.
.
.
Keesokan harinya,
Dengan bersenandung Max berjalan sambil melompat kecil dengan terus menggandeng tangan kiri sang mommy.
Memerlukan waktu lima belas menit dengan berjalan kaki untuk sampai di tempatnya bekerja yaitu sebuah toko bunga milik Irene.
"Sayang happy??" tanya Shannon pada putra kecilnya tersebut.
"Happy mommy,,, " jawab Max dengan senyumnya yang selalu membuat sang mommy justru merasa sedih karena wajah yang sama itulah yang membuatnya merasakan penderitaan sampai hari ini.
Hingga akhirnya jiwa kecil tak berdosa ini harus menjadi korban dan merasakan penderitaan yang sama dengan dirinya.
Shannon pun kembali menatap lurus trotoar yang rame oleh para pejalan kaki. Dan melangkah sesekali menatap sang putra yang selalu bahagia hanya dengan hal kecil, seperti sekarang ini dia mengajaknya pergi ke toko dimana dirinya bekerja.
Kini keduanya sudah tiba di sebuah toko bunga tempat dimana Shannon harus mengantarkan orderan bouquet yang sudah dia rangkai kemarin di flat dan ditemani sang putra hingga malam.
Ceklek,,,
"Selamat pagi eonni,,, " sapa Shannon saat melihat pemilik toko bunga tersebut yang selalu terlihat cantik sambil menata beberapa bunga yang sedikit berantakan setelah penjualan semalam.
"Hai Shan,,, " Irene pemilik toko bunga tersebut segera menyambut Shannon dan memeluknya dengan hangat.
"Selamat pagi aunty" sapa Max dengan sangat sopan.
"Selamat pagi tampannya aunty,,, bagaimana kabarmu tampan??" Irene menanyakannya sambil berjongkok untuk menyamakan tinggi badannya dengan Max putra tampan Shannon.
"Max baik aunty,,, hihi" jawab Max dengan tawa kecilnya.
Irene meminta Max untuk duduk dan memberinya sekotak buah strawberry kesukaannya.
"Mommy apakah Max boleh menerimanya??" tanya Max pada sang mommy sebelum menerima pemberian dari Irene.
"Boleh sayang, jangan lupa ucapkan terimakasih pada aunty nak" Jawab Shannon yang selalu mengajarkan sopan santun pada putranya tersebut.
"Terimakasih aunty,,, Max suka buah strawberry" ucap Max menggemaskan.
"Sama-sama sayang,, sekarang ayo duduk sini" Irene menggandeng Max dan mengangkatnya keatas kursi dan membantu Max membuka kotak berisi strawberry tersebut.
"Selamat makan tampan,,, Hati-hati tersedak nee" colek Irene pada dagu Max yang membuatnya kesulitan menahan kegemasan pada putra karyawannya itu.
***
Vante Corporation
"Selamat pagi tuan Presdir, hari ini bunga yang tuan pesan sudah bisa diambil. Apakah saya perlu mengirim orang untuk mengambilnya tuan??" tanya sang sekretaris pada sang Presdir yang baru saja tiba.
"Bagaimana jika kamu saja yang mengambilnya, bukankah kamu sudah mengetahui tempatnya??" pinta sang Presdir.
"Baiklah tuan,, sebentar lagi saya akan ke toko bunga yang anda maksud.
Apakah ada pesanan tambahan tuan??""Sudah cukup,,itu saja" jawab Xander singkat
Tidak ada perayaan apapun di kantor, namun setiap tanggal satu Xander selalu membagikan bouquet bunga dan sekotak coklat untuk semua orang yang melintas di depan kantornya.
Dan sang sekretaris bersama bodyguardnya yang selalu bertugas menjalankan kebiasaan sang Presdir tersebut.Tidak ada yang berani bertanya akan kebiasaan sang Presdir, justru mereka selalu excited setiap menjelang tanggal satu karena akan banyak orang yang bahagia menerima bingkisan yang diberikan oleh pimpinan Vante tersebut.
Ritual setiap awal bulan itu semakin membuat para karyawan kagum karena menganggap sang Presdir adalah pria yang romantis karena melakukan perayaan semanis itu.
"Aku ingin mengingatnya dalam hidupku, bahwa ada dosa besar yang sudah aku perbuat ditanggal satu bulan sembilan lima tahun yang lalu"
"Jika kamu berada di Seoul aku harap suatu saat kamu akan bisa melihatnya, dan merasakan ketulusanku untuk meminta maaf padamu"
Xander kembali masuk kedalam ruang kerjanya, dia melingkari angka satu di kalender yang ada di meja kerja miliknya sebagai tanda bahwa hari ini sudah memasuki bulan yang baru.
"Tolong maafkan aku,, aku ingin bisa bertemu denganmu dan mengatakannya langsung di hadapanmu,,,"
kalimat penuh sesal itu kembali dia ucapkan
"Aku ingin mengetahui, apa yang terjadi padamu setelah malam itu"
Mata setajam elang itu kembali basah jika mengingat kejadian malam itu, bahkan hingga detik ini dia masih mengutuk dirinya sendiri. Bagaimana mungkin dia bisa menjadi seorang pengecut seperti malam itu.
Bekas luka cakaran yang masih ada hingga kini di lengan atasnya menunjukkan betapa sakit luka yang dia berikan pada gadis cantik berkata bulat itu.
Sambil duduk di kursi kebesarannya, Xander meneguk secangkir coklat yang tak lagi panas karena dia diamkan terlalu lama, namun baginya kelezatannya tetaplah sama meskipun kondisinya sudah berbeda dari pertama dia menyeduhnya.
"Aku akan terus mencarimu hingga aku bisa menemukanmu,,,
Aku tidak akan berhenti, aku janji padamu"
"X"
┈┈┈┈․° Next °․┈┈┈┈
KAMU SEDANG MEMBACA
The Regret (VK - GS) (Taekook)
Fiksi Penggemar"Tolong maafkan aku,,," 🔞🔞🔞 #taekook #gs #dewasa