35. The Part Two

697 124 9
                                    

"Sidang kedua terkait kasus pembullyan itu dimulai nanti jam 3 sore di aula pusat, mau nonton nggak?" Taksa mengajukan pertanyaan pada teman-temannya yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing di rooftop pada jam istirahat I.

Vee kemudian menanggapi, "Bukannya semua siswa emang wajib ya buat ikut?"

Jake menggeleng, "Bukan Bang, sebenarnya nggak wajib, cuman sekadar biar kayak ada saksi gitu. Tapi karena kasus ini lumayan viral, waktu ini banyak yang join buat nonton."

"Gue yakin di sidang ini bakal lebih banyak yang nonton." Marhen berucap, mengundang kernyitan dari yang lain.

"Kayaknya lo tau sesuatu nih." Tebak Taksa.

Marhen mengendikkan bahu, "Yara bilang 9 cewek itu termasuk dia resmi jadi saksi untuk sidang kali ini, dan mereka bakal speak up."

Calvin yang asik nyebat di seberang menyahut, "Eh iya! Zoey juga bilang gitu sama gue."

Mendengar hal tersebut, Jeftin yang sedaritadi terdiam, mendongak terkejut, "Frey ikutan juga berarti ya?"

Yang lain mengerutkan kening lantaran bingung, "Lah, lo nggak ada di kasi tau?"

Jeftin hanya menggeleng pelan, "Dari 5 hari yang lalu gue nggak pernah ketemu lagi sama dia, kayaknya dia off sosial media juga deh, soalnya rekaman dia yang di aula sempet kesebar dan itu rame banget. Tapi untungnya keluarga Frey langsung ngambil tindakan dan nggak butuh waktu lama untuk nangkap pelaku."

Taksa mendesis, "Lawyer family for real."

"Ada kemungkinan nggak princess Jo juga off  sosial media? Chat gue nggak dibales sampe sekarang, dari 5 hari yang lalu."

Calvin sontak membulatkan matanya, "Woah lo masih chat sama dia?" Dibalas anggukan oleh Vee.

"Perlu diakui bahwasanya lo sangat amat berani."

Jake mendecak, "She reply your messages, but I can see she is not into you at all Bang."

"What a damn, modelan Vee aja di acuhkan. Tipe Jo yang kayak gimana ya?"

"Stop pusing mikirin tipenya Jo, disaat lo udah ditolak mentah-mentah sama Audrey ya." Vee menjawab ketus.

"Bajingan, nggak perlu diingetin!" Sentak Taksa sembari tersenyum miris.

"Saran dari gue sih, jangan repot-repot mau suka sama mereka. Yara pernah bilang temen-temen dia tipe cowoknya tuh diluar nalar banget, maybe because of their high value."

Jake menjentikkan jarinya, "I know right. Selina aja nggak berhasil gu—

"Ya lo gila aja anjir mau deketin Selina, semua orang pun tau dia yang paling susah buat di deketin, terlebih-lebih kalo lo sok akrab sama dia." Ucap Calvin, sumpah ya.. dia aja suka ngeri sendiri ngebayangin pacar kesayangannya temenan deket sama Selina.

Jake mendengus, "Makanya!! Pas awal gue ngajak dia ketemu, pas—

"Owh pas lo cerita kalo dia cakep banget habis potong rambut?" Potong Vee sembari tersenyum jahil.

Jake segera menatap nyalang, "DIEM BANG!"

"Jangan-jangan lo beneran naksir dia?" Taksa heboh.

Jake berdecak, "Gue kalo naksir sama cewe juga milih-milih kali. Buat Selina--- dia itu terlalu jauh jangkauannya untuk gue, dia terlalu dominant, dan dia butuh cowo yang bisa mengalahkan kedominannya itu, dan seperti yang bisa kalian tebak bahwa gue nggak bisa jadi cowo yang bisa mendominasi dia."

Semuanya tampak berpikir, menyadari bahwa perkataan Jake sangat benar adanya. Marhen kemudian berujar, "Gue setuju sih sama Jake, emang udah kodratnya kalo cowo nggak suka di dominasi dalam hubungan."

CircleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang