53. Adik Asyila

1.9K 210 43
                                    

بِسْـــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْـــــمِ

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Bertemu kembali... Alhamdulillah...

Jangan lupa salat dulu kalau sudah masuk waktunya ya... Baca cerita ini mah bisa kapan aja hehe

Sholawat dulu ya...

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma sholli 'alaa sayyidina Muhammad, wa 'alaa aali sayyidina Muhammad.

Vote dan komen jangan lupa...

Happy reading guys💕💕💕

♡ ♡ ♡

Beberapa saat lalu Fadhil dan Nayara tiba di rumah mereka. Fadhil membantu Nayara turun dari mobil. Bersamaan dengan itu pintu rumah terbuka dan sosok Aira langsung berlari keluar dengan mata yang basah. Anak itu habis menangis.

"Yayah! Bunda! Kenapa tinggalkan Aila?" Tangis Aira pecah saat menatap kedatangan kedua orangtuanya. Melihat itu Fadhil bergegas menggendong putri kecilnya itu.

"Maaf ya sayang, Yayah nggak bermaksud tinggalkan Aira. Yayah terlalu panik sewaktu Bunda sakit." Fadhil mengusap air mata di pipi bulat putrinya. Ia begitu merasa bersalah pada Aira.

"Maaf sayang," katanya lagi.

"Tadi saat saya datang Aira sudah bangun dan menangis mencari kalian." Asad yang menyusul keluar dari rumah langsung berbicara. Dan perkataan itu membuat perasaan bersalah Fadhil kian bertambah.

Fadhil menghembuskan nafasnya berat. Ia memeluk erat tubuh Aira yang sesenggukan karena menangis.

"Makasih Sad sudah temani Aira," ungkap Fadhil.

"Tidak masalah Dhil," balas Asad. Lalu pandangan Fadhil berpindah pada Nayara. Menyadari istri sahabatnya itu tidak mengenakan cadar, Asad langsung mengalihkan matanya kembali pada Fadhil.

"Bagaimana kondisi Mbak Naya, Dhil? Baik-baik saja?" tanya Asad.

"Alhamdulillah sudah lebih baik."

Asad menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Alhamdulillah. Kalau begitu saya mau pamit pulang. Mau siap-siap ke kantor," kata Asad.

"Sarapan di sini dulu Sad."

"Tidak usah Dhil. Di rumah saja," tolaknya.

Fadhil menghembuskan nafasnya saat itu. Lalu mengangguk. "Yasudah. Terimakasih sekali lagi sudah tolong saya."

"Iya sama-sama. Saya pamit, assalamu'alaikum."

"Waalaikumusalam warahmatullahi wabarakatuh," balas Fadhil.

Sebelum pergi Asad mengusap pelan puncak kepala Aira. Barulah pria itu bergegas menaiki motornya yang terparkir di samping mobil Fadhil. Sepertinya Asad menaiki motor itu saat kemari.

Setelah berpamitan untuk yang terakhir kalinya, Asad melajukan kendaraan roda duanya itu meninggalkan rumah Fadhil. Menyisakan Fadhil, Nayara dan sosok kecil Aira yang terisak kecil dalam pelukan ayahnya.

"Sini Ay, Mas bantu lagi." Fadhil kembali merangkul Nayara dengan satu tangannya yang bebas, sementara sebelah lagi ia gunakan untuk menggendong Aira untuk kemudian memasuki kediaman mereka kembali.

Lantunan Surah Asy-SyamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang