BAB TIGA PULUH TIGA

6.1K 670 162
                                    

Sudah tujuh hari semenjak kerusuhan demo di depan gedung Legislatif dan kepolisian belum membebaskan 13 mahasiswa yang ditangkap. Meski begitu, rekaman yang dimiliki Kale berhasil disiarkan sebuah stasiun swasta yang dimiliki oleh salah satu dari sembilan keluarga. Rekaman itu menggemparkan publik dan semakin menguatkan dugaan adanya infiltrasi dari kelompok di luar masa aksi yang sengaja membuat kerusuhan untuk menjadikan mahasiswa sebagai kambing hitam.

Berkat rekaman itu juga, LBH Jakarta berhasil mendesak kepolisian agar membiarkan para mahasiswa yang ditangkap mendapatkan pendampingan hukum selama proses penyidikan. Semenjak surat terbuka dan istana yang masih bungkam, Haveen Cato untuk sementara terlihat tidak membuat pergerakan. Karena itu pula, perhatian publik mengenai lukisan palsu untuk sementara teralihkan pada ketiga belas mahasiswa, dan kelompok Musang Vale bergerak cepat untuk memanfaatkan momen ini.

“Dari hasil penelusuran timku, lukisan ketujuh yang diduga palsu didapatkan dari seseorang yang mengaku sebagai kolektor pertama.Dia menitipkan lukisan itu ke Heavenly Art Gallery untuk diikut sertakan dalam lelang. Dari sini kita bisa menduga kalau sejak awal keberadaan lukisan ini aneh, metode operandi Haveen Cato untuk lukisan baru selalu sama jadi mustahil ada orang yang memiliki lukisan itu sebelum dilelang.”

“Oke, apa identitas pemilik pertama diketahui?”

Vale mengangguk, ia menyerahkan tablet yang menunjukkan bagan alur kepemilikan Haveen Cato Ketujuh sebelum sampai ke tangan Jemima.

“Seperti yang kamu lihat, ada nama baru dari daftar orang-orang yang kita duga terlibat. Kolektor pertama itu bernama Armani Shahbad. Dia memiliki hubungan kekerabatan dengan Rengganis Shahbad, seniman yang bekerja sama dengan Heavenly sejak tahun 2015. Rengganis saat ini mengajar di Sartika Art School, salah satu yayasan yang mendapat bantuan beasiswa dari Heavenly.”

“Sartika Art School ini milik Wikana Ranju, benar?” Jemima bertanya ragu, matanya menyipit ketika membaca dokumen yang diberikan Vale.

“Benar.”

“Paman kamu?”

“Itu juga benar.”

“Kamu yakin?”

Vale mengerjap lalu mengangguk lagi.
“Nama belakang dia saja Ranju, kenapa kamu tanya-tanya hal nggak penting terus sih?”

Jemima menghela napas. “Jika benar, maka kamu sedang menggigit tanganmu sendiri.”

Vale tidak mengerti.

“Avalei, istriku yang manis,” lirih Jemima sembari meletakkan tablet di atas meja kerjanya, kemudian berdiri mendekati Vale yang berjengit saat pria itu menyentuh lehernya. “Aku sangat senang kamu bersemangat untuk membantu, tapi apa kamu sadar apa yang kamu lakukan?”

Sebenarnya Vale sedang berusaha mencerna, tapi Jemima yang tidak sabar segera menyimpulkan. “Saat ini, kamu sedang mencurigai anggota keluargamu. Bukannya aku nggak senang karena kamu tampaknya lebih mementingkan aku, tapi aku akan bertanya sekali lagi. Apa kamu yakin?”

“Apa ada alasan khusus aku harus nggak yakin untuk melakukannya?” Di dalam kepala Vale, dia hanya ingin mengamankan masa depan. Dengan membantu Jemima keluar dari skandal ini, maka posisi suaminya akan aman, dan itu artinya hidupnya juga bisa terjamin.

Vale sudah mendapat kuliah 100 sks dari Kale mengenai bagaimana bisnis keluarga Sastranegara berjalan dan rumor bahwa Bernardie di usianya yang menyentuh 89 tahun tetap tidak menunjukkan tanda untuk menyerahkan tampuk kepemimpinan perusahaan utama keluarga pada Jemima. Dalam kalimat sederhana, jika Jemima melakukan kesalahan sedikit saja maka Bernardie bisa mengubah keputusan suksesi, dan jika itu terjadi maka Vale bisa gagal mendapat 2% saham total perusahaan, yang juga berarti Vale bisa batal menjadi janda kaya raya.

HOLIER THAN THOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang