BAB LIMA PULUH SEMBILAN

6.5K 805 127
                                    

SIDANG PEMBUKTIAN KASUS PENIPUAN LUKISAN PALSU HAVEEN CATO KETUJUH, DAMIAN SAEED: UPAYA SOLIDARITAS PEKERJA SENI

(Jakarta, 10/15) Sidang pembuktian kasus penipuan Heavenly Art Gallery pada skandal lukisan palsu Haveen Cato Ketujuh digelar pada hari ini dengan agenda pemeriksaan saksi dan keterangan ahli yang diajukan oleh pihak Penuntut Umum.

Pihak kuasa hukum Jemima Sastranegara akan hadir untuk mengikuti jalannya persidangan dan optimis dengan hasil yang akan mereka terima.

“Kami yakin kebenaran akan segera terungkap. Persidangan hari ini tidak hanya upaya mencari keadilan bagi klien kami, tapi juga merupakan aksi solidaritas pada pekerja seni yang karyanya seringkali tak mendapat perlindungan. Rakyat Indonesia akan melihat, upaya hukum yang kami tempuh adalah cara kami menghormati dan membela Haveen Cato.”

Saat ditanya mengenai siapa saja saksi yang akan dihadirkan, Damian Saeed menjawab bahwa pihaknya telah menyerahkan semua informasi yang mereka miliki pada Jaksa Penuntut Umum. “Kita lihat saja nanti, biar masyarakat turut menilai.”

Persidangan hari ini akan menghadirkan terdakwa Rasyidin Ali selaku mantan manager operasional Heavenly Art Gallery, Dewani Sigit sebagai dealer, dan kurator Mahesa Birawa. Ketiga terdakwa yang terlibat dalam dugaan penipuan Lukisan Haveen Cato Ketujuh masing-masing akan diperiksa sebagai terdakwa berkas terpisah sesuai dengan perannya masing-masing.

Sementara itu, Jemima Sastranegara belum terlihat menghadiri persidangan. Mantan direktur utama SG Mining tersebut diagendakan untuk memberikan kesaksian sebagai saksi korban. Lebih lanjut, ia juga belum buka suara terkait pelengseran posisinya pasca dugaan penyalahgunaan dana CSR perusahaan untuk kepentingan pribadi yang menjeratnya. Di sisi lain, Madea Suri yang mengambil alih posisi Direktur Utama memastikan bahwa investigasi yang berjalan di dalam internal perusahaan tidak akan berdampak pada operasional bisnis maupun proyek yang sedang berjalan.

Satu hari sebelum sidang pembuktian oleh Jaksa Penuntut Umum

“Kita memang tidak mungkin mendudukkan Madea atau pun Syailendra Prawira di depan hakim, tapi kita bisa membawa namanya,” Damian menjabarkan rencana pembuktian esok hari. “Meski begitu, kita tetap membutuhkan saksi yang mengetahui langsung tentang Haveen Cato Ketujuh. Sampai saat ini, Kale belum bisa membawa Rengganis sebagai saksi kita.”

Garis wajah Jemima terlihat seolah-olah dia menua 10 tahun lebih cepat dari usia sebenarnya. “Nggak masalah, kita punya Budiman dan Pak Bram yang memeriksa lukisan Ketujuh. Bagaimana dengan lukisan yang ditemukan tim istri gue?”

Damian menatap sulit. “Kale belum memberikan konfirmasi soal Lukisan Rozentine, tapi yang jelas Pelukis Haveen Cato Ketujuh yang lo miliki adalah anak Armani Shahbaz, Jemima. Keponakan Rengganis. Saat ini bahkan JPU belum yakin bisa menghadirkan dia di pengadilan sebagai saksi.”

“Gimana dengan Wikana?” tanya Jemima setelah cukup lama berpikir. Damian menautkan alisnya.

“Lo mau dia bersaksi melawan Heavenly?”

Jemima mengangguk. “Kita punya data transaksi dan transkrip percakapan antara dia dengan Rasyidin Ali tentang dana hibah Heavenly Art Gallery setelah pelelangan Haveen Cato Ketujuh. Dengan kondisi terpojok, orang oportunistik seperti Wikana tidak akan mau mengambil resiko.” Damian mengangguk-angguk kecil, dia lupa Jemima mendapat data itu dari Miranda Tadjanendra. Lalu Jemima menandaskan. “Mereka menyebut nama Syailendra Prawira, Wikana pasti bisa menjelaskan peran orang itu di depan hakim demi menyelamatkan dirinya sendiri.”

“Tapi dengan asumsi yang sama pula, dia bisa menusuk kita dari belakang karena mustahil Madea tidak memegang kekang pada Wikana,” Damian mengetuk jemarinya di meja, berpikir keras. “Yang paling penting, lo harus berlatih untuk pemeriksaan saksi. Pihak Heavenly diwakili pentolan Hastama, mereka terkenal kejam pada saksi lawan.”

HOLIER THAN THOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang