57. Pengakuan

1.8K 211 11
                                    

بِسْـــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْـــــمِ

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Maaf baru up 🙏🏻

Ada yang kangen nggak nih?

Sholawat dulu yuk...

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma sholli 'alaa sayyidina Muhammad, wa 'alaa aali sayyidina Muhammad.

Jangan lupa vote dan komen...

Happy reading💕💕💕

♡ ♡ ♡

Euforia kebahagiaan melingkupi Nayara tatkala Arsyad mengatakan niatnya yang tak akan membawa Aira bersamanya. Rasa gelisah serta sedih yang semula hinggap dalam hatinya mulai perlahan menghilang. Bahkan Nayara tak hentinya menarik senyuman di balik kain cadarnya.

"Aira saya serahkan sama kamu Nay, kamu yang lebih berhak atas Aira dari pada Mas. Terima kasih sudah membesarkan putri Mas ini dan mendidiknya dengan sangat baik. Mas ucapkan banyak terima kasih untuk kamu. " Begitulah sekiranya kata-kata Arsyad setelah mereka menyelesaikan makan siang hari itu. Lalu setelah berbincang kembali beberapa lama, Arsyad pamit untuk pulang.

Sebenarnya hari itu Aira sempat menangis ingin ikut bersama Arsyad, namun pria itu berhasil membujuknya dengan mengatakan untuk datang ke rumahnya beberapa hari lagi bersama Nayara dan Fadhil. Aira luluh sebab Fadhil pun mengatakan akan mengajaknya menginap di rumah Arsyad. Dan hari yang di janjikan itu pun tiba di hari ini.

Aira dengan mengenakan gamis berwarna merah muda dan jilbab putih dengan pita merah muda di sisi kepalanya tampak melompat-lompat ceria di sisi Nayara. Fadhil yang melihatnya dibuat gemas oleh anak manisnya. Ingin sekali ia mencubit pipi Aira yang tembam itu.

"Bahagia sekali putri Yayah. Aira mau ke mana sih, cantik sekali hari ini?" tanya Fadhil sambil berjongkok di depan Aira.

Aira menarik senyuman paling lebar yang gadis itu mampu. Membuat matanya yang bulat menjadi melengkung sipit. "Aila mau ke lumah Papa! Aila senang sekali Yayah! Aila mau ketemu Papa. Aila sudah lindu sekali sama Papa," ungkap anak itu dengan antusias.

Fadhil tersenyum lalu mengusap puncak kepala Aira yang tertutup jilbab. Pandangannya kemudian berpindah pada sang istri yang baru saja selesai memakai kerudung panjangnya. Fadhil berdiri lalu mengambil alih sebuah cadar yang hendak Nayara ambil di sisi kasur.

"Biar Mas yang pasang, Aya," kata Fadhil sambil memposisikan dirinya di belakang Nayara.

Fadhil menatap istrinya lewat pantulan cermin, ia tersenyum sambil memasangkan selembar kain hitam itu di wajah istrinya.

"Nyaman?" tanya Fadhil memastikan.

Nayara mengangguk kecil, sambil tersenyum di balik cadarnya. Membuat sang suami ikut melebarkan senyumannya. Pria itu memeluk Nayara dari belakang, tangannya bergerak mengusap perut Nayara yang membuncit. Bersamaan dengan itu bayi di dalamnya mulai bergerak kecil.

"Dia senang sekali kayanya setiap ayahnya elus," katanya sambil terkekeh.

"Iya, senang sekali sepertinya," balas Nayara.

Fadhil mengecup sisi wajah Nayara. Lalu menatap lekat wajah istrinya. Selalu saja hati Fadhil terasa teduh jika memandang istrinya ini. Seakan ada sesuatu yang membuatnya enggan berpaling dari memandang Nayara. Mungkin inilah nikmat yang Allah berikan kepadanya, dan Fadhil enggan menyia-nyiakan hadiah dari Allah ini. Sungguh beruntungnya dirinya ini bisa mendapatkan istri seperti Nayara.

Lantunan Surah Asy-SyamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang