10. Firstkiss (!)

571 50 6
                                    

Disclaimer 🔞

Dinan dan Kina sudah tiba di suatu gang, dekat dengan indekost tempat Kina tinggal.

"Mas, Kina turun di sini aja." Pinta Kina, membuat Dinan menepikan mobilnya.

"Udah sampe emang?"

"Belum sih, tapi nanti gue jalan aja ke dalem gangnya."

"Saya anter aja sampe depan rumah."

"Gak usah, kost gue deket kok mas dari gang ini."

"Oh, Kina ngekost?" tanya Dinan.

Kina mengangguk.

"Oh gitu, ini ada jalan lain gak? biar saya anter sampe depan kost aja."

"Ada sih mas yang muat sama mobil, tapi nanti dari jalan besar itu ke kost lumayan jauh dan makan waktu. Jadi better lewat gang kecil ini, gak sampe 20 menit kok" 

"Tapi aman kan?"

Kina mengangguk lagi. "Iya mas Dinan, aman kok, biasa kerja jalan kaki sampe cafe juga aman haha. Gue turun ya, makasih udah mau nganterin"

"Ya udah Kin, hati–hati ya. Terima kasih kembali Kina."

Kina melepas seatbelt, dan keluar dari mobil Dinan. Menunggu mobil Dinan yang melaju meninggalkannya, sampai mobil itu tidak terlihat lagi dari pandangannya.

Kina sudah memasuki gang, meskipun tinggal di kota. Kina tidak tinggal di kawasan elit, ia tinggal di daerah pinggiran kota yang bisa terbilang bagian dari perkampungan.

Kina menyusuri gang kecil yang hanya muat 1 sampai 2 orang itu.

Sampai di ujung gang, Kina menghentikan langkah kakinya.

"Astaga..." lututnya lemas secara tiba–tiba, melihat seseorang yang tepat berada di hadapannya saat ini.

Pikirnya, bagaimana bisa orang ini sampai ke sini? bahkan cepat sekali.

"Mau apa lagi?" ucap Kina sok berani. Ia sangat berusaha menutupi ketakutannya untuk melawan Jiro.

Jiro langsung menarik tangan Kina. "Lo harus tanggung jawab!"

Kina berusaha melepaskan tangan Jiro, namun tenaganya kalah kuat dari tenaga Jiro. "Hah?"

"Lo bikin gue babak belur kayak gini, gak liat?"

"Ih lepasin! bukan salah gue, itu karena ulah lo sendiri." Kini tangan Jiro semakin mencengkram tangan Kina.

"Oke, untuk hal itu, lo gue maafin. Tapi gak dengan lo pulang bareng cowok tadi."

Kina masih berusaha melepaskan cekalan Jiro, seraya menjawab perkataan Jiro yang menurutnya sangat di luar nalar itu.

"Maafin? cih! gue minta maaf aja enggak! gue gak salah ya. Lagi, urusannya sama lo apa? mau gue pulang sama siapa pun itu bukan urusan lo!"

"Tinggal nurut sama ucapan gue apa susahnya sih?! besok lo jangan pulang sama cowok lain, Kina!" Jiro melepaskan cekalannya.

"Lo gak berhak ngatur gue! yang berhak atas diri gue ya diri gue sendiri, bukan orang lain. Apalagi kalo orang lainnya itu lo." Kina menunjuk wajah Jiro dengan telunjuknya.

"Gue curiga, lo beneran orang gila." Sambung Kina.

"Lo tinggal ikutin perintah gue, jangan pulang sama cowok lain. Apalagi sama cowok tadi!" bentak Jiro.

"Heh orang gila! minggir gak lo! sinting." Kina berusaha mendorong tubuh kekar Jiro.

Jiro menghadang Kina, dan menahan kedua tangan Kina.

"Oke gini, kenapa gue harus nurutin ucapan lo? apa manfaatnya buat gue? gak ada kan? gak ada untungnya!" Kina menggoyangkan tangannya agar terlepas dari tangan Jiro, namun usahanya sia–sia.

Kina berdecak kesal. Ia ingin sekali mengeluarkan sumpah serapah untuk orang yang ada di hadapannya ini.

"Gue tegasin ya sama lo! lo itu, cuma orang asing yang tiba–tiba dateng dan ngerusuhin kehidupan gue. Bahkan gue cuma anggep lo orang gila yang keluar dari rumah sakit jiwa tau gak. Lo gak perlu ngatur gue, karena lo bukan donatur buat hidup gue, kenal aja enggak, pake sok ngatur kehidupan gue." Kina menarik nafas panjang sebelum melanjutkan ucapannya.

"Lo itu cuma pengganggu tau gak! lo gak berhak buat ngatur gue karena Ji— lepassssssss" belum selesai Kina bicara, Jiro langsung menyambar bibir mungil yang sedari tadi mengoceh itu. Ia menarik tubuh Kina untuk lebih dekat dengan dirinya. Jiro memperdalam ciumannya, membuat Kina terus memukul–mukul dadanya.

Bukannya menyudahi, Jiro malah mempercepat tempo permainannya pada bibir ranum itu. Bahkan itu membuat Kina tidak bisa menghirup oksigen dengan baik. Jiro sengaja menggigit bibir Kina agar Kina membuka mulutnya. Karena Kina benar–benar tidak membalas ciuman itu. Jiro merasakan darah keluar dari bibir Kina akibat ulahnya itu.

Tanpa sadar air mata Kina turun. Selain memukul–mukul Jiro, Kina menginjak kaki Jiro dengan keras, hal itu membuat Jiro menghentikan aktivitas gilanya itu. Kina meraup banyak oksigen, dan berusaha mengatur nafasnya yang hampir habis itu.

PLAKK!!

Tanpa berpikir panjang Kina menampar Jiro dengan keras. Ini membuat pipi Jiro berubah menjadi kemerahan karena tamparannya memang sangat keras.

Orang yang ditampar pun hanya meringis kecil, namun masih bisa tersenyum, bahkan tertawa kecil. Sungguh, benar–benar gila.

"Brengsek! manusia kayak lo gak pantes hidup! pergi gak lo! Anjing!" suara Kina terdengar serak karena berusaha menahan tangisnya.

"Pergi!! sebelum gue teriak supaya lo dikeroyok sama warga sini!"

Jiro terkekeh kecil, "gue gak akan kapok sih, meskipun harus dikeroyok. Paling gak gue udah bisa ngerasain lo. See you manis, perlu lo ingat, ini baru awal dari semuanya." Jiro meninggalkan Kina yang kini sudah terisak.

"PERGI LO!" teriak Kina di sela–sela tangisnya.

Ia berlari pulang ke kostnya, sambil menangis dan memikirkan kejadian buruk yang menimpanya tadi.




















tbc

jiakh udah dulu ya, wkwk nanti lagi😚

pembaca ceritaku boleh bebas memberi saran dan kritikan yaa. Kalo aku kelupaan update boleh ingetin aja, pelupa soalnya🦭 salam waterdog😚🦭🦭🦭

vote juseyoo🫶🏻😚

DANGEROUSLY | Jihoon Treasure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang