Chapter 41 - 2 : Ia adalah Luo Wan Qing

86 14 0
                                    

Xie Heng menyesap teh dan melanjutkan sambil berpikir, "Jika kita mengacau, Li Gui Yu akan mengambil keuntungan dari kekacauan itu untuk membunuh Putra Mahkota. Agen Liu akan berada di sisinya untuk mengawasi pergerakannya, dan apabila ia bergerak, lindungi Putra Mahkota dan tunggu bantuan kami. Sementara itu, Qing Ya berada di Departemen Inspeksi untuk menangani kejadian tak terduga, dan Xuan Shan masuk istana untuk melaporkan keabnormalan kepada Yang Mulia."

"Melaporkan yang sejujurnya?" Xuan Shan mengangkat matanya.

Xie Heng mengangguk: "Laporkan yang sejujurnya. Pangeran Ketiga sepertinya berniat buruk terhadap Putra Mahkota dan mengajakku bicara di Paviliun Fang Fei. Juga, minta Yang Mulia agar mengizinkan Departemen Inspeksi untuk menangkap Pangeran Ketiga apabila terjadi kecelakaan. Di waktu yang sama, utus orang dari Rumah Tangga Kekaisaran kemari sebagai mata Yang Mulia."

"Baik," jawab Xuan Shan.

Xie Heng memerintahkan tugas ke semua pihak dan mengangkat matanya untuk menatap Luo Wan Qing, "Apakah Agen Liu ada pertanyaan lain?"

"Aku akan mendengarkan pengaturan Tuan Muda."

"Kalau begitu, istirahatlah baik-baik beberapa hari ini. Mundur." Xie Heng meengangkat tangannya.

Luo Wan Qing tahu bahwa apa yang akan dikatakan selanjutnya tidak pantas didengarnya lebih jauh dan bangkit untuk pergi. Ia kembali ke kamarnya, memikirkan tentang Xie Heng dan pengaturan Paviliun Feng Yu, dan mengeluarkan gambar peta rumah Qing Lu.

Setelah berpikir sekian lama, ia terpikirkan sebuah rencana. Ketika ia teringat akan risiko siasat itu dan cemoohan Xie Heng sebelumnya, mau tak mau hatinya merasa pahit. Ia mengeluarkan identitas masa depan keluarganya dari lengan pakaiannya, membuka dokumen itu, dan memerhatikan setiap kata, setiap nama yang tertera; ini adalah masa depan keluarganya.

Sepuluh hari lagi, ia akan mengantarkan keluarganya keluar, dan keluarganya akan membawa dokumen ini ke pemerintahan untuk melapor ke petugas. Sejak saat itu, mereka bisa memulai kehidupan yang damai dengan identitas yang tak ada kaitannya dengannya, Luo Wan Qing. Ia menyentuh keempat nama ini dengan penuh kasih sayang, menutup dokumen-dokumen itu berbarengan, dan memeganginya sejenak, kemudian membungkusnya dan menguncinya ke dalam kotak di bawah tempat tidurnya.

***

Hari-hari berikutnya, Xie Heng tak banyak berinteraksi dengannya. Ia tahu bahwa Xie Heng mewaspadainya, jadi ia tinggal dengan tenang di gunung, bermeditasi, berlatih, dan mengakrabkan diri dengan segala sesuatu di Departemen Inspeksi.

Pada hari kesembilan, hari janjiannya dengan Qing Lu, ia meminta izin dari Xie Heng untuk membeli beberapa barang pribadi. Xie Heng sedang meninjau dokumen, dan ketika ia mendengarnya, ia mengangkat matanya dingin untuk menatapnya, "Jangan bersikap licik."

Luo Wan Qing berujar tenang, "Tuan Muda bisa menyuruh seseorang untuk mengikutiku."

"Tidak perlu," Xie Heng sepertinya terlalu malas mengurusinya, hanya berkata, "Cukup jangan pergi mencari Qin Jue."

Luo Wan Qing membeku, tidak memahami maksud Xie Heng. Xie Heng menundukkan kepalanya dan menuliskan kata-kata dengan sebatang kuas, berkata samar, "Aku tahu kau punya hubungan dengannya, tetapi ia membencimu sampai ke tulang sekarang. Bahkan jika kau akan mati besok, jangan membuatnya kacau. Menggunakan identitas Zhang Jiu Ran untuk menipu satu kali itu sudah cukup."

Selagi Luo Wan Qing mendengarkan, ia merasa bahwa Xie Heng memperlakukannya seolah-olah ia berpikir dirinya akan mati besok, jadi ia hendak mencari kesempatan menemui Qin Jue untuk berpamitan. Xie Heng juga memperlakukannya seolah-olah ia sedang menggunakan identitas Liu Xi Niang untuk menipu Qin Jue untuk yang kedua kalinya.

Cang Lan Dao [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang