EPILOG

11.6K 866 265
                                    

Dan selayaknya setiap kisah yang tanpa sengaja dimulai, sampailah kita pada usai.

Yogjakarta, Aliansi Pergerakan 

Seperti arus sungai, gerakan-gerakan kecil yang melawan ketidakadilan adalah tetes hujan yang jatuh dan berkumpul, membentuk jalan air di atas tanah, dan bersama-sama menuju laut.

“... Menyatakan Terdakwa …  tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dalam Dakwaan Primair dan Dakwaan Subsidair Penuntut Umum; Membebaskan Terdakwa oleh karena itu dari semua dakwaan Penuntut Umum tersebut (Vrijsfraak); Memerintahkan Terdakwa dibebaskan dari tahanan segera setelah putusan ini diucapkan ; Memulihkan Hak Terdakwa dalam Kemampuan, kedudukan dan Harkat serta martabatnya …”

Pembacaan amar putusan hari itu adalah titik balik kehidupan Kalingga Dharma. Dia melihat air mata, suka cita, dan kobaran api yang menyala-nyala di mata setiap jiwa yang tak gentar bersuara. Namanya menghiasi laman berita dan siaran tv nasional selama beberapa minggu, sebutan bahwa dia muncul sebagai satria piningit yang menyelamatkan 13 mahasiswa dari ancaman kriminalisasi membuat Kale harus mengurangi pergerakan hingga namanya mereda. Kanaya bahkan sempat mengomel di telepon karena Kale tidak ingin ditemui selama seminggu penuh—dia khawatir Kanaya tertangkap kamera dan Hastama mengambil tindakan.

Kemenangan hari ini adalah bukti bahwa keadilan masih bisa ditegakkan. Kami akan terus berjuang dan berlipat ganda untuk melawan demi kebenaran!”

Orasi Vivianne waktu itu masih meninggalkan remang di atas bulu kuduk Kale. 

Sulit mempercayai bahwa perempuan yang begitu lantang melawan pembangunan KIN itu adalah istri dari pria yang baru saja diangkat sebagai Menteri PUPR oleh Presiden Jayasena—sebuah manuver divide et impera yang mudah ditebak, upaya melemahkan gerakan.

“Mas Kale, mari?” seru Gheni sembari mengarahkan Kale untuk mengikutinya, membuyarkan lamunan pemuda gondrong yang sempat tersesat pada ingatan.

Saat ini mereka berada di lokasi pertemuan Aliansi Pergerakan untuk membahas rencana lima tahun ke depan. Jika diingat lagi, setelah kesaksiannya, Rengganis turut diperiksa atas keterlibatannya dalam kasus lukisan palsu, namun kasus itu mandek di kejaksaan—Kale yakin, Sastranegara berada di balik hal itu karena kesepakatannya dengan Aliansi Pergerakan.

Ngomong-ngomong tentang Sastranegara, keluarga itu pada akhirnya kembali menyembunyikan diri dalam bayangan dan menjadi begitu sulit untuk diraih media setelah percobaan pembunuhan yang dilakukan Madea Suri. Nama anak perempuan pertama Benjamin Sastranegara itu dalam sekejap menjadi kisah menjelang sore yang dianggap tabu dan terkutuk. Kale mendengar dari Vale bahwa keluarga mereka secara khusus mengatur agar Madea tidak dipidana.

Penjara tidak akan bisa menghentikan dia,” ucapan Maharani mengudara di antara sisa-sisa kekacauan salah satu keluarga paling berpengaruh di Indonesia itu.

Kale mengingat betapa wajah ibu mertua Vale menunjukkan rasa malu dan sesal yang menggerogoti usianya dengan rakus. Lalu hal terakhir yang Kale dengar tentang Madea Suri adalah bahwa dia dibebaskan dari dakwaan karena dianggap cacat mental menurut pasal 44 ayat (1) KUHP dan kini menjalani perawatan di sebuah rumah sakit jiwa dengan penjagaan ketat.

Kembali, lorong panjang itu perlahan terlipat dalam setiap langkah yang diambil, hitung mundur sebelum ucapan selamat tinggal Kale atas kehidupan yang ia miliki sebelumnya.

Sebuah pendopo perlahan terlihat dan Kale tertegun dengan betapa megah dan indah detail pahatan yang ada pada bangunan itu. Dia disambut dengan pintu kayu jati dan tatkala masuk ke dalam, mata obsidian Kale tak bisa menyembunyikan keterkejutan.

HOLIER THAN THOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang