Chapter 4 : Aku adalah Liu Xi Niang

186 30 2
                                    

"Kemari dan bunuh aku!"

Luo Wan Qing meronta gila-gilaan untuk menerjangnya. Ia tidak memikirkan apa-apa. Ia menuruti emosinya dan mendesis sekuat tenaga, "Jiang Shao Yan, kembali kau! Kemari dan bunuh aku!"

"Tahan dia! Pasangkan rantai di tangannya! Pasang kuncinya! Kurung dia!" Para sipir di dekatnya tidak menyangka bahwa seorang nona akan memiliki kekuatan seperti itu dan bergegas mendekat.

"Sumpal dia, sumpal dia! Tarik kembali ke selnya!"

Orang-orang di sekitar pun melesat. Mereka menekan tangannya dan menyumpal mulutnya, menjepit Luo Wan Qing, yang sudah sepenuhnya kehilangan akal sehatnya. Beberapa orang kemudian mengangkatnya bersama-sama melalui lorong yang panjang, membawanya ke depan pintu sel, membuka pintu jeruji itu, dan melemparkan dirinya masuk, kemudian buru-buru mengunci rantainya dan berbalik pergi.

Luo Wan Qing berguling-guling beberapa kali di tanah. Ia bangkit berdiri dan bergegas ke pintu. Di bawah tatapan penasaran dan terkejut orang banyak, ia mencengkeram jeruji besi itu dan mengguncangkannya dengan kalut, mendesis.

"Buka pintunya! Biarkan aku keluar! Biarkan aku menemui Depertemen Inspeksi!"

"Keluarga Luo-ku sudah dituduh dengan tidak adil! Ayahku tidak menjual garam! Aku akan melaporkan pada Mahkamah Kekaisaran! Da Li Si! Departemen Inspeksi! Jiang Shao Yan-lah yang menjebak keluarga Luo-ku. Keluarga Luo-ku tidak bersalah!"

(T/N: Mahkamah Agung.)

"Biarkan aku keluar! Dasar kalian pejabat anjing! Biarkan aku keluar! Biarkan aku bertemu Xie Heng! Buka pintunya! Aku ingin mengajukan keluhan! Kasus ini tidak adil!"

"Wan Qing, ada apa denganmu?"

Yao Ze Lan dan Su Hui bergegas mendekatinya ketika ia tersungkur dan menangis tersedu-sedu. Mereka menariknya, tetapi Luo Wan Qing tidak menyadarinya dan terus bergegas ke arah jeruji besi. Di sebelahnya, Luo Wen Shui ketakutan dan menangis. Orang-orang di sekitarnya mulai berbisik-bisik. Akhirnya, Yao Ze Lan tidak tahan lagi dan berteriak dengan marah, "Luo Wan Qing!"

Diteriaki oleh ibunya, pergerakan Luo Wan Qing pun berhenti. Untuk sesaat, rasanya seolah-olah tiga rohnya akhirnya kembali. Ia membeku dan mendongak, melihat mata Yao Ze Lan yang diliputi kecemasan.

Melihatnya kembali tersadar, Yao Ze Lan buru-buru menggenggam tangannya, menghiburnya, "Tidak ada-apa Wan Qing, Ibu ada di sini."

Mendengar perkataan ini, tangan Luo Wan Qing yang memegang belati pun perlahan-lahan jadi rileks. Ia tidak tahu apa yang salah dengan dirinya. Rasanya seolah keagresifan melonjak seketika. Ia menggigit bibir bawahnya dan bersandar ke Yao Ze Lan. Tubuhnya gemetaran, dan air matanya berjatuhan bagaikan hujan.

Ia terisak pelan. Di sebelahnya, Su Hui berujar cemas: "Ibu, mari kita bantu Wan Qing kembali dulu."

Yao Ze Lan mengangguk. Setelah membujuk Luo Wan Qing, ia membantunya kembali ke tempat mereka dengan bantuan Su Hui.

Sel itu adalah ruangan yang besar. Menampung lebih dari seratus orang, semua orang memiliki wilayah mereka sendiri.

Setelah mengikuti keluarganya kembali ke tempat mereka, Luo Wan Qing masih menangis. Ketika ia berangsur kembali waras, Su Hui, sembari menggendong anaknya, bertanya dengan cemas: "Wan Qing, ada apa?"

Luo Wan Qing mendengar pertanyaan itu dan terdiam. Ia tidak tahu apakah akan memberitahukan kebenarannya atau tidak. Ia teringat bahwa di kehidupan dalam mimpi, di hari ibunya mendengar tentang kematian ayahnya, rambutnya memutih dalam semalam. Ia pun tidak tega dalam hatinya. Setelah ragu-ragu, ia menimbang-nimbang perkatannya, "Jiang Shao Yan berkata bahwa kasus keluarga kita terlalu besar. Ia tidak bisa melakukan apa pun soal itu."

Cang Lan Dao [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang