BAB TIGA PULUH LIMA

6.7K 725 66
                                    

Sejujurnya menampung satu orang saja tidak masalah karena Kale memiliki cukup ruang dan persediaan makanan yang banyak. Tapi sejak tiga hari lalu, apartemen-studionya telah berubah menjadi penampungan dadakan di mana beberapa makhluk hidup yang belum terlalu civilized untuk disebut manusia menginvasi seenaknya.

Vale datang malam-malam dengan hanya mengenakan setelan santai bermotif bunga sakura, kakinya dibalut sandal selop warna pink fanta, dan hanya membawa ponsel dan laptop. Ketika ditanya alasan kedatangannya bersama Nathan, Vale cuma melengos masuk sambil berkata, “Mau nasi goreng yang telor ceploknya dua kayak Kanaya.”

Kale menoleh pada Nathan mencari jawaban, tapi beruang jantan itu menggeleng kecil, tidak mengatakan apa-apa dan hanya menepuk pundak Kale sambil mengikuti sang putri presiden masuk ke dalam.

Pria itu pikir, dia hanya akan menampung Vale tapi ternyata gadis itu membawa si beruang yang berbesar hati tidur di sofa bersampingan dengan Kale. Dan seolah belum cukup, seseorang menekan password pintu kediamannya dan masuk dengan santai sembari membawa ransel unicorn berwarna pelangi, meletakkannya begitu saja di lantai disusul dengan ucapan, “Jahat banget masa nginep nggak ngajak-ngajak? Gue kan mau ikut juga.”

Adalah Kanaya, dengan lingkar mata sehitam panda dan tangan memeluk berkas dari kantornya.

Rasanya Kale mau lompat dari balkon saat ini juga. Terutama saat dia menyadari ruang tamunya sudah terisi wardrobe Vale yang dibawakan Serayu, lengkap dengan box sepatu.

“Lo mau sampai kapan deh menginvasi rumah gue?” tanya Kale lelah. Dia mendorong setumpuk dokumen yang dikerjakan Kanaya ke ujung meja, meraih pisang dan memakannya dengan setengah menangis. “Bukannya gue nggak setia kawan, tapi Val,” mata Kale melirik Nathan yang berdialog bersama Serayu, “lo bawa dua buntut.”

Namun Vale cuma mengerucutkan bibir, meletakkan black card di atas meja kemudian mendorongnya dengan ujung jari menuju Kale. “Maklumi sebentar please, gue lagi nggak pengen ketemu Jemima,” ucapnya memelas.

Pada akhirnya, jika dihadapkan dengan kartu hitam itu, Kale bisa apa selain mengambilnya dan berkata lirih dengan wajah pasrah. “Yah, mau bagaimana lagi.”

Artinya, mungkin saja Kale harus berkemas untuk bersiap jika sewaktu-waktu dia harus pindah ke apartemen baru.

Di sisi lain, penyelidikan mereka mengenai kolektor pertama Haveen Cato ketujuh mulai menemui titik terang. Setidaknya, mereka kini mengetahui beberapa informasi seperti

1. Armani Shahbaz dan Rengganis Shahbaz merupakan kerabat dekat yang pernah bersekolah di Sartika Art School.
2. Armani Shahbaz diketahui sebagai kolektor sekaligus dealer di beberapa galeri terkenal di Asia Tenggara.
3. Sebagai dealer, dia cukup sering memenangkan lelang dan memiliki nama yang baik di kalangan kolektor seni.

Sayangnya, informasi mengenai Armani hanya sampai di sana saja. Jejak transaksinya dalam dunia seni berhenti di tahun 2017 kemudian muncul lagi tahun ini sebagai pemilik pertama Haveen Cato ketujuh.

“Ngomong-ngomong, Armani Shahbaz terakhir kali terlihat di tahun 2017. Sebagai dealer yang cukup produktif, melihat rekam jejaknya berhenti selama beberapa tahun sebelum akhirnya muncul lagi sekarang dengan diam-diam, gue merasa ada yang fishy.”

Vale setuju dengan itu, dia tengah memilih gaun untuk di bawa saat pesta ulang tahun Miranda Tadjanendra menimpali dengan anggukan. “Gue juga merasa begitu. Armani Shahbaz, Rengganis Shahbaz, Syailendra Prawira, hingga Wikana. Mereka semua tuh saling berhubungan secara nggak langsung dengan Heavenly.”

Kale menggaruk dagunya, membaca beberapa berita terakhir tentang pelelangan yang dimenangkan Armani Shahbaz.

Vale di sisi lain melambai pada Serayu agar mendekat, lalu menunjukkan gaun yang akan dia kenakan. Perempuan dengan wajah yang terlalu formal untuk manusia normal itu mengangguk mengerti. Vale mendesah sambil meregangkan tangan. “Gue akan pergi selama dua hari untuk menghadiri pesta ulang tahun Miranda Tadjanendra, pestanya diadakan di pulau pribadi yang cuma bisa diakses melalui jalur udara so I guess gue nggak bisa menghindari Jemima lebih lama.”

HOLIER THAN THOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang