BAB DUA PULUH ENAM

6K 713 67
                                    

“Dari seluruh demonstran yang ditangkap, Mas Kale tidak ada di antaranya.”

Laporan Nathan mengangkat sebagian beban di bahu si gadis berambut ikal. Vale yang semula tegang secara perlahan mulai bernapas dengan tenang. Kanaya telah berhenti menangis dan kini melakukan bagiannya untuk melakukan penelusuran data korban terluka dan hilang dari setiap berita kehilangan di media sosial.

Setidaknya, Kale tidak tertangkap, pikir Vale saat itu. Dia mungkin terluka atau bersembunyi di suatu tempat, tapi setidaknya tidak tertangkap aparat.

“Val, Val! Ada laporan dari LBH Jakarta, beberapa korban yang terluka berasal dari jurnalis, dan saat ini dirawat di rumah sakit!” seru Kanaya.

Serayu yang berada di tempat dan melakukan koordinasi dengan Nathan segera tahu apa yang harus dia lakukan. Ponselnya tidak berhenti berdering untuk mengabarkan kondisi terkini.

“Mbak Vale,” panggil Serayu. “Bapak Presiden sudah membuat pernyataan resmi terkait kerusuhan demo hari ini. Apa Mbak mau memeriksanya?”

Mengangguk cepat, Serayu lantas menyerahkan tablet pada Vale yang menatap tajam sosok pria yang tengah berbicara di dalam siaran itu.

“Saya mengutuk keras aksi barbarian yang terjadi pada hari ini,” suara Jayasena yang biasanya hangat kini terdengar bengis. “Demokrasi yang kita junjung tinggi sebagai negara berdaulat, kini ternodai dengan aksi tidak bertanggung jawab dari kelompok anarkis.”

Kerongkongan Vale rasanya tercekik ketika pungkas kalimat itu ditampilkan secara bersandingan dengan rekaman demontrasi siang tadi—di mana seorang mahasiswa terjatuh ketika dikejar aparat lalu dengan brutal dihajar menggunakan pentungan beramai-ramai. Dari kepulan asap yang membumbung, aliran darah dari kepala pemuda itu menjadi benang yang berkontradiksi dengan ucapan Jayasena selanjutnya.

“Saat ini kami berfokus untuk mengembalikan kemananan. Dari laporan yang saya terima, semua korban luka telah dilarikan ke rumah sakit terdekat dan saya berjanji seluruh biaya perawatan akan ditanggung pemerintah. Saya juga menginstruksikan pada Pak Kapolri agar seluruh provokator anarkis hari ini ditangkap tanpa kecuali, tapi tetap dilakukan sesuai prosedur yang humanis.”

Gejolak yang telah berjam-jam ini Vale tahan akhirnya tumpah. Perut gadis itu melilit hebat dan dia berlari ke kamar mandi untuk mengeluarkan seluruh cairan yang dia minum hari ini. Vale hanya sempat makan sedikit di perjalanan, namun semua itu kini menjadi kesia-siaan.

“Istirahat dulu, Mbak,” ujar Serayu khawatir. Wanita itu membawa minyak kayu putih dan handuk sekali pakai untuk Vale gunakan membersihkan mulutnya. “Nathan dan saya akan mengambil alih dari sini, Mbak bisa istirahat dulu sembari saya panggilkan dokter.”

Namun Vale menggeleng begitu cepat. Air matanya turun tak keruan di sela muntahan, wajahnya memerah seolah ia tengah tercekik. Ia terus muntah hingga cairan kekuningan keluar dengan meninggalkan rasa pahit. Vale yang semula berpegangan di toilet kini berangsur duduk di lantai begitu saja. Serayu segera berusaha membantu Vale duduk dengan menempatkannya agar bersandar pada bahu wanita itu. Dengan telaten mengelap keringat yang mengucur di kepala tuannya.

“R-rumah sakit,” ucap Vale tersengal. “Periksa semua rumah sakit.”

Koordinasi segera dilakukan. Serayu sigap membantu memeriksa daftar rumah sakit yang merawat korban luka dan meminta Nathan untuk kembali. Setelah beberapa rumah sakit berakhir dengan nihil, Nathan terpaksa membawa Vale dan Kanaya untuk turut serta memeriksa bersama. Sekitar pukul sebelas malam, udara dingin menyambut kedatangan mereka.

“Apa ada yang meninggal?” Pertanyaan itu meluncur begitu saja tatkala mereka menginjakkan kaki di UGD salah satu rumah sakit terbesar di Jakarta.

Vale terkejut ketika dia nyaris terpleset begitu berlari untuk memeriksa, dan perutnya mulai bergejolak lagi saat menyadari apa yang membuat lantai itu begitu licin. Darah. Dan semua itu berceceran di lantai unit gawat darurat, bersemburat seperti kanvas raksasa yang menggambarkan neraka.

HOLIER THAN THOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang