambut ikal itu melipat kedua tangannya dengan satu tangan menumpu kepala, jemarinya yang lentik beralih mengetuk meja. “Bisa dibilang, gue adalah sandera yang dikirim Ranju supaya Sastranegara yakin untuk bekerjasama. Mereka melihat gue sebagai putri mahkota yang berharga melihat bagaimana keluarga memperlakukan gue di depan media, tapi di saat yang sama Ranju nggak akan kehilangan apa pun dengan perginya gue.”

HOLIER THAN THOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang