SIDE STORY EMPAT

5.8K 634 65
                                    

Bolehkah Jemima mengadu pada Tuhan karena istrinya diambil alih selama beberapa hari terakhir sampai satu-satunya kesempatan untuk bisa menghabiskan waktu berdua adalah ketika mereka tidur?

Pria itu mengunyah apel yang baru dipetik sang istri bersama kedua adik kembarnya dengan muka kusut. Kerutan di wajahnya tak lebih baik dari lap basah yang dijemur asal, dan bibirnya mencebik seiring dengan matanya yang memicing iri. 

That is my wife,” keluh Jemima pada Theodore yang kini menatapnya prihatin. “Gue beneran nggak bisa menyentuh dia sama sekali karena si kembar sibuk bawa dia ke sana ke mari.”

“Karma kali?” sahut Theodore asal. Jemima mendelik kesal. “Dulu aja lo tinggalin, sekarang masih di depan mata sok-sokan kayak lagi LDR Indo-Paris.”

“Lo sebenarnya temen gue bukan?” tanya Jemima senewen.

Theodore cuma mengangkat bahu tak acuh, menatap Jemima miris. “Gue objektif, Man,” sanggahnya. “You were indeed a jerk, but you are also my friend. Dua-duanya fakta. Salah gue di mana?”

Jemima melempar biji apel yang sempat tergigit dari mulutnya hingga mengenai dahi Theodore, membuat pria berwajah campuran Jepang dan Belanda itu misuh-misuh.

“Seenggaknya kasih gue saran gimana cara dapetin perhatian istri gue dari si kembar,” tampang Jemima memelas. “Karena sibuk ngikutin Genny dan Clem, Avalei bahkan nggak ngasih gue ciuman yang proper selama tiga harian ini. Let alone having intimate time.”

Theodore hampir saja memuntahkan kunyahan apelnya di wajah Jemima. Pria itu mendelik jijik. “Jujur lo sekarang terdengar amat nggilani,” umpatnya. “Tiga hari doang lo komplain udah kayak duda tua yang diceraikan istri—oh well, I think I'm so visioner karena lo memang bisa diceraikan sewaktu-waktu dalam beberapa tahun.”

Ketika Theodore dengan sengaja mengangguk-angguk pada pemikiran cemerlangnya, Jemima benar-benar mempertimbangkan untuk mengusir pria itu dari kediamannya sekarang juga. 

“Brengsek lo.”

“Masih lebih brengsek lo, juga. Nggak usah sedih gitu karena peringkat brengsek lo masih yang pertama.” Theo memungkas kalimatnya dengan bangga. Senyuman kotaknya terulas tengil, lantas lebih dulu menjauh dari Jemima yang sudah akan memberinya barang satu dua pukulan. Ia kini berusia bergabung dengan tiga perempuan yang sibuk memandikan anak sapi di tepi sungai.

Pretty! Aku boleh gabung, nggak?” seru Theodore sambil melambai-lambai girang. 

Sayangnya, alih-alih Vale, pria itu justru disambut Genny yang kini berkacak pinggang. Gadis berusia 13 tahun itu menghadang Theodore dengan tatapan antipati. “Men are not allowed into this area!” balasnya sengit. Jemima bisa mendengar suara Genny yang melengking dan tergelak saat melihat Theodore syok berat. 

“Apa aku benar-benar nggak boleh bergabung?” Theodore memelas. Tapi Genny tidak mengubah keputusan atau pun berniat membuka jalan. “Please? Promise nggak akan macam-macam. Aku pandai memandikan sapi, tahu?”

Clem dan Vale memperhatikan interaksi Genny dan Theodore dengan saksama sampai tidak sadar Bella baru saja berlari dan kini bergulung di atas tanah berlumpur. 

Promise?” decak Genny. “Clem bilang promise and men itu tidak bisa disebut dalam satu kalimat.”

“Kok gitu?”

Because men do betray.”

Vale nyaris tersedak mendengar Genny mengatakan itu tepat di muka Theodore yang kini terlihat terluka dan memegang dadanya dengan dramatis. Jemima berjalan mendekati pusat keributan, senyumnya merekah ketika mencuri pandang pada sang istri yang sedang tertawa lepas.

HOLIER THAN THOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang