Haiii Cyinn 🥺🥺
Maaf nih aku up nya kelamaan
🙃🙃Camattt baca ya Cyin Cyinn ku 😍😍😍
.
.
.
.
.Pertengkaran semalam masih berlanjut hingga esok hari. Algrarez dan Zanna bahkan sama-sama saling diam tidak mau lebih dulu bicara. Mereka saling melempar perang dingin satu sama lain. Dan sialnya, hari ini mereka berdua pun sama-sama libur. Sehingga Algrarez dan Zanna hany menghabiskan waktunya di rumah.
Lagipula ini masih pagi, masih pukul tujuh. Dan Algrarez niatnya nanti akan pergi tiga puluh menit lagi setelah istirahat sehabis berolahraga lari memutari komplek rumahnya ini. Sementara itu, Zanna tidak ada niatan untuk pergi. Hari ini Zanna ingin tetap di rumah saja.
Algrarez yang baru saja datang ke dapur melihat Zanna sedang menuangkan susu ke gelasnya pun hanya bisa meliriknya sekilas, sementara itu dirinya hanya mengambil air dingin di kulkas lalu pergi ke ruang tamu, duduk disana. Ah, sial. Apa semalam dia keterlaluan? Niatnya hanya ingin membuat Zanna patuh kepadanya. Tapi, malah jadi seperti ini.
Mau minta maaf pun itu tidak akan mungkin terjadi. Bagi Algrarez, minta maaf itu harga diri baginya. Maka, dibanding meminta maaf lebih dulu, Algrarez lebih suka membuat Zanna hanyut dalam rayuannya sendiri dan berakhir gadis itu yang meminta maaf lebih dulu.
Zanna menghela nafas pelan melihat Algrarez yang pergi begitu saja. Rasa ingin menampar wajah tengik cowok itu pun semakin menggebu. Kenapa Algrarez susah sekali menurunkan egonya hanya sekedar untuk meminta maaf lebih dulu. Padahal seluruh dunia tahu, jika perempuan itu makhluk yang gengsinya setinggi langit.
"Obatin luka kamu, aku gak mau punya suami yang nanti penyakitan gara-gara infeksi luka." Zanna meletakkan kotak p3k itu dengan kasar di atas meja.
Zanna hendak pergi, namun tangannya kembali ditarik sehingga membuat dirinya terjatuh dia atas pangkuan cowok itu. "Kenapa gak lo aja yang ngobatin?" Algrarez menaikkan satu alisnya menatap Zanna. Membuat gadis itu ingin sekali menjerit. Zanna itu cewek normal, dan dia tidak munafik kalau Algrarez itu tampan. Tentu saja hanya ditatap seperti itu membuat jantung Zanna hampir loncat ke lutut.
Zanna memanglingkan wajahnya. Sial, dia kenapa sih? Malah terpesona dengan Algrarez. Harusnya kan Zanna menjadi satu-satunya orang yang membenci Algrarez. Bukan malah ikut-ikutan terpesona seperti fans-fansnya Algrarez.
"Obatin," Perintah Algrarez sambil menunjuk kotak p3k yang ada di atas meja.
Berdecak pelan, walaupun sebenarnya tidak sudi. Tapi, Zanna tetap melakoninya. Anggap saja ini sebagai bentuk permintamaafan darinya.
Dengan telaten Zanna mengobati semua luka-luka yang ada di seluruh wajah Algrarez. Mulai dari wajah, hingga tangan cowok itu yang kemarin sempat mengeluarkan darah dan sekarang sudah mengering.
"Kalo gue berubah, lo bakal balas perasaan gue?" Pertanyaan mendadak dari Algrarez tentu membuat Zanna diam.
"Aku—"
"Gak tau, Kak."
*****
Setelah perginya Algrarez entah kemana, kini Zanna sendirian di rumah. Aktivitasnya setelah mengerjakan tugas-tugas kuliah adalah menonton serial drama Korea. Algrarez tadi pergi, izinnya sih mau nongkrong di markas. Entah, lah. Zanna juga tidak terlalu peduli dengan urusan cowok itu. Lagipula, mau dibilangin seperti apa juga tidak akan mempan. Algrarez itu keras kepala, suka semaunya sendiri. Jadi biarkan saja cowok itu berbuat semaunya. Selagi belum terluka pasti belum kapok.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGRAREZ || The Devil Husband
Подростковая литератураZanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya soal cowok justru membuatnya takut berkomitmen dalam hubungan. Zanna tidak percaya, kalau di dunia ini...