Chapter 32 - 2 : Cui Guan Lan, Kaulah yang Berhati Lembut

106 23 1
                                    

Xie Heng tertegun. Luo Wan Qing setengah berlutut di tempat tidur, rambutnya terurai dan pakaiannya melorot, memperlihatkan bahu dan leher telanjangnya. Bibirnya masih merah karena meminum darahnya; dadanya berdarah; kulitnya pucat dan selembut giok; kalau bukan karena wajahnya, seharusnya ia akan secantik seorang iblis.

Bilah belati dingin itu menempel di lehernya, dan Xie Heng membeku; menatapnya, ia mendengar wanita di depannya menatap lekat dirinya, berujar keras kepala: "Tersentuh."

Setelah mendengar kata 'tersentuh' ini, akhirnya Xie Heng menyadari apa yang sedang wanita ini lakukan. Ia membantah kalimatnya, "Pedangmu bahkan tidak bisa menyentuhku."

Xie Heng kehabisan kata-kata. Ini pertama kali dalam hidupnya, ada belati yang menempel di bagian tubuh vitalnya. Ia menatap gadis di depannya dengan agak terkejut.

Luo Wan Qing sedikit bangkit dan mendekatinya, napas wanita itu menyatu dengan napasnya. Ia memandangi mata pria itu dan mengingatkannya, "Cui Guan Lan, kaulah yang berhati lembut! Akan kutanyakan lagi: Kenapa kau tidak menanyakan padaku, apa yang kulakukan?"

Mendengar ini, Xie Heng mengangkat matanya dan menatapnya. Matanya cantik. Sejak ia bertemu dengannya, ada belati tersembunyi di dalamnya; ia mengasahnya, dan menyaksikan belati itu memperlihatkan diri sedikit demi sedikit. Ia menginstruksikan, memandu, dan secara pribadi membentuk tulangnya dan segala sesuatu di sekitarnya, berhubungan dengannya. Saat ia menyadari ini, hati sanubarinya agak bergetar. Tatapannya tertuju pada luka di dadanya, merasa itu bagaikan bunga begonia yang mekar.

Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia berhasrat terhadap seseorang yang menodongkan belati ke lehernya. Ia memejamkan matanya, seolah merasa tak bisa dipercaya, namun pada akhirnya menerimanya. Ia pun tertawa pelan.

"Kau benar." Ialah yang berhati lembut, dan ialah yang kalah. Setelah mengatakan ini, ia mengangkat tangannya dan dengan lembut memegang bahu Luo Wan Qing.

Luo Wan Qing membeku, kemudian menyaksikan selagi pemuda itu bergerak ke arahnya tanpa ragu, merunduk dan menundukkan kepalanya.

Ia mendekat penuh tekad. Ia dekat. Belati Luo Wan Qing hanya bisa mundur.

Tak menunggu Luo Wan Qing bereaksi, ia menguburkan dirinya ke dadanya dan menempelkan bibirnya ke luka wanita itu.

Luo Wan Qing gemetar dan sudah akan mengatakan sesuatu ketika ia merasa pemuda itu membuka bibirnya dan dengan lembut menghisap lukanya. Darahnya pun mengalir ke bibir pria itu, mengikat kedua orang itu dalam hubungan yang tak bisa dibicarakan.

Luo Wan Qing jadi kaku, dan ia baru menyadari apa yang sedang dilakukannya. Ia menahan kewaspadaan yang terhisap keluar dari dirinya, menghibur diri bahwa Cui Heng sedang menyelamatkannya, dan memalingkan kepalanya dengan kaku tanpa bersuara.

Cui Heng menghisap darah beracunnya sampai bersih dan meludahkannya ke saputangannya sebelum ia mendongakkan kepalanya untuk melihat ke arah wanita yang susah payah berpura-pura tenang. Bibirnya bernoda darah bagaikan seorang iblis, memandangi wanita itu dengan dingin.

Luo Wan Qing tetap kaku, tidak berani menatapnya.

Cui Heng memandanginya sejenak dan tertawa pelan, "Kau barusan menodongkan belati padaku, tetapi sekarang kau mengabaikanku." Ia mengangkat tangannya untuk memakaikan pakaiannya untuknya, tetapi segera setelah ia menyentuhnya, Luo Wan Qing bergetar, dan kemudian, seolah-olah tersadar, Luo Wan Qing buru-buru berkata, "Akan kulakukan sendiri."

Cui Heng pun memerhatikannya mengenakan pakaiannya dalam diam. Keduanya duduk hening di tempat tidur.

Setelah beberapa saat, Cui Heng bertanya dengan lelah: "Katakan. Hal buruk apa yang kau lakukan malam ini? Membunuh Kepala Departemen?"

Cang Lan Dao [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang