"Kak Frey, gue bukan bermaksud buat ikut campur. Tapi, soal hubungan Kak sama Jef--
"Itu namanya lo ikut campur, tolol." Frey berucap tajam saat sedaritadi Marhen mengikutinya dengan melontarkan segala sesuatu berbau Jeftin.
Astaga, tidak bisakah semua orang mengerti bahwa saat ini Frey sedang tidak ingin berurusan dengan semua hal mengenai Ketua OSIS tersebut?
"Kak, setidaknya kasi Jeftin jelasin dulu."
"Jelasin apa? Jelasin kalo selama ini dia pecundang? Dia nggak percaya sama gue? Gue cuma mainan dia?"
"Dia nggak main-main sama lo, Kak. Dia bener tulus sayang sama lo."
"And then? He said kalo dia sayang sama gue, dan dia nyuruh lo buat ngebujuk gue? Biar apa? Biar gue luluh? Dia udah kenal gue berapa tahun, sih? Cara murahan kayak gini nggak akan pernah bisa mempan di gue."
"All you want right now is him, right?" Marhen menaikkan alisnya.
Frey terkekeh, "No, never."
"But he is wantt--, no. I mean-- need. He is need you right now, and everyday."
Frey terdiam cukup lama, kemudian menghela nafas pelan. "Dia nggak butuh gue, seperti gue butuh dia."
"I need him, to clear my mind, that he is literally someone that i need. I need him for tell to all of the world, kalo cuma dia yang tau apa yang selama ini gue mau, gue butuhin, dan yang selalu bisa ngerti gue. I need him to fix all that complicateds thing, that he is the male lead character of my love story."
Nafas Marhen tercekat beberapa saat setelah mendengar pengakuan Frey.
Melihat Marhen yang masih terdiam, Frey lagi-lagi terkekeh, "I bet you feel that i'm very very cringe right now."
Langsung saja Marhen mengelak, "NO!"
Lalu ia menghela nafas pelan, "Kayaknya omongan Kak Frey yang bilang Jeftin pecundang itu bener deh adanya."
Frey mengerutkan kening tak mengerti.
Marhen kembali berucap, "You are the female lead of his love story."
Frey bertambah bingung, "What a good lie."
Frey mendengus, "Dia sendiri yang bilang kalo dia mau nyatain perasaan dia ke seorang cewek. Sudah pasti kalo dia already found his female lead of his own love story."
"Dia bohong, Kak."
Frey semakin tidak mengerti.
"Dia bohong, karena dia terlalu pengecut buat nyatain perasaan dia ke lo. Makanya dia gunain trik kuno dan sampahan itu, buat ngetes lo."
"Dia mikir, kalo lo marah-marah dan nampakin cemburu, artinya lo juga punya perasaan yang sama kayak dia. Tapi dia bilang lo malah keliatan antusias dan mau diajak kenalan sama temennya itu."
What a stupid, Jeftin. Frey berteriak dalam hatinya.
"Dan ternyata pas lo jauhin dia, dia ngira lo udah tau semua rencana kuno itu. Dan dia berasumsi kalo lo ilfeel sama dia, Kak."
Frey menganga.
Namun sedetik kemudian, ia kembali menetralkan ekspresi serta perasaan bergejolak dalam dirinya.
"Ini... Lo nggak bohong, kan?" Frey menelisik jauh ke dalam manik mata Marhen.
Marhen menggeleng tegas, "Nggak Kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Circle
Ficção AdolescenteFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA! Untuk kaum pelajar yang bersekolah di SMA/SMK dan sejenisnya pasti sudah tidak asing dengan 'pembagian circle' pada tiap daerah sekolah mereka. Umumnya, circle-circle paling mendominasi dan cenderung ada di tiap sekola...