Chapter 11 : Namaku adalah Liu Xi Niang

153 26 1
                                    

Saking melengkingnya jeritan itu, sampai-sampai langsung mengejutkan semua orang. Anggota keluarga Luo bergegas masuk ke sel, tetapi para petugas segera menarik mereka kembali. Luo Shang Chun jadi gelisah: "Biarkan kami masuk! Itu adik perempuanku, ibuku adalah seorang tabib! Biarkan ia pergi dan memeriksanya!"

"Berhenti! Tunggu di tempat kalian!"

Pintu masuk penjara kacau balau selagi sipir menyeret Luo Wan Qing, yang sudah beberapa kali berguling-guling di tanah, menjauh dari wadah api sembari berteriak marah, "Apa yang kau lakukan? Kau tidak mau hidup, ya?!"

Kesadaran Luo Wan Qing jadi berkabut akibat rasa sakitnya. Ia meringkuk di tanah, ingin menyentuh wajahnya, tetapi tidak berani, sekujur tubuhnya menggigil. Ia merasa seperti ada piringan besi yang menekan wajahnya dan mengelupas kulitnya. Suara "zzz" saat kulitnya terbakar masih terdengar di telinganya.

Untungnya, selama beberapa hari ini, ia sudah dipukuli habis-habisan oleh Liu Xi Niang dan bisa tetap sadar dalam rasa sakit. Ia menahan rasa sakitnya dan menggunakan sisa-sisa akal sehatnya untuk berteriak: "Kantor pengobatan—bawa aku ke kantor pengobatan—aku kesakitan! Sakit sekali!"

Melihat penampilannya yang menderita, si kepala petugas menggertakkan giginya dan akhirnya melambaikan tangannya, "Bawa ia ke kantor pengobatan! Ia adalah tahanan yang diasingkan. Ia tidak boleh mati!"

Dengan itu, Luo Wan Qing pun digotong dan dikirim ke arah kantor pengobatan penjara. Ia mendengar suara Yao Ze Lan dan Luo Shang Chun. Ia juga mendengar tangisan Su Hui. Ia berjuang keras untuk membuka mata berkabutnya dan melihat cahaya putih di pintu masuk penjara di belakang jadi semakin jauh dan siluet-siluet itu menjadi semakin kecil.

Sipir itu bergegas membawanya ke kantor pengobatan. Tabib melihat luka Luo Wan Qing dan buru-buru mulai mengobatinya sembari berbicara: "Ada apa dengan kalian belakangan ini? Barusan, kalian mengirimkan seorang gadis berwajah buruk rupa, dan sekarang kalian mengirimkan yang lainnya. Mereka semua itu perempuan. Kenapa kalian selalu melakukan itu pada wajah mereka?"

"Bukan," sipir itu buru-buru menjelaskan, "Kami tidak melakukannya. Ia yang melukai dirinya sendiri."

"Omong kosong!" Tabib itu tidak memercayainya dan mengomeli si sipir.

Luo Wan Qing tidak mengatakan apa-apa, memutar kepalanya untuk mengamati sekitar. Kantor pengobatan adalah sebuah ruangan besar dengan deretan kain-kain putih di dekat jendela. Seharusnya itu adalah tempat untuk pasien istirahat. Mendengarkan ucapan si tabib, Liu Xi Niang mestinya sudah tiba lebih dulu.

Luo Wan Qing berpikir singkat, dan setelah tabib itu mengobati luka di wajahnya, ia berujar lemah, "Tabib, aku ingin istirahat."

"Bantu ia ke sebelah sana." Tabib itu meliriknya dengan wajah simpatik dan menyuruh si bocah medis untuk membantunya ke tempat tidur terdekat.

Dengan sehelai kain putih yang memisahkan antar tempat tidur, Luo Wan Qing tidak bisa melihat siapakah yang ada di tempat tidur di sebelahnya. Ia bertanya-tanya bagaimana cara menemukan Liu Xi Niang ketika ia mendengar suara gemerisik di sampingnya. Ia pun menoleh dengan waspada, hanya untuk merasakan seseorang menekan mulutnya, dan berujar dengan suara rendah yang serak: "Ini aku."

Luo Wan Qing mendongak dan melihat mata Liu Xi Niang.

Mereka sudah membalut semua luka-luka Liu Xi Niang, dan sama sepertinya, kasa putih menyelimuti seluruh kepalanya. Ia mengenakan pakaian penjara yang bersih. Pakaian untuk tahanan pengasingan dan seragam penjara berbeda. Seragam penjara berwarna putih dengan kata 'Tahanan' di atasnya sementara tahanan pengasingan mengenakan pakaian kuning dengan tulisan 'Pengasingan'.

"Ganti bajumu." Liu Xi Niang berkata, langsung mulai melepaskan pakaiannya. Luo Wan Qing pun bergegas mengikuti. Mereka melepaskan pakaian mereka sembari dengan cepat menjelaskan situasi kepada satu sama lain.

Cang Lan Dao [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang