Setelah 4 hari kemudian Jiro dan keempat temannya baru berkumpul lagi di basecamp mereka, yaitu ruangan yang memang Jiro sediakan untuk mereka bermain. Kelimanya jarang berkumpul bersama karena memang terhalang kesibukan masing–masing. Biasanya hanya salah satu atau dua dari mereka saja yang mampir ke rumah Jiro. Tapi kali ini mereka berlima lengkap ada di sini.
"Terus gimana? nangis dia?" tanya Gandhi setelah mendengar Jiro bercerita mengenai kejadian Kina saat tertabrak motor tempo hari.
Jiro meneguk minuman kemasan yang ia bawa dari kulkasnya. "Iya, nangis tapi aneh. Nangisnya tuh bikin hati gue sakit. Kayak pilu banget gue dengernya. Padahal ya cuma nangis biasa doang."
"Itu tandanya lo empati sama dia, mulai sekarang jangan kasar ke dia coba. Please, kalo lo sayang ke dia, lo pake cara yang normal. Jangan jadi orang anomali anjing." Tegas Elkas.
"Gue juga pengen normal kali, tapi dianya dulu gimana ke gue. Kalo dia bisa nerima gue sepenuhnya, gue gak bakal pake cara gak normal buat nujukin sayang gue ke dia." Ujar Jiro.
"Hadeuh, susah emang ngomong sama kaleng kerupuk." Elkas menggelengkan kepalanya.
"Tapi nangisnya dia beneran kayak orang sakit banget, padahal lo semua tau kan ya? dia tuh selalu kena sasaran gue. Tapi nangisnya beda, bahkan setiap gue kasar tuh nangisnya cuma pelan aja, besoknya dia bersikap seolah gak terjadi apa–apa sama gue dan dia." Tutur Jiro.
Elkas menarik nafas panjang. "Gini Ji, dia nangis karena kecelakaan sama karena perlakuan lo, jelas beda feel-nya. Kalo kecelakaan itu kemungkinan dia emang ngerasain sakit karena lukanya bener–bener keliatan di mata dia. Tapi kalo luka karena perlakuan lo itu, jatohnya lebih ke mental dia, gue yakin dia anak yang mentalnya kuat, makanya mau gimana pun lo ancurin mentalnya, dia masih tetep kuat ngeliat muka lo keesokan harinya."
"Meskipun rasa trauma ada, tapi alesan dia gak nangis kenceng pas lo jahat ke dia, itu karena dia udah terlatih mentalnya dan dia udah tau lo mau ngelakuin apa ke dia. Sedangkan kalo ketabrak motor kan, dia gak pernah nyangka tiba–tiba ada motor yang nubruk dia, so... Dia kaget dan gak mempersiapkan diri. Beda kalo lo mau nyiksa dia, dia udah persiapin diri jadi nangisnya gak terlalu keliatan."
"Ah anjing, gue ngomong apa sih. Semoga lo ngerti deh." Final Elkas.
"Iya gue ngerti kok," jawab Jiro sekenanya.
"Oiya Gan, nemu pelaku yang punya motor nomor polisi itu? yang gue kirim tempo hari?"
Gandhi mengangguk, "Dapet, aman pokoknya. Biar gue sama Danu aja yang kasih pelajaran. Pelakunya juga masih muda, sepantaran gue sama Danu."
"Ajak battle lah anjing, nanti malem ya. Monyet banget itu manusia nabrak cewek gue gak tanggung jawab. Gue mau turun tangan langsung Gan, kita berangkat bareng aja."
Gandhi mengangguk, "lo berdua ikut? Rel? El?"
Elkas dan Jarrel mengangguk secara bersamaan. "Ikut pasti."
Jarrel melirik Jiro. "Cewek lo gimana nanti?"
"Aman, gue tidurin dulu aja nanti." Sahut Jiro asal.
"Ye anjing, maksud lo apa tai?" ucap Danuar tak terima.
"Lah sewot lo? udah MANTAN mah udah gak usah kepanasan." Olok Jiro seraya menekan kata Mantan.
Jarrel dan Elkas menatap Danuar dan Jiro bersamaan. Sedangkan Gandhi ekspresinya sudah pasti biasa saja.
"Wah anjing, kita beneran kayak bukan temen mereka El, buktinya gak tau fakta apa–apa Jirrrrrr." Ucap Jarrel seolah berdrama.
"Ini, mantan bajingan yang selingkuh terus nge-room sama cewek lain." Olok Jiro sambil menunjuk Danuar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUSLY | Jihoon Treasure
FanfictionPark Jihoon x OC ⚠️ no one exit door. "Once you get in here, you won't be able to get out. come and play with me. Lo cuma perlu terima gue, dan hidup sama gue, maka lo akan selamat, Kinara." [Sajiro Runggala] "Shut your mouth! gue cuma punya kaki g...