BAB SEBELAS

8K 793 68
                                    

Gegap gempita kirab budaya pernikahan Avalei dan Jemima menjadi pesta rakyat paling megah selama Presiden Jayasena menjabat. Arak-arakan kereta kuda yang diikuti penari tradisional dan lantunan musik memeriahkan royal wedding keluarga yang sudah menjadi rahasia umum dianggap sebagai bangsawan.

Dari dalam kereta kuda putih dengan aksen emas, Vale tak hentinya menggaruk lengan karena tak nyaman bergesekan dengan lace—yang berapa pun mahal dan tinggi kualitasnya, tetap tidak membuat Vale terbiasa. Jemima yang melihat perilaku itu lantas mengulurkan tangannya untuk menghentikan gerakan Vale, meminta gadis yang sudah menjadi istrinya itu untuk menatapnya.

Your dress is fine,” lirih Jemima sembari tetap tersenyum, kaca kereta kuda itu membuat seluruh ekspresinya dapat dengan mudah terlihat dari luar. Vale mengerutkan alis, menggeleng kecil sampai Jemima perlu menangkup wajahnya. “You are fine. Everything is fine.”

Jemima tahu bukan gaunnya yang bermasalah, melainkan Vale yang secara mengejutkan menjadi gugup dan cemas—tidak seperti dirinya yang Jemima ketahui. Dia jadi mengerti mengapa putri satu-satunya Presiden Jayasena itu jarang terlihat di media. Atensi sebanyak ini pasti berlebihan untuknya.

“Lihat aku saja,” kata Jemima dengan lembut. “Fokus pada wajah orang yang nggak kamu sukai ini, dan anggap semua orang di luar sebagai sapi-sapi yang tengah sibuk mengunyah rumput. Semua akan segera selesai dan kamu akan baik-baik saja.”

Namun, Jemima keliru.

Alasan Vale begitu gelisah buka hanya karena banyak orang yang menonton kirab budaya, melainkan sesuatu yang menanti mereka pada perjalanan akhir. Untuk mengetahuinya, kita akan kembali pada tujuh hari sebelum kirab budaya pernikahan Avalei dan Jemima berlangsung.

“Langit Terbakar menghilang dan Haveen Cato mulai bergerak lagi,” bersama dengan kunyahan paha ayam, Kale memutar arah laptopnya menghadap Vale. Kanaya turut mencuri pandang. “Gue sudah menduga sejak awal kalau Langit Terbakar pasti akan diamankan. Tapi, fakta bahwa Haveen mengubah metode operasinya dengan menggunakan sosial media cukup mengejutkan gue,” jelas Kale pada Vale dan Kanaya. “Seperti yang kalian tahu, Haveen menjaga anonimitasnya. Tapi dia akhirnya muncul di sosial media, dan gue nggak memiliki keraguan bahwa pemilik akun @caveeton itu adalah dia. He deliberately post a picture of Haveen Cato's The First that was lost long time ago.”

“Setelah postingan itu, dia menjadi trending topik di Twitter, membuat nama Haveen Cato dan Langit Terbakar di Fatahillah naik lagi pasca tertutupi berita pernikahan lo selama beberapa hari.” Kale menunjuk grafik tren di laporannya. “Mulai dari munculnya utas yang membahas enam karya Haveen Cato beserta referensi kasus, misteri hilangnya Langit Terbakar, sampai perdebatan identitas Haveen Cato yang masih misteri. Ini anomali karena sebelumnya dia menghilang, seolah sedang bersembunyi dari seseorang.”

“Dan seseorang yang lo maksud itu berhubungan dengan Jemima,” sahut Vale. Kale mengangguk.

“Setelah upaya pembungkaman saksi potensial dari pemalsuan Haveen Cato's The Seventh, hilangnya Haveen kemungkinan besar untuk mengamati langkah siapa pun yang berusaha memburunya.”

Kanaya menelengkan kepala, ia menggaruk telinga saat berkata, “Terus kenapa dia muncul lagi?”

“Dan kenapa dia muncul bersamaan dengan gerakan sporadis di sosial media?” Vale menyahut pertanyaan Kanaya, keduanya kompak bertanya-tanya.

Kemudian, pertanyaan penting yang terlewat karena kondisi chaos pasca perubahan tanggal pernikahan Vale yang tiba-tiba, akhirnya berhasil diucapkan oleh Kanaya. “Gue juga bingung, kalau semua saksi pelelangan Haveen Cato's The Seventh menghilang, kenapa lo masih oke-oke aja, Kale?”

HOLIER THAN THOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang