BAB LIMA PULUH LIMA

6.1K 720 50
                                    

Jemima bersusah payah untuk bangun dengan tangannya yang masih mengenakan penyangga. Budiman datang bersama dengan Damian Saeed untuk melaporkan adanya dugaan penyalahgunaan dana CSR yang ditemukan tim audit.

"Mengenai informasi persiapan exit plan Bernardie dan pengalihan aset yang saya minta bulan lalu, apa sudah selesai?"

Budiman agaknya sedikit terkejut dengan reaksi Jemima. Pria yang terlihat menahan sakit itu tengah mengabaikan laporan genting yang mungkin akan menjadi akhir dari karirnya.

Dan lebih mengejutkannya lagi, Damian Saeed mengangguk seolah mereka telah mengetahui apa yang akan mereka hadapi. "Semua persiapan sudah selesai, Pak."

Jemima mengangguk, terlihat menghela napas sembari membaca laporan tim audit serta undangan rapat terbatas dengan dewan komisaris untuk agenda mendengar pertanggungjawaban. "Budiman," panggilnya setelah beberapa saat. Si pemilik rambut bob tergagap.

"Ya, Pak?"

"Istri saya, apakah dia sudah mulai bekerja di galeri lagi?"

Meski masih agak kebingungan, Budiman perlahan mengangguk. "Iya Pak, benar. Bu Vale sudah aktif kembali sejak beberapa hari lalu dan tengah melakukan audit laporan keuangan dan data transaksi yang dilakukan galeri sebelum beliau mengambil alih."

Sejenak raut muka Jemima menjadi pedih, alisnya tertaut turun dan matanya menyorot kelam. "Baiklah," ucapnya. "Pastikan istri saya nggak bekerja terlalu keras. Dan untuk Anda, Pak Damian, beritahu Sekretaris saya untuk mengagendakan pertemuan dengan Lembah Bisra secepatnya. Untuk proyek pembangunan smelter tidak akan ada kendala, tapi untuk KIN," Jemima menjeda sejenak, melirik Budiman yang mengerti untuk segera melipir pergi. "—Kita akan lanjutkan sesuai rencana, beritahu Miranda Tadjanendra bahwa saya akan menemuinya lusa."

Damian Saeed mengerti, kepala biro hukum Sastranegara Group sekaligus sahabat Jemima itu segera memasukkan kembali dokumen yang sebelumnya dia tunjukkan pada Jemima dan bersiap pergi.

Namun sebelum itu, Jemima memanggilnya lirih. Kali ini, dengan meletakkan namanya sebagai direktur utama SG Mining sekaligus pewaris konglomerasi Sastranegara Group. Hanya sebagai seorang teman yang meminta pertolongan.

"Damian, jika rencana ini gagal, pastikan istri gue nggak terkena dampaknya," Jemima memohon, mengejutkan Damian dengan matanya yang untuk pertama kali terlihat pasrah. "Do whatever it takes to protect her safety."

Damian Saeed mengeraskan rahangnya dan menatap Jemima teguh. "Your wife is stronger and clever than what you think she is, Jemima. She will be okay."

Kedatangan Maharani di galeri cukup mengejutkan Vale. Sang ibu mertua datang sendirian tanpa didampingi Madea atau Marina, hanya ingin berdua dengan sang menantu yang menatapnya canggung.

"Maaf tempatnya berantakan," sesal Vale tergugu sembari merapikan beberapa dokumen yang berceceran di meja sementara Serayu membantunya memunguti yang terjatuh di lantai.

Maharani mengerutkan kening, menatap lembut dan buru-buru menghentikan gerakan Vale. "Sudah, Nak. Tidak perlu, Ibu hanya ingin mengetahui kondisi kamu," tuturnya lembut, perhatian asing yang membuat Vale menebak-nebak apa yang berusaha Maharani sampaikan.

"Aku ... baik," jawab Vale ragu, sebenarnya ditanya seperti secara tiba-tiba membuat Vale berhenti berpikir sejenak. Dia melirik laporan keuangan Yayasan Rumah Kasih Ibu yang sempat dia salin dan perlahan meletakkannya di bawah proposal Sastranegara Exhibition yang akan dilaksanakan akhir tahun. "Apa ibu ingin teh? Kemarin Vale bawa teh tubruk dari Jogja, rasanya mungkin terlalu kuat tapi aromanya sangat sedap—ibu!" Vale berseru panik melihat bulir air mata jatuh di pipi Maharani.

HOLIER THAN THOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang