ENEMY WITH BENEFITS || JEMBATAN PERASAAN

3.6K 162 9
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Amara bertepuk tangan pelan, melihat Xander dengan binar bangga, "Kau hebat sekali!"

Junior itu mengusap tengkuknya malu, meletakkan violin yang ia pegang dengan rapi, "Apa menurut kakak, kak Retha akan menyukainya?"

"Tentu saja!" Amara menganggu pasti, "Permainanmu begitu bagus, aku tak pernah menyangka kau bisa main alat musik seindah ini."

Tak terbiasa mendapatkan pujian, Xander tersenyum canggung, "Terima kasih."

"Aku yang harusnya mengatakan itu. Para dosen dan mahasiswa pasti menikmatinya, Kau akan jadi terkenal dalam sekejap." Nada suara ketua BEM itu semangat, masih tidak menyangka ada talenta tersembunyi dari salah satu anggotanya.

Xander mengangguk pelan, tidak terlalu semangat akan jadi terkenal.

Menepuk pundak Xander menenangkan, Amara terkekeh, "Yang paling penting, Retha akan menerimamu, percayalah."

"Ketua?"

Bersamaan dengan itu, pintu ruangan mendadak terbuka dari luar, memperlihatkan sosok wanita yang barusan dibicarakan.

Amara mendekat, "Ada apa?"

Sebelum menjelaskan tujuannya, Retha menyadari sosok lain yang ada disitu, Xander berdiri dengan lengkungan hangat menyambutnya.

Perasaan Retha jadi sedikit terganggu, apa yang Xander dan Amara lakukan berdua di ruang musik?

"Kalian.."

Amara menggeleng, langsung paham akan isi otak Retha, "Kami sedang membicarakan pentas seni, Xander punya sedikit masalah."

"Oh, kenapa tidak bilang? Aku satu tim dengannya, kan?" Retha bertanya, sedikit cemas.

"Bukan soal itu.. Erm.." Amara melirik ke arah Xander yang diam-diam menggeleng, "Ini urusan kami berdua."

Retha terdiam, menggigit bibirnya saat dadanya seperti tercubit dari dalam, apa hubungan mereka memang dekat ini?

Tapi tentu saja Retha sadar diri bahwa ini bukan urusannya, dia tidak punya hak untuk cemburu hanya karena akhir-akhir ini ia dan Xander sering menghabiskan waktu bersama.

Senyum kecil tercipta di bibirnya, "Seperti itu rupanya, kalau begitu aku duluan."

Amara menahan lengannya, "Eh, apa tadi yang ingin kau katakan padaku?"

Retha menggeleng, "Nanti saja. Lanjutan urusan kalian."

Akhirnya ia menutup pintu, meninggalkan Amara yang saling bertatap bertukar kode dengan Xander.

"Huft.." Retha menghela nafas dengan raut sedih, melangkah lemah melewati koridor yang ramai ke arah lokernya.

Gerakanya terhenti, sekeras apa pun ia mencoba tak peduli, Retha tak bisa mengabaikan benaknya yang nyeri melihat Xander dengan perempuan lain, ia cemburu.

Enemy with Benefits⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang