ENEMY WITH BENEFITS || MERAWAT BAYI BESAR

10.4K 229 4
                                    

🌟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌟

•••

"Retha!"

Denov menghampiri Reta di lokernya, wanita bersurai coklat gelap itu berbalik dengan tetapan bertanya.

"Alan memintaku untuk mengantarmu ke aparatnya."

Retha memiringkan kepala dengan sangat bingung, ia menunjuk dirinya, "Aku?"

Denov mengangguk, "Jangan bertanya, aku juga penasaran kenapa, apa kalian ada urusan bersama? Seingatku kalian tidak saling akur." Nada suaranya terdengar ragu.

Memikirkan sebentar, Retha jadi teringat ucapan Alan kemarin lusa untuk menagih hal itu darinya. Wajahnya jadi merona malu.

Retha tertawa palsu, "Ah benar, kami ada urusan.. Matkul. Ya itu!"

Denov masih terlihat tidak yakin tapi membiarkan, mungkin mengerti bahwa itu bukan urusannya. Keduanya akhirnya menuju mobil Denov di parkiran kampus dan berangkat.

Sepanjang perjalanan, Retha memainkan jarinya dengan gugup memikirkan lebih lanjut alasan Alan memanggilnya ke tempat tinggal lelaki itu. Jika hanya soal itu rasanya bisa saja mereka lakukan di tempat lain seperti hotel.

Tanpa terasa, roda mobil Denov berhenti di sebuah unit apartemen, "Perlu kuantar?" Retha menggeleng sebagai jawaban. Ia sudah tidak asing dengan tempat tinggal Alan, berhubung mereka semua bersiap disini saat malam prom night. "Baiklah, kalau kau lupa, lantai 17 unit 173. Hati-hati." Denov menepuk puncak kepalanya dan melaju pergi.

Retha berjalan masuk, ia menekan tombol lift dan menunggu dengan tak sabaran. Tangannya mengetuk pintu dengan nomor persis yang Denov sebutkan.

Terdengar bunyi 'klik' pelan dari dalam sebelum pintu terbuka. Belum sempat bereaksi, Retha ditarik masuk dan disudutkan pada pintu yang telah tertutup.

"Al-" Bibir itu menyambutnya dengan ganas, menghisap dan menggigit keras oleh tiada hari esok. Alan bahkan menahan tengkuknya agar tidak bergerak menjauh.

Lidah lelaki itu masuk menelusuri isi mulutnya, menyapa deretan gigi Retha dengan kasar. Retha melenguh pelan saat tangan Alan naik meremas bokongnya.

Bunyi kecupan terdengar bahasa saat Alan menurunkan ciumannya menelusuri leher Retha dan mengisap, meninggalkan bekas keunguan gelap, nafasnya berhembus keras.

Saat itu Retha sadar akan suhu nafas Alan yang tidak biasa, ia mendorong pelan tubuh Alan yang masih menghimpitnya di pintu, "Al, nghh.. Sebentar.."

Enemy with Benefits⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang