ENEMY WITH BENEFITS || LUKA TAK TERDUGA

4.2K 235 27
                                    

⚠️Trigger Warning : Sensitive Topic⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


⚠️Trigger Warning : Sensitive Topic⚠️

SOTC : The Night We Met - Lord Huron

•••

"Kau tidak mengantuk? Sudah malam, ayo pulang."

Alan menoleh ke samping, pada Retha yang masih menatap rembulan di atas sana dengan kaki terlipat. Wajah cantiknya bersinar melebihi terangnya cahaya bulan membuat Alan terpaku, enggan mengalihkan pandangan.

Kecantikan murni itu berbalik, tersenyum lembut, "Aku tidak mau tidur, aku juga tidak mau pulang. Tempat ini sangat menenangkan."

Alan menurut, tak ingin memaksakan pendapatnya pada wanita itu. Jika Retha ingin tetap tinggal disini maka ia akan ikut menemani dan menjaganya, sepanjang malam.

Mulutnya seolah mengkhianati pikirannya saat terbuka lebar, menguap. Menandakan bahwa Alan sedang kelelahan.

Tak bisa ditampik bahwa setelah semalaman berkeliling mencari keberadaan Retha kesana kemari, ia memang merasa letih, fisik dan mental.

Menyadari suara tarikan nafas itu, Retha segera mengecek dengan raut jahil, "Ah, ternyata kau yang mengantuk?"

Alan mengelak dengan alis berkerut tak terima dituduh, "Enak saja!"

Retha terkekeh samar, menarik pelan kepala lelaki itu agar bersandar pada pahanya, tangannya ikut bergerak mengusap lembut rambut hitam Alan yang terasa harus di antara jemarinya.

Alan hanya bisa diam dan menurut, bibirnya tersungging tipis saat lagi-lagi kehangatan itu menyebar keseluruh benaknya.

Perlakuan Retha kembali mengingatkannya pada sang ibunda.

Walau kantuk mulai menyerang, Alan menolak keras untuk tertidur. Ia ingin merasakan momen sempurna ini selama mungkin, belum tentu esok hari Retha akan kembali bersikap seperti ini padanya.

Maka dari itu Alan memilih menikmati alusan Retha pada surainya sambil menatap sosok indahnya dari bawah.

"Aku ingin menceritakan sesuatu," Retha memecah keheningan dan membuka suara tanpa memandangnya, tetap fokus pada bola cahaya di atas sana, "Tapi kau harus berjanji tidak akan memotong apapun yang terjadi, anggap saja aku sedang mendongeng. Kau mengerti?"

Entah kenapa suasana mendadak terasa berbeda, Alan bisa merasakan nada suara Retha yang berubah samar. Tanpa sadar, jantungnya berdetak cepat mempersiapkan diri.

Retha mengambil nafas dalam, ini bukan kisah yang menyenangkan untuk dikenang. Namun saat ini ia benar-benar ingin mengeluarkannya pada Alan.

"Aku pernah mencintai seorang lelaki dengan sangat dalam, sehingga aku mengira dia cinta pertama dan terakhirku. Aku memberikan semua untuknya, hati, tubuh, bahkan menyerahkan keperawananku dengan sukarela saat ia memintanya."

Enemy with Benefits⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang