"Gue sama lo satu kelompok. Bareng Selina juga."
"Demi apapun gue nggak peduli."
Dari kemarin, Selina sudah ingin menjambak rambut Audrey. Bahkan disaat dirinya dan Jo menyempatkan waktu untuk diskusi dengan Audrey pun, gadis satu itu masih acuh tak acuh.
"Lo nggak bisa kayak gini. Nama lo juga terlibat disana, masa lo mau bodo amat terus sih?" Walau ikut kesal, Jo masih berujar dengan lembut.
"Gue nggak perlu pembagian kelompok kayak gini."
Brak!
Damn.
Jo memejamkan matanya saat melihat Selina yang sudah menggebrak meja kantin dengan sangat keras.
"TERUS APA?! Lo mau nyari ini semua sendirian?! Mikir make otak dong, jangan tolol! Lo kira gue mau satu kelompok sama lo, ha?! Engga anjing! Cuman demi menghormati Sophia, gue hargai keputusan dia! Asal lo tau, di kelompok yang lain semuanya udah menjalankan tugas mereka masing-masing! Cuman di kelompok kita aja yang belum! Karena apa? Karena ada cewe drama kayak lo!"
"Sel, udah."
Jo menatap sekitarnya. Orang-orang di kantin tampak memandangi Selina dengan ngeri. Ekspresi serta bentakan dari gadis itu benar-benar membuat semuanya mati kutu. Termasuk Audrey.
Jo kemudian kembali menatap Audrey, "Kalo lo nggak sudi bekerja sama sama kita, gapapa. Kita juga gabakal maksa, apalagi ngemis ke lo."
Jo kemudian berdiri, "Mungkin lo mau kita berdua ngemis-ngemis ke lo buat mau bantu kita. But sorry, ngemis nggak pernah ada dalam kamus kita."
"Lo nikmatin aja kesendirian lo. Semangat nyari buktinya sendirian. Nggak banget gue sama orang yang udah dikasi jantung malah minta hati."
Lama Audrey terdiam, hingga akhirnya ia mengangguk, "Fine. Gue emang nggak mau masuk ke masalah ini dari awal."
"Ya lo kira kita semua mau masuk ke masalah ini?! Kita semua nggak masuk, tapi dimasukin! Otak lo dimana, sih?!" Selina masih emosi dan tidak habis pikir.
"Bisa nggak, nggak usah bawa otak mulu daritadi?!"
"Ya makanya pake otak lo, kalo nggak mau orang ngatain lo!"
"Udah, Sel. Gue males banget debat, kerja selesai engga, pusing iya."
Jo kemudian menarik tangan Selina, "Males ngomong sama manusia batu."
Kemudian berlalu pergi meninggalkan Audrey.
........
"Temen-temen, sebelumnya maaf ya kalau aku beban di kelompok ini. Sumpah, aku nggak ngerti apa-apa. Berasa minder banget di kelompokin sama kalian."
Frey hanya menanggapi celotehan Yara dengan deheman pelan.
Sementara Wanda tersenyum tipis, berusaha bersikap seramah mungkin pada gadis polos di sampingnya ini,
"It's okay, Yara. Nanti Yara bantu jaga di depan pintu depan aja. Jangan ngerasa jadi beban gitu, dong."
Yara menampakkan senyum manis mendengar sahutan Wanda, sekarang ia merasa bersyukur mendapat kelompok seperti kedua gadis ini. Ya meski Frey masih tetap cuek dan terlihat malas dengan keberadaannya.
"Thanks, Wanda."
"Penjaga nya udah gue buat pingsan. Tinggal masuk aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Circle
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA! Untuk kaum pelajar yang bersekolah di SMA/SMK dan sejenisnya pasti sudah tidak asing dengan 'pembagian circle' pada tiap daerah sekolah mereka. Umumnya, circle-circle paling mendominasi dan cenderung ada di tiap sekola...