41. Favourite•

412 72 9
                                    

Selina mengambil langkah pelan namun pasti saat sudah sampai di sebuah ruangan yang terletak di sudut bangunan megah ini. Letaknya memang di sudut, namun ruangan ini bisa dikatakan adalah ruangan paling besar yang Selina temui di rumah keluarga besar Oph.

"Nyonya besar, sudah saya antarkan seseorang yang anda ingin temui." Seorang pelayan yang tadi mengantar Selina berucap lembut.

Saat itulah, Selina melihat seorang wanita--yang sialnya sama sekali tidak terlihat termakan usia, berbalik badan, dan menatap Selina dengan penuh intimidasi.

Wanita yang Selina ketahui adalah Oma Tian itu mengibaskan sebelah tangannya, memberi kode kepada pelayan tadi untuk pergi.

Pelayan tersebut membungkuk hormat, kemudian meninggalkan Selina dengan Oma berdua. Selina mengulas senyum manisnya, dan berjalan mendekat.

"Good night, Oma." Sapa Selina sembari membungkuk hormat.

Oma menatap Selina sejenak, lalu balik tersenyum. "Good night too, pretty."

Oma tanpa disangka kemudian menarik tangan Selina dan mengajaknya duduk di sebuah sofa yang terletak disana.

Oma kemudian mengelus pelan surai Selina, "Kamu.. Sangat cantik."

Membuat Selina tersipu malu detik itu juga.

Melihat Selina yang pipinya sudah memerah, Oma tertawa pelan. "Jadi, kamu yang kali ini dibawa oleh Tian?"

"Iya, Oma."

"Perkenalkan diri kamu."

"Selina Caroline. Tapi Oma bisa panggil Selina saja."

Dan seperti yang sudah Selina duga, Oma tertegun. Hal sama yang selalu terjadi tiap kali Selina memperkenalkan namanya yang disertai dengan Marga Ibunya. Seolah semua orang memang mengetahui, bahwa Selina dan keluarganya bukanlah dari kalangan yang sembarangan.

"Selina, Oma boleh tanya satu hal?" Selina mengangguk sembari tersenyum.

"Kenapa kamu datang malam ini? Apa memang undangan dari Tian langsung?"

"Iya Oma, Kak Tian sendiri yang ngundang Selina."

"Kalo boleh tau, kalian kenalnya dimana?" Oma bertanya dengan antusias.

"Kebetulan Selina sahabatnya Jo. Jadi, beberapa kali Selina emang sempet ketemu sama Kak Tian. Tapi, kita mulai rajin komunikasi semenjak Kak Tian nawarin Selina jadi model untuk brand kacamata nya."

"Oh ya? Wah pantas saja, Oma dengar akhir-akhir ini penjualan kacamata Tian laris. Rupanya modelnya secantik ini."

Selina tertawa, sedikit salah tingkah karena sedaritadi Oma terus-terusan memujinya.

"Nak Selina setelah ini mau ambil kampus luar negeri atau dalam negeri?"

"Maunya luar negeri sih Oma, tepatnya di Amerika. Kebetulan apa yang Selina cari ada disana."

"Mau menekuni apa?"

Selina tersenyum, "Dunia Model."

Oma mengulas senyum bangga, "Aura kamu--memang sangat cocok. Oma doakan kamu bisa, dan Oma yakin kamu pasti sukses."

Selina merasa terharu, "Terimakasih banyak Oma."

"Sama-sama sayang."

"Nak Selina." Oma kemudian mengelus pelan surai Selina yang malam ini telah tertata sangat rapi.

"Tian-- Oma tidak pernah berpikir kalau Tian sudah cukup dewasa karena tingkah manjanya. Oma sudah berulang kali mengatakan kepada Tian, bahwa segala isi dunia ini harus seimbang agar semuanya bisa berjalan dengan baik. Termasuk dalam memilih pasangan hidup, kita perlu mencari yang setara agar kita dan pasangan kita bisa memahami dunia masing-masing, agar tidak rentan terjadi pertengkaran, dan bisa memberikan pengaruh baik kepada keluarga serta keturunan selanjutnya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CircleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang