Chapter 42 - 1 : Lain Kali, Aku akan Datang

108 17 3
                                    

Anak panahnya melesat dan menyebar di udara, mengunci semua tempat yang bisa dituju Luo Wan Qing. Bahkan, jika Luo Wan Qing bisa lolos, Putra Mahkota di belakangnya tidak akan bisa lolos dari lima panah Li Gui Yu.

Ketika Luo Wan Qing melihat panah-panah itu berdatangan, ia berhenti berusaha untuk melarikan diri, berdiri diam di depan Putra Mahkota, memegang pedang dengan kedua tangannya, menatap ke pusat panah-panah itu, dan berteriak dengan keras!

Tenaga dalamnya melonjak, dan ia menebas ke arah panah-panah itu!

Panah-panah itu membawa kekuatan bagaikan tanah longsor, dengan kuat bertumburan dengan pedangnya. Pedangnya patah, dan sebatang panah menusuk tembus bahu Luo Wan Qing, membuat dirinya melayang!

Luo Wan Qing muntah darah dan setelah itu merasakan seseorang dari belakangnya, melindunginya dengan tenaga dalam. Di waktu yang sama, aliran kehangatan merasuki tubuhnya untuk melindungi jantung dan urat-urat di sekitarnya. Sejenak ia merasa pusing dan tidak tahu apa yang terjadi di sekelilingnya. Lalu, ia mendengar suara tebasan dan pembunuhan di segala penjuru. Zhu Que sepertinya berteriak di sebelahnya: "Putra Mahkota ada di sini. Lindungi Putra Mahkota!"

Ketika Luo Wan Qing mendengar kata-kata itu, ia tanpa sadar membuka matanya dan melihat Li Gui Yu di lantai atas, menjejakkan kakinya sembari mengayunkan pedang panjang dan pergi.

Luo Wan Qing berjuang untuk bangkit, namun Xie Heng menahannya. Ia mengangkat tangannya untuk memberikannya beberapa pil dan berkata: "Kita tidak bisa menghentikannya."

Dengan adanya Departemen Inspeksi di tengah kekacauan dan Xie Heng masih ada di sini, tidak ada yang bisa menghentikan Li Gui Yu.

Luo Wan Qing memegang lengan jubah Xie Heng dengan gelisah, bibirnya bergetar, "Tuan Muda ...."

"Bunuh dia nanti." Xie Heng tidak perlu dirinya mengatakan apa-apa. Ia bisa melihat niatnya. Sambil mengangkat tangannya untuk memeluk Luo Wan Qing, ia berkata dengan tenang, "Yang penting luka-lukamu."

Luo Wan Qing tidak sanggup bicara selagi ia merasakan kesadarannya yang perlahan-lahan jadi buram. Ia tak lagi bisa memikirkan tentang situasinya. Ia tidak tahu apakah ia sekarat; ia hanya terpikirkan keluarganya. Qing Lu akan membawa mereka untuk menunggunya di pelabuhan sampai fajar menyingsing; barangkali mereka akan pergi jika ia tidak datang.

Akan lebih baik kalau ia mati. Qing Lu akan mengirimkan mereka ke perjalanan terakhir mereka, dan mereka tidak akan ada harganya lagi. Seharusnya tak ada lagi yang akan mencari mereka. Tetapi, jika ia masih hidup, dan Qing Lu mengetahui arah keberangkatan mereka, akan ada satu titik dimana mereka menjadi ancaman.

Tetapi sekarang, karena Xie Heng telah menyelamatkannya, pria ini tidak akan membiarkannya pergi dengan apa yang telah diperbuatnya malam ini. Siapa yang bisa membantunya? Siapa yang akan menolongnya? Dalam keadaan putus asa, ia teringat satu orang. Itu adalah satu-satunya orang yang bisa diandalkannya akhir-akhir ini.

"Aku ingin bertemu Cui Heng." Luo Wan Qing berusaha keras dan menarik lengan jubah Xie Heng.

Xie Heng, yang sedang menyembuhkan luka-lukanya, terdiam dan mengangkat matanya untuk menatap Luo Wan Qing. Ia melihat Luo Wan Qing terengah-engah mengais napas, berkata penuh kegelisahan, "Aku tahu aku sudah amat berdosa, tetapi bukan tujuanku untuk melakukan demikian, dan kuharap, Tuan Muda akan melihat fakta bahwa aku melindungi Putra Mahkota malam ini."

"Baiklah." Xie Heng mengerti apa maksudnya dan merespons dengan tegas. Ia tidak tahu mengapa, tetapi rasa sakit yang sangat asing merembes ke dalam dirinya saat ia mendengarkan Luo Wan Qing memohon dalam keadaan putus asa. Dengan lembut mengusap pelipis gadis itu, ia berbicara dengan kelembutan yang langka di depan orang luar: "Kau bisa tenang. Ia sedang dalam perjalanan. Saat kau siuman, ia akan kembali."

Cang Lan Dao [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang