36. Special•

662 101 31
                                    

Usai sidang, Sophia terhenyak karena tiba-tiba ada seikat bunga tulip segar yang di sodorkan ke hadapannya. Sophia yang baru selesai menegak minumannya kemudian mendongak, berniat melihat siapa pelaku dari perilaku manis ini.

"Memang cewek terkeren yang pernah saya temui." Sadewa, berucap dengan cengiran lebar.

Sophia tersenyum manis, "Untuk saya?"

Sadewa mengendikkan bahunya, kemudian memilih untuk mengambil posisi duduk di samping Sophia. Kembali, menyodorkan bunga indah tersebut, "Mereka bilang, mereka suka sama kamu. Jadi, terima saja."

Sophia terkekeh kecil, ia mengangguk dan mengambil sodoran bunga itu. "Terimakasih banyak, Mr. Sadewa."

Sadewa mengangguk, dan mulai berujar kembali. "Ah, andai saja tadi diizinkan mengambil foto atau video, pasti saya sudah mengambil banyak dokumentasi saat kamu berbicara dengan sangat keren."

"Bisa minta di wartawan, saya yakin anda banyak punya kenalan atau orang dalam disana."

Sadewa mangut-mangut, "Kalau kenalan iya, kalau orang dalam tidak. Satu-satunya yang punya akses dengan pihak media yang hadir tadi hanya Sultan."

Sophia ber-oh ria, "Owh. Yaudah minta aja sama Pak Sultan."

Mendengarnya, Sadewa mendengus. "Berharap apa sama dia? Dia sudah pasti menyuruh semua orang dalamnya untuk menyorot Athena saja."

Sophia mengernyit, "Semua orang tau Athena benci kamera, apalagi disoroti. Dia sengaja buat Athena nggak nyaman atau gimana?" Sophia menjadi flashback saat sidang tadi, pantas saja Athena lebih banyak diam dan tidak bergerak.

Sadewa mengendikkan bahunya, "Mungkin ada alasan tertentu dibalik semua perilaku niat dari Sultan itu. Ya sudahlah, tidak usah dibahas lagi tentang mereka."

Sophia mengangguk.

Menunggu jeda beberapa saat, barulah Sophia menanyakan sesuatu yang sedaritadi mengusik dirinya, "Katanya hari ini anda mau bersiap untuk besok, kenapa ada disini?"

"Saya tidak bisa menahan diri untuk tidak bertemu dengan cewek keren."

Sophia tidak bisa menahan senyumnya, "Kalau anda lupa, malam nanti kita juga akan jalan-jalan."

"Tapi saya maunya sekarang juga bertemu dengan kamu." Ucap Sadewa, seperti tidak ingin dibantah.

Sophia terkekeh mendengarnya, "Sepertinya dimana-mana akan terlihat aneh saat seorang guru malah menyukai siswinya sendiri."

"Kalau siswinya sekeren kamu mah, semua orang juga akan maklum." Sahut Sadewa mantap.

"Lagipula, saya hanya guru bodongan." Lanjutnya.

Sophia reflek berdecih, "Guru bodongan tapi fans nya bejibun."

"Itu karena saya ganteng." Sophia mual mendengar perkataan percaya diri yang sialnya tidak bisa ia sangkal itu.

"Tapi selain ganteng, cara anda mengajar juga bagus."

"Jadi, anda mengakui kalo saya ganteng?" Sadewa bertanya dengan sumringah, membuat Sophia mengerlingkan mata.

"Who's not?" Ya, benar. Siapa yang tidak akan mau mengakui kalau guru bodongan ini memang sungguh sangat tampan?

Sadewa masih tampak sumringah, "Memang cara saya mengajar bagaimana?"

"Kekinian, tapi kesan tegasnya tetap bisa kerasa, dan mudah dimengerti juga penjelasannya. Kenapa anda tidak menjadi guru tetap saja, saya lihat anda juga enjoy."

"Ini bukan modus untuk membuat saya tetap disini, kan?" Goda Sadewa, membuat Sophia segera menabok bahunya dengan keras.

"Saya hanya memberikan saran." Ucap Sophia.

CircleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang