🔞MATURE CONTENT - ADULT ROMANCE🔞
[BEBERAPA PART DI PRIVATE, FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!]
(SEDANG DALAM REVISI BESAR-BESARAN)
"Apa yang kau lakukan?!" Retha berbisik garang, suaranya terdengar serak saat jari-jari Alan menepikan dalamannya di bawah m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•••
Xan.dr ingin mengirimi anda pesan.
Retha bersumpah ia hampir serangan jantung membaca notif tersebut, tangannya ingin langsung membuka pesan.
Wanita itu menahan diri, ia berpamitan dengan temannya dan berjalan ke arah tumpangan pulang.
Kepalanya bersandar di jendela bus umum, menatapi pemandangan yang berjalan cepat dari sana. Pandangannya kosong memikirkan sesuatu.
"Ah.. Apakah aku ada jadwal kuliah besok?" gumamnya pelan, memutar kunci apartemen dan masuk ke dalam.
Bau Lavender menyeruak ke indra penciumannya berkat candle yang ia bakar. Suasananya sepi, seperti tak berpenghuni.
Tidak ada yang pernah menginjakkan kaki di sini selain Retha. Bahkan orang tuanya sekalipun, berhubung keduanya tinggal jauh dari kota tempat ia tinggal.
Retha menghelanafas lelah sebelum menaruh barang bawaannya, ia bergerak membuat teh dan bersantai di balkon. Sambil menikmati angin sepoi, Retha menyalakan kembali ponselnya dan membalas pesan Xander.
Xan.dr : Kak Retha, kudengar kita sekelompok?
: Benar, mohon kerja samanya.
Xan.dr : Wah, aku jadi gugup.
: Kenapa?
Xan.dr : sekelompok dengan kak Retha yang keren membuatku deg-degan. Aku takut melakukan kesalahan.
Retha terkekeh kecil, adik tingkatnya ini sungguh manis.
: Aku percaya kau bisa, jika ada yang tidak benar, kita akan perbaiki bersama.
Xan.dr : Keren sekali! Aku jadi semangat berkat kakak.
Xan.dr :Apa kakak ada waktu besok?
Lidahnya terasa terbakar saat ia minum dengan cepat, mengetik balasan.
: Kebetulan besok jadwalku kosong, ada apa?
Xan.dr : Ayo bertemu! Kita bisa bicarakan soal ini.
Senyum di wajah Retha luntur. Ah, apa yang ia harapkan. Xander tidak mungkin tiba tiba mengajak jalan.
: Tentu, kabari saja aku selanjutnya.
Tapi tetap saja. Besok mereka akan bertemu, hanya berdua. Memikirkan itu membuat jantung Retha berdetak tidak karuan.
