ENEMY WITH BENEFITS || XANDER MULAI CEMBURU

4.3K 166 59
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Alan memantulkan bola basket dengan penuh semangat, luapan antusiasnya melebihi hari-hari lain membuat anggota timnya merasa sedikit aneh.

Satu-satunya orang yang tau mengapa hanya Denov. Sahabat dari Alan itu tersenyum geli menyadari pandangan Alan yang terus berfokus pada ring basket, hingga tak pernah meleset.

Kening lelaki itu berkerut samar menunjukkan kebolehannya di lapangan enggan terlihat jelek di mata sang pujaan hati.

"Nice!" soraknya mengepalkan tangan saat lemparan jauhnya masuk ke dalam ring mengundang tepuk tangan pelan dari Retha.

Sesuai perkataannya kemarin, Retha benar menepati dengan datang ke tempat latihan Alan dan menontonnya. Tentu saja, bersama Xander.

Adik tingkat itu kebetulan sedang bersamanya saat Denov mengajak, alhasil dia pun ikut menjadi penonton.

"Bagaimana?" Alan menghampiri mereka dengan seringai, melipat tangan di depan dada dengan seringai sombong khasnya.

Retha menggerakkan telapak tangannya, "Lumayanlah, mungkin bisa dapat perunggu."

"Perunggu?!" Alan melebarkan mata, "Aku akan ambil emas, lihat saja."

Retha tersenyum menggoda, "Taruhan?"

"Tergantung apa yang kudapatkan."

"Jika kau tidak bawa emas itu, aku akan menyuruhmu mempermalukan dirimu di depan lapangan, dan-"

"Kalau aku mendapatkannya, aku bebas meminta apapun kepadamu." potong Alan, menunggu persetujuan Retha.

"Memangnya kau mau minta apa?"

Alan melirik ke sebelah wanita itu, pada Xander yang pastinya juga dapat mendengar percakapan mereka berhubung jaraknya dekat.

Sebenarnya ia tidak setuju junior itu ikut serta bersama Retha, namun Alan tidak akan mempermasalahkannya selama perhatian Retha hanya tertuju pada dirinya.

"Rahasia. Akan kuberitahu saat memegang medali emas nanti."

Retha menggeleng pelan, "Kau ini percaya diri sekali, ya."

"Kau mengenalku dengan baik, Angel."

Panggilan itu membuat Retha terpaku, sudah lama ia tidak mendengarnya.

Alan hanya menggunakannya ketika mereka berhubungan badan, mendengarnya sekarang menimbulkan perasaan panas pada tubuhnya, mengingatkan Retha pada kegiatan yang dulu sering mereka lakukan.

"Kenapa bengong?" Alan menjentikkan jari ke depan wajah Retha, membuyarkan lamunan kotornya.

Retha mengerjap gugup, "Bukan apa-apa."

Sebelum Alan bisa bertanya lebih lanjut, Retha cepat-cepat mengalihkan topik, "Oh ya, kompetisimu tanggal berapa?"

"Perkiraannya akhir bulan, 28 sampai 30."

Enemy with Benefits⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang