BAB DUA PULUH DUA

7K 646 42
                                    

GRUP JUAL BELI MUSANG

Musang 1:
Gue hari ini bakal datang ke demonstrasi, ada info Haveen Cato bakal muncul di sana dan istana bakal bergerak buat mengamankan dia. Gue akan coba prevent itu nanti.

Musang 2:
Lo kan bukan lagi mahasiswa (?)

Musang 1:
Ya kan gue bisa datang sebagai pers, Nay...

Musang 2:
Oiya ya, sorry sorry masih subuh banget soalnya :]

Musang 1:
Gue kemungkinan bakal gak aktif sampai sore, biasanya sinyal jadi susah pas ada demo gini. I'll try my best to give you all update, seenggaknya gue akan mengabari setiap satu jam. Jadi, Nay, tolong stand by.

Musang 2:
Stand by ... buat apaan?

Musang 1:
Lo serius sudah pakai otak belum, sih, Nay?

Musang 2:
Masih barusan kepasang....

Musang 1:
Gue gak tau bakal terjadi apa nanti, if we expect the worst mungkin aksi gak bakal berakhir dengan teratur. Di kondisi itu, gue minta lo untuk awasi lokasi gue dari gps, I put tracking to my ears so just make sure I'm visible.

Musang 2:
Kalo semisal jejak lo hilang gimana? Gue harus menghubungi siapa?

Musang 1:
Gue akan mencoba untuk gak sampai ke posisi itu, tapi kalau eskalasi keadaannya menjadi genting dan hal terburuk terjadi, tolong datang ke studio gue buat ambil laptop dan tablet. Gue udah siapin semuanya di tas, lo tinggal bawa aja.

Musang 2:
Terus lo gimana??

Musang 1:
Gue bakal cari cara buat balik ke lo, gak usah khawatir.

Musang 2:
Apa beneran nggak ada yang bisa gue hubungi?

Musang 1:
It's okay, Nay. Gue udah urus itu, yang penting lo lakukan yang gue minta tadi. Get it?

Musang 2:
Nggak suka deh gue kalau lo begini, Kal ...

Musang 1:
Gue bakal kabarin satu jam sekali, Nay. Sans. Link tracking gps gue ada di email, jaga gue ya?

Musang 2:
:[

Musang 1:
I'll take that as a yes.

Musang 2:
Hati-hati:[

Musang 1:
Hahaha aman.

“Apa kamu yakin tidak sedang disandera?”

Theodore Tadjanendra menatap Vale dan Jemima bergantian, lantas mengambil tangan Vale untuk menjauh dari pria yang menatap kesal padanya.

“Gue bisa membantu lo membebaskan diri kalau penjahat kelamin itu benar-benar memaksa lo menikah dengannya,” Theodore berkata serius, kedua tangannya menggenggam erat tangan Vale dan membuat si gadis mengerjap seperti anak sapi. Dia baru saja bangun dan digendong turun dari helikopter, sehingga mendapat sambutan tak terduga dari pria yang memiliki mata hitam kelam itu cukup membuatnya kebingungan. Vale melirik sang suami dengan sejuta tanya, kedua alisnya menyatu seperti ulat bulu, sementara ujung bibirnya membentuk kurva canggung. “My family produce a weapon, enough to end that asshole lineage,” tandas Theodore bersungguh-sungguh.

Eh?
Seolah mendapatkan pencerahan dari siraman air es dalam baskom, Vale menatap Theodore dengan mata melebar. “Lo punya pabrik senjata?” tanyanya antusias.

Jemima yang semula berpikir Vale membutuhkan bantuan untuk menyelamatkan diri dari simpanse berisik itu menganga tak percaya. Merasa dikhianati seketika. “Apa aku harus mengubah rencana pembangunan smelter menjadi pabrik senjata saja supaya kamu hanya melihat suamimu, Avalei?” Jemima memberengut, ia makin kesal saat melihat Theodore meletakkan tangannya di bahu Vale. “Dan jangan dekat-dekat pria itu, dia membawa rabies!” protes Jemima sembari menarik sang istri kembali ke pelukannya.

HOLIER THAN THOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang