34. Pisah

459 46 21
                                    

Kina terbangun dari tidurnya, ia pergi mandi dan bersiap. Selanjutnya ia akan menghampiri Jiro di kamarnya, gadis ini hendak menagih janji Jiro untuk menemaninya menjenguk Juviaz.

Kina mengetuk pintu kamar laki–laki itu berulang kali, namun tidak ada jawaban dari sang empunya. Akhirnya Kina memutuskan untuk membukanya, untung saja tidak dikunci.

Ah, benar saja. Pemiliknya masih tertidur pulas. Kina tidak mau laki–laki ini nantinya akan ingkar janji. Ia bergerak mendekat ke arah Jiro yang masih tertidur, kemudian membangunkan laki–laki itu dengan perlahan agar tidak terperanjat.

"Jiro, ayo bangun! katanya mau temenin gue jenguk Juviaz." Kina menggoyangkan lengan Jiro pelan–pelan.

Jiro membuka matanya perlahan, sesekali ia masih menguap. "Jam berapa emang?" dengan suara khas orang bangun tidur.

"Jam 10"

Jiro kembali memejamkan matanya, "nanti aja dulu, kita kan baru pulang tadi pagi."

Kina berdecak, "ayo ih. Gue gak mau lo ingkar janji." Kina menarik tangan Jiro agar laki–laki itu bangun dari kasur. Karena tenaga Kina lebih kecil dibanding tenaga Jiro. Jiro malah berbalik menarik Kina, sehingga gadis itu terjatuh di atas Jiro, dan menindih tubuh kekar laki–laki yang diketahui berisi 60% masa otot di dalamnya.

"Nanti dulu, sebentar lagi aja. Gue masih ngantuk."

Kina berdeham menghilangkan kegugupannya, masalahnya ia sedang berada di posisi yang ambigu sekarang ini. Berada di atas tubuh Jiro, laki–laki yang ia benci karena tukang marah–marah.

Kina hendak menarik tubuhnya untuk bangun tapi tangan Jiro bergerak cepat merengkuh pinggang gadis itu, dan menahannya untuk tetap dalam posisi seperti itu.

"Ji, lepasin ah. Kebiasaan lagi gak pake baju juga."

Bukannya melepaskan Jiro malah semakin mengeratkan tangannya. "Emang kenapa sih? belum terbiasa liat gue shirtless? kan udah hampir setiap hari liatnya." Ucapnya asal.

"Tau ah."

Kina mengangkat kepalanya, menatap wajah laki–laki itu dari dekat. "Jiro, gue gak mau lo bohongin gue ya. Lo kan udah janji mau temenin gue jenguk Juviaz." Rengek Kina.

Jiro membuka matanya, menatap kembali Kina yang sedang menatap dirinya. "Iya sayang, sabar dulu ya. Gue masih butuh tidur 30 menit lagi. Nanti gue temenin, gue takut kenapa–napa kalo nyetir tapi keadaan masih ngantuk."

Kina mengulum bibirnya, sungguh jantungnya berdetak 2x lebih cepat saat Jiro memanggilnya sayang. Ah, Kina tidak boleh terlena.

"gue bisa nyetir mobil kok. Gue aja yang nyetir ya? nanti lo lanjut tidur di mobil." Ucapnya ragu.

Jiro menggelengkan kepalanya. "Nggak sayang, gue yang nyetir aja nanti. Tapi beneran butuh tidur, just 30 minutes."

"Jangan panggil sayang ih! sebel dengernya." Kina masih berusaha lepas dari laki–laki itu.

"Lah kenapa sebel?"

"Nggak mau! panggilan sayang tuh buat orang pacaran." Jawab Kina seadanya.

"Yaudah ayo pacaran, kan kita ciuman udah lebih dari sekali, ya kali gak pacaran."

DANGEROUSLY | Jihoon Treasure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang