ENEMY WITH BENEFITS || BERTEMU KAKAK RETHA

5.6K 181 15
                                    

Vote + Comment, okay? 🐞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote + Comment, okay? 🐞

•••

Alan mengusak kasar rambut lebatnya dengan handuk, menghilangkan butir-butir air yang mendarat setelah sesi keramasnya.

Bertelanjang dada, Alan berjalan santai mengelilingi apartnya, menyeduh kopi dan menikmatinya sambil menghisap tembakau di balkon, melihat pemandangan pagi kota yang begitu sibuk.

Benda persegi di atas meja tiba-tiba berbunyi nyaring menandakan seseorang sedang meneleponnya.

Biasanya Alan akan mengacuhkan dering itu, namun dia langsung bangkit meraihnya saat mengetahui bahwa sang pemanggil adalah Retha.

Bagaimana Alan tahu? Tentu dari jenis deringnya. Alan sengaja menyetel suara yang berbeda ketika wanita itu menghubunginya, sehingga ia tidak akan terlambat mengetahui info mengenai Retha.

"Selamat pagi." sapanya dengan cerah, moodnya seketika membaik mendapat panggilan dari pujaan hatinya.

Suara Retha mengalun lembut menghantarkan rasa nyaman ke telinga Alan, seperti lantunan nyanyian malaikat dari surga. Katakan ia berlebihan, tapi seperti itulah Retha dalam pikirannya.

"Alan, kau mendengarku?"

Sial, Alan terlalu fokus menikmati suara wanita itu hingga tak memperhatikan perkataannya.

"Hmm, apa tadi?"

Retha berdecak sebal, merasa canggung mengulangi ucapannya, "K-kau sibuk sebentar?"

Alan mengingat ada latihan basket hari ini di lapangan kampus, namun jawaban yang keluar dari belahan bibirnya bertentangan dengan pikirannya saat ini, "Tidak, aku kosong."

Namun Alan tak menyesal, ia menyunggingkan senyum miring andalannya, "Kenapa? Kau mau mengajakku keluar?"

"Ya."

"Uhuk-" Alan tersedak asap rokok yang sedang ia hisap, tak menduga jawaban spontan dari Retha, "Apa?"

Nada suaranya terdengar gugup, "Kau waktu itu menawarkan diri menemaniku dengan kakakku, kan?"

Oh ternyata itu. Padahal Alan sudah geer akan hal lain, "True, kau mau pergi jam berapa?"

"Mungkin satu jam lagi, kau bisa mandi dulu, pakai baju yang nyaman."

"Aku sudah mandi, mau lihat?"

Di ujung sana, wajah Retha memerah, bayangan kejadian di kamar apartemennya kemarin kembali muncul, yang cepat-cepat ia singkirkan.

"Tidak, terima kasih." Dan panggilan pun mati.

Alan tertawa keras, bisa menggambar ekspresi Retha saat ini dalam benaknya dengan akurat. Ia segera menegak habis kopi dan membuang puntung rokoknya, bersiap-siap.

Enemy with Benefits⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang