BAB LIMA PULUH

6.9K 828 136
                                    

Gemuruh tepuk tangan menyambut akhir dari penampilan Cavali Alexandra. Perempuan itu mengedarkan pandangan dengan matanya yang indah, tersenyum megah seolah dirinya adalah bagian dari kristal cahaya.

Vale melirik kakaknya yang kini kentara sedang terpana. Wajah pria itu melembut hangat dan penuh kasih, kontra dengan betapa kaku ia biasanya—ekspresi wajah yang begitu jarang Maja tampilkan selain pada Vale dan Ibu.

Senyum jahil terbit di wajah Vale, dia hendak menyenggol Maja untuk menggodanya tapi kemudian dia terkesiap. Matanya melebar dan seketika sensasi mengerikan merayap dari dalam tubuh dan Vale tiba-tiba sudah kehilangan tenaga untuk berdiri.

Sakit.

Maja yang mengunci tatapan pada Alex sontak menoleh dan meraih tubuh adiknya dengan refleks, matanya menyorot panik terutama saat Vale merintih kesakitan.

“Perut aku ... sakit.” Obsidian Vale bergerak gelisah dan bingung. Air matanya terus berlinang seiring dengan nyeri yang semakin menjadi. Dia merintih, mengepalkan tangan hingga buku jarinya memutih karena menahan rasa sakit. Rasanya seperti bilah tajam tengah menyayat-nyayat perutnya dari dalam, mencabik-cabik dirinya hingga lebur.

Maharani yang melihat itu seketika berlari dengan panik melintasi kerumunan. Nathan berbagi tatapan pada Serayu yang langsung mengerti kemudian sigap membuka jalan. Maja mengangkat adiknya dalam gendongan dan setengah berlari membawa sang adik ke dalam mobil yang terparkir di luar—meninggalkan riuh yang hadir sebagai reaksi terkejut dari tamu undangan.

Madea di sisi lain berusaha untuk mengendalikan situasi—acara galang dana malam ini adalah penentu kelancaran rencana ke depan sehingga dia tidak bisa mengakhirinya hanya karena insiden kecil. Sementara itu, Marina sempat menoleh padanya meminta persetujuan, dan dengan satu anggukan perempuan itu segera mengekor Maharani yang telah bergabung dengan Maja.

Meski sempat mendapat sedikit masalah, dengan cekatan dan profesional Madea berhasil menggantikan Maharani sebagai ketua yayasan. Perempuan itu begitu lugas mempresentasikan hasil kerja selama satu tahun dan proposal projek terbaru yang melebarkan jangkauan pada masyarakat adat terdampak pembangunan smelter Morowali. Dengan begitu cemerlang ia memamerkan kemampuan dan kualitasnya sebagai pemimpin—sebuah pernyataan besar, taring pertama yang dia tunjukkan.

“Selama puluhan tahu kami telah berhasil membantu ribuan disabilitas, wanita dan anak-anak yang menjadi korban kekerasan rumah tangga, memastikan mereka untuk bangkit dan mampu hidup dengan layak,” Madea mengedarkan pandangan dalam suaranya yang tegas dan percaya diri. Menangkap setiap atensi hanya untuknya. “Oleh karena itu, dalam projek terbaru ini kami juga akan bekerja keras untuk memberikan kesejahteraan dan sebesar-besarnya manfaat bagi masyarakat adat. Dukungan Anda sekalian akan membantu kami selangkah lebih dekat dalam upaya mewujudkan kesejahteraan bangsa.”

Miranda yang berdiri di samping Rinta Syarifuddin mengulas seringai, orang pertama yang memberikan sambutan tepuk tangan. Si ular putih telah merestui dan itu saja cukup bagi perwakilan dari sembilan keluarga lain menaruh atensi. Dalam kalimat sederhana, Madea meraih kesuksesan besar.

Sayangnya, keberhasilan Madea tidak bisa menyembunyikan fakta bahwa malam penggalangan dana yang begitu indah dan penuh kesempurnaan itu ... telah berakhir ketika kemalangan mengambil tempat untuk berbicara.

“Anda adalah orang baik, Mas Kale.”

Rengganis meletakkan cangkir berisi teh tubruk berwarna pekat yang aromanya seketika mengisi seluruh studio lukis pribadi keluarga Shahbad.

Kale menggumam terima kasih dalam bahasa Jawa, lantas menyesap cairan yang masih mengepul itu pelan-pelan.

“Kami adalah keluarga seniman sederhana, tidak neko-neko, dan melakukan semua hal secukupnya,” ucapan Rengganis terdengar begitu bijaksana, wajah pria itu seperti permukaan air di atas kolam yang tenang. Senyumnya terulas hangat pada Kale yang terkejut melihat perubahan besar sejak terakhir dia bertemu kepala keluarga Shahbaz itu.

HOLIER THAN THOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang