50. Tamu

1.1K 117 2
                                    

بِسْـــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْـــــمِ

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh 🙏🏻

Alhamdulillah akhirnya bisa up juga setelah sekian abad huhu🤧

Baca shalawat dulu yuk...

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma sholli 'alaa sayyidina Muhammad, wa 'alaa aali sayyidina Muhammad.

Jangan lupa vote dan komen...

Happy reading 💕💕💕

♡ ♡ ♡

Cukup lama menemani istrinya di rumah, Fadhil kini kembali menginjakkan kakinya di perusahaan. Walau sebenarnya ia tak tega meninggalkan Nayara yang sedang dalam suasana hati kurang baik sendirian di rumah. Namun Fadhil juga masih punya tanggung jawab di kantornya. Masih ada pekerjaan, terlebih ia masih punya janji pertemuan dengan kliennya sore nanti.

"Permisi Pak Fadhil!" Langkah Fadhil terhenti tatkala sang resepsionis tiba-tiba keluar dari meja dan menghampirinya.

Fadhil menaikkan satu alisnya. Meminta penjelasan atas tindakan pegawainya ini.

"Maaf menghentikan langkah anda Pak. Tapi ada yang ingin saya sampaikan. Tadi sewaktu Bapak pergi ada tamu yang ingin menemui anda," kata resepsionis itu.

"Siapa? Bukannya ada Asad?"

"Tamunya ingin menemui anda Pak. Dan tadi Pak Asad sudah mempersilahkan tamunya untuk menunggu di ruangan Bapak," kata resepsionis itu.

"Ya. Apa ada lagi yang ingin dikatakan?" tanya Fadhil.

"Tidak Pak. Semua sudah saya sampaikan. Sekali lagi maaf sudah menyita waktu Bapak."

"Ya," sesudah itu Fadhil langsung saja melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti setelah mengucapkan salam. Tak sedikitpun dirinya melirik ke arah lain. Fokusnya hanya ingin segera sampai ke ruangannya. Siapa tamu yang ingin menemuinya itu? Seingatnya ia tidak memiliki janji dengan siapapun hari ini kecuali dengan kliennya. Itupun untuk nanti sore.

Tiba di depan ruangannya, Fadhil mondorong pintunya dengan perlahan. Suara obrolan dari dua orang di dalam sana sontak saja terdengar di indera pendengarannya. Sampai kedua manik matanya bertatapan dengan sepasang manik lain di dalam ruangan.

Mata Fadhil sedikit melebar saat itu. Namun tak lama sebuah senyuman merekah di bibirnya, bersamaan dengan langkahnya yang mulai berayun memasuki ruangannya.

"Mas Arsyad!" Fadhil berseru senang saat itu. Membuat seseorang yang namanya ia panggil langsung terkekeh melihat betapa antusiasnya Fadhil saat melihatnya setelah sekian lama.

Arsyad yang tidak lain adalah kakak dari Fadhil berdiri dari sofa. Menyambut pelukan singkat dari sang adik.

"Udah gede juga ternyata kamu Dhil," selorohnya saat pelukan mereka terurai.

Fadhil berdecak sebal mendengar perkataan itu. "Di pikir adikmu ini masih remaja, Mas?"

Fadhil geleng-geleng kepala, lalu menjatuhkan bokongnya di salah satu sofa terdekat. Begitupun dengan Arsyad yang kembali duduk di tempatnya dengan tawa kecil yang belum reda.

"Tahu sudah dewasa masih saja terlihat antusias bertemu sama Mas," kata Arsyad.

Fadhil berdecak. "Apa salahnya? Sudah lama sekali Fadhil tidak ketemu sama Mas. Wajar kalau Fadhil senang lihat Mas lagi. Apalagi Mas tiba-tiba muncul seperti ini di depan Fadhil."

Lantunan Surah Asy-SyamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang