Seorang laki-laki membuka matanya dengan diiringi ringisan rasa sakit yang ia rasakan di sekujur tubuhnya.
Ruangan yang amat sangat tertutup dan sedikit berdebu membuat pernafasannya sedikit sesak. Tanpa diduga-duga seember air dingin tiba-tiba saja membasahi seluruh tubuhnya.
" Ssstthhh sialan aku ada dimana? apa yang terjadi disini?" Ia mencoba mengingat-ingat hal apa yang terjadi sebelum ini, namun nihil pikirannya seolah buntu dan berhenti untuk berpikir.
" Aku harus bisa keluar dari sini, aku memiliki firasat buruk dengan tempat ini" laki-laki itu sibuk melepaskan ikatan pada tangan dan kakinya, namun beberapa saat kemudian sebuah anak panah melesat begitu saja, bahkan hampir menggores wajahnya.
" Hah hampir saja, aku harus cepat-cepat keluar dari sini" ia kembali sibuk dengan kegiatannya, hingga tidak sadar dengan sepasang mata yang sedari tadi menatapnya penuh hasrat, hasrat kehausan akan darah.
" Kenapa terburu-buru?" Suaranya mengudara seolah tau ditunjukkan untuk siapa, si tawanan berhenti sejenak, mengawasi sekitar namun nihil tak menemukan apapun selain ruang kosong.
" Temani aku bermain, apa kau mau?" Lagi suara itu menggema namun nihil tak ada siapapun disana selain si tawanan.
" Kau mengabaikan ku ternyata" tiba-tiba saja terdengar suara tembakan, namun sayang tidak mengenai si tawanan.
" Hah aku kesal, kau diamlah aku ingin bermain denganmu" sudah beberapa kali namun tetap tak berhasil, hanya ada suara tembakan tanpa hasil yang memuaskan.
Akhirnya usaha tidak mengkhianati hasil, si tawanan berhasil membuka ikatan pada tangan dan kakinya, raut senang tercetak jelas di wajahnya namun hanya beberapa saat, karena setelahnya sebuah anak panah tiba-tiba saja melesat mengenai perutnya.
" Aaakkkhh siapa kau?"
" Kekeke tentu saja aku temanmu, bukankah aku yang mengajak mu bermain tadi?" Si tawanan terduduk karena tak bisa menahan rasa sakit diperutnya, matanya menatap sekeliling berharap sosok itu muncul dihadapannya.
" Mencari ku hem?" Tubuhnya menegang ketika melihat siapa yang sekarang berdiri dihadapannya, seorang wanita dewasa yang membawa busur panah serta pistol dikedua tangannya.
" Katakan padaku, apa tujuanmu datang ke kediamanku?" Wajah pucat nya semakin pucat ketika si wanita yang tak lain adalah Jennie, mulai mendekatinya.
" Bukan urusan mu, aku hanya menjalankan perintahnya" laki-laki itu semakin ketakutan, andai saja dia bisa pergi dari tempat yang entah ada dimana.
" Hem begitu ya, kau mau pergi bukan?" Jennie berjongkok di depannya, mengangkat dagu si tawanan dengan pistol yang ia pegang.
" Aku akan membebaskan mu dengan syarat beritahu siapa yang menyuruhmu untuk mengintai kediamanku" laki-laki itu nampak berpikir, namun sayang dia memilih diam.
" Hem anak buah yang hebat, tidak mau membocorkan rencana tuan nya. Pergilah aku membebaskan mu kali ini, tapi ingat aku tidak menjamin keselamatan mu diluar sana" tak mau membuang waktu dengan sekuat tenaga si tawanan berdiri, berjalan dengan tertatih-tatih keluar dari ruangan gelap yang sempat membuatnya ketakutan.
" Kenapa anda melepaskannya Mr?"
" Kau lupa kita dimana?" Seketika Antonio tersadar dan ia tak yakin si tawanan bisa selamat di luar sana.
Song Hye Joon adalah anak buah suruhan miyeon dan antek-anteknya, yang tempo hari di tangkap oleh Antonio.
Awalnya Antonio memang membawanya ke gudang bawah tanah, namun ide gilanya terlintas begitu saja untuk membawa Hye Joon ke sebuah " hutan terkutuk " . Kenapa begitu? Karena hutan itu bukan hanya berisikan binatang buas tapi para manusia kanibal juga banyak disana. Sudah dipastikan nyawa Hye Joon tidak lebih aman dibandingkan dengan saat di ruangan gelap tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love The Tyrant Girl
RandomJennie Kim wanita dewasa yang hampir tidak memiliki perasaan apapun di hidupnya. kejam, sadis dan semena-mena pada siapapun yang menurutnya mengganggu ketenangannya. Lalisa Manoban seorang gadis cantik yang memiliki trauma akibat ulah ayahnya dan be...