ENEMY WITH BENEFITS || KEANEHAN XANDER

4.5K 189 35
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Rapat sampai disini dulu, terima kasih semuanya."

Retha melirik ke sebelahnya, setelah berciuman waktu itu, hubungannya dengan Xander semakin dekat. Setiap ada pertemuan organisasi pasti lelaki itu selalu duduk disampingnya.

Farel menepuk bahunya pelan, "Aku mau ke kantin, kau ikut?"

Sebelum sempat menjawab, Xander membuka suara, "Kak Retha bersamaku." jawabnya dengan senyuman.

Dengan dahi berkerut samar, Farel melihat Retha meminta jawaban asli wanita itu, setelah ikut mengangguk barulah dia pergi sendirian.

Xander menarik tangannya lembut, lesung pipi kesukaan Retha terpasang di wajahnya, keduanya keluar dari ruang rapat.

Rasanya Retha melayang saat Xander meraih tangannya, menggenggam dengan erat seolah tak ingin pisah dengan langkah menyusuri koridor kampus yang lenggang karena sudah waktunya pulang.

"Kau mau ke kantin?"

Xander terlihat ragu sesaat, "Boleh."

Memasuki area kantin, Retha melambaikan tangan pada meja berisi para sahabatnya. Saat akan menghampiri, Xander menahan tangannya dan membawanya pergi ke arah kulkas.

Retha mengerjap pelan, menatap Xander yang mengambil susu pisang kesukaannya, "Kak Retha mau ini?"

Namun lagi lagi tanpa menunggu jawaban Retha, Xander sudah meraih dua karton dan membayarnya, lalu menarik kembali tangan wanita itu dengan tergesa-gesa—seperti dikejar sesuatu, hingga mereka keluar dari kantin.

Dari kejauhan, seseorang memperhatikan gelagatnya dengan serius.

"Dia," Farel menunjuk Xander dengan mata menyipit, "Tidakkah tingkahnya sedikit aneh?"

Mela melirik sambil menyeruput es teh manisnya, kepalanya menggeleng, "Tidak, menurut dia lucu, cocok dengan Retha."

Farel melebarkan matanya, "Jangan bilang hanya aku yang merasa janggal di sini." Pandangannya berpindah ke Anna yang belum mengeluarkan suara.

Sadar sedang ditatap Farel, wajahnya sedikit merona, "A-aku juga berpikir dia baik. Mungkin hanya pikiranmu, Rel."

Dengan jawaban Anna, Farel akhirnya mengendikkan bahu, mungkin memang halusinasinya.

"Xan, kita mau kemana?" Retha bertanya pelan saat Xander masih menarik tangannya, dengan sebelah tangan memegang plastik berisi susu pisang.

"Kita ke taman, aku ingin menghabiskan waktu dengan kakak. Hanya berdua."

Retha tersenyum saat Xander menepuk pelan tempat duduk disebelahnya agar ia tak terkena debu, lalu memintanya duduk.

"Aku ingin tahu lebih banyak tentang kakak." Tatapannya sayu, membuat jantung Retha berdetak cepat.

Enemy with Benefits⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang